"REYGAN ARSENIOOO!!!" teriakan menggelegar itu bergema ke setiap penjuru koridor SMA Merah Putih, yang langsung mengundang banyak perhatian tertuju ke arahnya.
"Iyaa, hadir Bundaa.." sang pemilik nama menyahut dengan senyum merekah.
Rindu Argatha, Ibunda dari Rey yang baru saja keluar dari ruangan BK menatap nyalang ke arah putranya. "Bunda capek tahu, nggak?!" katanya ketus.
"Rey juga sama, capek kayak Bunda." jawab Rey mengikuti nada bicara Rindu.
"Diam! Kalau Bunda ngomong jangan di jawab! Itu namanya nggak sopan. Bunda nggak pernah ngajarin kamu kurang ajar sama orang tua."
Rey terbungkam, menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangannya. Jika sudah begini, lebih baik pura-pura bisu daripada kena amukan Bundanya.
"Kamu tuh--ya Tuhannn.. Bisa nggak sih satu hariiii aja jangan bikin ulah?! Bunda bosan terus-terusan di panggil ke sekolah cuma karena kamu selalu buat masalah. Mau kamu apasih Rey? Satu bulan ini Bunda sama Papa udah 3 kali keluar masuk ruang BK. Kamu mau juga lihat Bunda masuk IGD karena nggak tahan sama sikap kamu, hah?! Mau jadi anak piatu?"
Rey menggeleng cepat, tentu saja dia tidak mau Rindu sakit apalagi kehilangan sumber cintanya itu. Rey sangat menyayangi Rindu, lebih dari apapun. "Bunda jangan gitu dong ngomongnya, harus sehat-sehat. Rey nggak mau di santunin, mau nyantunin aja."
Menghembuskan napas panjang, Rindu berusaha menebalkan sedikit kesabarannya. "Yaudah, coba jelasin ke Bunda. Apa benar kamu mukulin anak sekolah lain sampai kemarin mereka nyerbu SMA kita?"
Rey diam, tidak menjawab perkataan Rindu.
"Rey, Bunda nanya sama kamu. Di jawab dong, jangan diam aja!" Rindu menyedekapkan tangannya di depan dada. Semenjak Rey beranjak dewasa, Rindu semakin tambah cerewet, apalagi jika menyangkut kenakalan anak bungsunya itu.
Gracio, Papa dari Rey yang merupakan suami Rindu hanya diam memperhatikan istrinya yang sedang mengomel dengan kecepatan di atas rata-rata. Bagi Cio itu sudah biasa terjadi, setelah keluar dari ruangan keramat yang akhir-akhir menjadi langganan mereka berdua pasti akan mencak-mencak.
"Reygan Arsenio Guardian Harlley! Jawab Bunda!"
Rey tetap tidak membuka suara, hanya menggelengkan kepala dan tentu saja itu memancing tingkat kegeraman Rindu. Sedangkan Cio yang tahu kemana jalan pikiran Rey hanya menepuk dahi pelan.
"Apasih geleng-geleng? Bunda nggak ngerti! Jangan aneh-aneh atau nanti malam kamu Bunda kurung di kamar." ancam Rindu telak, Rey membelalak tak percaya.
Tidak lagi! Jangan di kurung dalam kamar. Cukup malam kemarin menjadi yang terakhir karena Rey ketahuan balapan liar di jalanan.
Karena tidak mau membuat Bundanya tambah kesal, Rey pun angkat suara. "Bunda mah gitu, tadi nyuruh Rey buat diam. Sekarang Rey udah diam malah di suruh ngomong, pusing pala ganteng."
Rindu menjewer telinga kanan Rey dengan kencang, kemudian memutarnya membuat Rey memekik. "Ergtthh! Anak siapa sih kamuuu, kerjaannya ngebantah terus!"
"Aduh Bun, aduh! Sakit Bundaaa! Tega banget deh sama anaknya." Rey memegangi telinganya yang memerah.
"Rasain! Lagian Bunda heran sama kamu, nakal begini nurun dari siapa coba? Beda banget sama Papa kamu tuh yang dulunya pendiam. Nah ini anaknya, pencicilan, petakilan, bandelnya nguras emosi terus."
"Rey jadi ikutan bingung." Rey manggut-manggut, mengetuk jarinya di dagu. "Bun, Bun, apa jangan-jangan Rey bukan anak Papa?"
Tuk!
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST REYGAN [COMPLETED]
Teen FictionReina itu gadis yang di cintainya, dan Ravega adalah geng motor sekaligus keluarga kedua baginya, dan Rey, adalah yang memiliki keduanya. Namun, apa jadinya jika Reina meminta untuk Rey melepaskan salah satu dari mereka? Apa Rey sanggup memilih? [R...