BRAK!
Semua orang yang berada di dalam ruang osis lantas terkejut manakala Salfa menggebrak meja dengan begitu keras, melampiaskan kekesalannya pada satu orang yang Salfa tidak tahu kemana arah jalan pikirannya.
"LO NGGAK BISA GITU AJA NGUNDURIN DIRI, REI! PIKIRIN PROKER KITA SEMUA KALAU LO MUNDUR! TOLONG JANGAN EGOIS!" bentak Salfa pada Reina, saat sekitar sepuluh menit lalu Reina mengutaran niatnya melepas jabatan sebagai ketua osis.
Tentu tidak logis jika para anggotanya tidak terkejut, mereka sungguh tidak mengerti kenapa Reina memilih jalan buntu itu padahal kegagalan pensi bukan kesalahannya.
Dan perlu di catat baik-baik, tidak ada satu orang pun yang menyalahkan nya! Mereka tahu kejadian itu murni di luar kendali, tapi bebalnya, kenapa Reina terus merasa bersalah?
"Lo nggak ngerasain jadi gue, Sal--"
"IYA! GUE EMANG NGGAK NGERASAIN GIMANA JADI LO! TAPI GUE NGERASAIN PERASAAN LO GIMANA SAKITNYA ATAS KEGAGALAN PENSI KEMARIN, REI! KITA SATU TEAM! LO SAKIT KITA PUN SAMA! KEGAGALAN PENSI BUKAN SALAH LO! ITU DI LUAR KENDALI KITA ANGGOTA OSIS!!"
"Tapi gagalnya pensi di masa bakti gue, Sal! Di bawah pimpinan gue! Gue malu Salfa, malu! Di saat para ketua osis terdahulu semuanya berhasil, sedangkan cuma gue sendiri yang gagal! Acara hancur sebelum mencapai puncak, Gue emang nggak becus, nggak pantas mimpin kalian, Maaf.." isakan Reina keluar, menunduk dengan kedua tangan menutupi wajahnya.
Reina sedang rapuh, Reina sedang lelah. Reina butuh Rey. Reina butuh Rey untuk memeluknya, mengusap lembut punggungnya, menyeka air matanya, mendekapnya sambil mendengarkan seruan Rey yang menyemangatinya, Reina butuh Rey di sampingnya.
"Reyyy..." panggil Reina di sela isak tangisnya.
Seluruh anggota osis bersipandang, menatap iba teman karibnya yang tengah berada di titik keputus asaan. Mereka tahu sosok Rey sangat di butuhkan Reina sekarang, sampai-sampai cewek itu tanpa sadar memanggilnya.
Salfa menghembuskan napas berat, merasa tidak enak sudah memarahi Reina sebegitunya, pasti bentakannya menambah luka di hati Reina.
Salfa pun berjongkok di hadapan Reina, memeluknya erat seraya menggumamkan kata maaf berkali-kali. Reina membalas dekapan Salfa, menumpahkan semua tangisnya di bahu sahabat kecilnya.
"Gue kangen Rey, Sal.. Kangeenn banget. Seharusnya di saat kayak gini dia ada di samping gue, meluk gue, nenangin gue." lirih Reina perih.
"Reina, lo bisa cerna ungkapan kita?" Amel salah seorang anggota osis mengangkat suara.
Reina dan Salfa mengurai pelukan mereka, menatap teman-temannya yang tersenyum hangat ke arahnya.
"Lo, ketua osis terhebat yang kita kenal, lo bisa membawa kita dan seluruh siswa siswi SMA Merah Putih buat di siplin dan nggak melanggar peraturan. Ya walaupun itu nggak berlaku bagi anak Ravega yang bangornya sampai ketulang rusuk." Amel menjeda kalimatnya dengan tertawa kecil, di sambung Hilda dan anggota yang lain.
"Iya, Rei. Lo bukan cuma tegas, tapi lo konsisten dan bisa di percaya buat megang jabatan ini."
"Lo kuat, Rei. Lo hebat! Please jangan mundur.."
"Kita nggak ada yang nyalahin lo."
"Tetap berjuang bareng sama kita, Rei. sampai masa bakti kita selesai."
Reina terharu, mereka sangat peduli padanya. Namun, keputusan Reina sudah bulat. Reina rasa ia akan terus di gerogoti rasa bersalah jika pangkat ketua osis masih melekat di dirinya.
"Gue ucapin terimakasih sebelumnya sama kalian. Tapi maaf, gue nggak bisa, keputusan gue udah bul---"
"Lo egois, Na. Egois banget!" tidak perlu di beritahu siapa pemilik suara tersebut, kalian pasti sudah menebak dia siapa bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST REYGAN [COMPLETED]
Fiksi RemajaReina itu gadis yang di cintainya, dan Ravega adalah geng motor sekaligus keluarga kedua baginya, dan Rey, adalah yang memiliki keduanya. Namun, apa jadinya jika Reina meminta untuk Rey melepaskan salah satu dari mereka? Apa Rey sanggup memilih? [R...