MinSoon

4.5K 289 78
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Suara spatula yang beradu dengan wajan menjadi suara latar awal pagi bagi satu keluarga itu hari ini.
Keran wastafel menyala deras mengguyur sebuah tangan putih mulus di bawahnya.
Memutar ke arah mematikan lalu mengelap tangan lentik itu pada tiga lembar tissue.
Berbagai macam hidangan sudah tersaji apik di atas meja makan.
Siap disantap oleh manusia lainnya.

"Minyoung,panggilkan Ayahmu."

"Baik,Bu."
Seorang anak remaja menaiki tangga dengan malas,ia masih memakai setelan baju piyama.
Matanya yang setengah terbuka ia usap berkali-kali guna menghilangkan rasa kantuk.
Pintu kamar terbuka kemudian,menampakkan sebuah selimut yang bergelung tebal di atas ranjang.
Remaja itu berdecak sebal lalu mengacak rambutnya frustasi.

"Ayah bangunlah! Ibu sudah menyiapkan sarapan untuk kita."

"Eunghh…sebentar lagi."

"Ayah ayo cepat bangun,nanti Ibu bisa marah lama menunggu kita."
Selimut tebal yang bergelung itu seketika disibak secara kasar oleh pemiliknya.
Dan terpampanglah wajah lelah serta rambut acak-acakan,mata masih terpejam sempurna.

Pria berumur 33 tahun itu lalu mengusap wajahnya,pandangan pria itu mendapati objek wajah cemberut dari Minyoung.

"Kenapa kau masih disini? Tidak turun?"

"Aku harus turun bersamamu jika Ayah lupa."

"Ayah bukan lagi anak kecil,Minyoung-ah."

"Setiap hari bukankah memang seperti ini? Aku yang selalu membangunkan Ayah,ck menyebalkan.
Sebenarnya siapa anak kecil dirumah ini?" Minyoung bersidekap lalu menatap jengah ke arah Ayahnya.
Anak laki-laki itu menghentakan kakinya kesal,kembali menyuruh Ayahnya agar segera bangun.

"Ayah,ayo cepat bangun."

"Kau duluan saja,Ayah akan menyusul."

"Tapi kasihan Ibu menunggu di bawah."

"Katakan saja pad--"

"MINGYU! MINYOUNG! JIKA TIDAK TURUN SEGERA AKAN KUBUANG JATAH MAKAN KALIAN."
Kedua pasang Ayah-Anak itu menghela nafas,mengusap tengkuk lalu segera turun menuju lantai dasar.
Minyoung sampai di meja makan terlebih dahulu,Mingyu menyusul lima menit kemudian.

Tangan putih mulus itu dengan cekatan menyendoki segala macam lauk pauk,segelas air mineral pun tersedia disamping masing-masing piring makan.






Mingyu menggeram sebal ketika ia selalu gagal dalam menyimpulkan tali dasinya. Sudah berkali-kali ia membongkar-pasang benda itu namun tak kunjung rapi juga sesuai keinginan.
Mingyu menyerah.

Ia berjalan menuju balkon kamarnya dan sang istri.
Memeluk tubuh pendek istrinya sembari mendusel di ceruk leher jenjang tersebut.

"Bantu aku memasangkan dasiku,sayang."

"Astaga Mingyu,sudah berapa kali aku ajarkan padamu? Yang benar saja masih tidak bisa sama sekali." Ujarnya kesal.
Mingyu hanya cengengesan tidak jelas. Dipandangnya wajah cantik sang istri,selagi ia menyimpulkan tali dasi untuk Mingyu.
Pria itu malah asik tersenyum sendiri memandang wajah istrinya.

"Apa yang kau pikirkan selagi memandangku seperti itu?"

"Bermain ranjang tentu saja."
Setelah itu Mingyu mendapatkan sebuah pukulan kecil pada bahu lebarnya.

"Kita sudah sering melakukannya,bahkan bulan ini saja terhitung tiga kali."

"Tapi itu selalu memakai pengaman,aku tidak suka.
Apa kau takut untuk hamil lagi,Soonyoung-ah?"
Soonyoung menepuk pelan tali dasi yang sudah terpasang rapi,tersenyum menanggapi pertanyaan yang terlontar dari bibir Mingyu.
Soonyoung menghela nafasnya sebelum kembali berujar menjawab pertanyaan Mingyu.

Marriage Life Soonyoung Couple ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang