BIASANYA, pagi hari ketika Reina hendak membuka gerbang rumahnya, ia langsung melihat sosok Rey sudah bersandar di motor dengan lesung pipit yang terbit karena senyum lebarnya. Sapaan hangat dan gombalan receh baby boy tidak lepas menjadi sarapan Reina sebelum berangkat sekolah.
Biasanya, Rey selalu menggenggam Reina ketika mereka berjalan bersisian di koridor menuju kelas masing-masing, melambaikan tangan karena akan berpisah di persimpangan karena kelas yang berbeda.
Biasanya, Reina akan mengancam Rey agar tidak bolos dan mengikuti pelajaran, dengan entengnya Rey mengiyakan. Tapi saat jam istirahat tiba Reina malah melihat anak bandel itu sedang di hukum hormat tiang bendera bersama teman-temannya. Reina ngambek, Rey membujuk. Reina luluh, lalu pulang sekolah Rey pasti mentraktir es krim sebagai tanda permintaan maaf.
Biasanya___ah sudah cukup! Terlalu banyak biasanya yang pernah Rey dan Reina lalui untuk sekedar di jabarkan. Itu ..., menyakitkan. Semua kebiasaan mereka perlahan menghilang, di gantikan sebuah penyesalan.
Kalau saja ..., kalau saja Reina dapat mengendalikan emosinya, kalau saja mulut Reina tidak kelepasan menyampaikan kekesalannya, kebiasaan-kebiasaan itu pasti akan terus berlanjut hingga sekarang.
Mungkin juga pagi ini mereka berdua tengah berjalan sejajar di koridor, saling melempar senyum, dengan jantung yang ikut berdebar.
Ada satu gombalan Rey, yang sampai saat ini masih membuat Reina merona ketika mengingatnya. Terdengar cringe, tapi Reina suka. Kata Rey begini, "aku ingin mencintaimu lebih banyak dari debar, lebih besar dari sabar, lebih lama dari selamanya." Dan dengan kaku sekaligus malu Reina meladeni, membalas gombalan Rey yang membuat cowok itu salang tingkah, "lalu aku akan mencintaimu lebih dari segala, segala yang aku punya, segala dari yang dunia punya."
"Oohh.. Jadi ini cewek yang kemarin di campakin pacarnya sendiri?" Reina yang tengah santai membaca buku di sudut perpustakaan menoleh, trusik dengan ucapan sinis seseorang yang tiba-tiba menusuk indra pendengarannya.
Reina berdecak, malas menanggapi nyinyiran Regina.
Regina Ameera, Kakak kelas tingkat tiga yang suka nyinyir dan melabrak adek kelas hanya karena hal sepele. Bahkan yang tidak punya masalah pun jika dia ingin melabrak, ya di labrak tu anak orang sama dia. Se'nggak jelas itu memang kelakuannya, nggak ngerti lagi deh.
Regina juga di kabarkan suka sama Rey. Biasa, Rey ketua Ravega. Otak liciknya langsung bekerja untuk numpang popularitas supaya terkenal. Tapi, sayangnya Rey tidak suka.
"Kasian ya jadi lo, hampir mati aja si Rey nggak ada niat bantuin, malah nontonin doang dan ngebiarin si Rangga yang nolongin." ejek Regina memanas-manasi.
"Bentar lagi juga kita dapat berita mereka putus, Re.."
"Benar banget kata lo, Nya. Kemarin aja gue lihat si Rey nganterin si Lea pulang, padahal pacarnya lagi sekarat di uks, melassss!" Vanya dan Sonya, si kembar tak identik antek-anteknya Regina ikut-ikutan.
Reina membuang napas pelan, tanpa membuka suara memilih beranjak daripada telinganya terus berdengung mendengar celotehan Regina yang bisa saja memancing emosinya.
"Bisa minggir? Gue nggak ada urusan sama lo, kak." bagaimana pun juga Regina masih kakak kelas Reina, menghormati harus Reina lakukan karena Regina lebih dulu menginjak SMA Merah Putih di banding dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST REYGAN [COMPLETED]
Fiksi RemajaReina itu gadis yang di cintainya, dan Ravega adalah geng motor sekaligus keluarga kedua baginya, dan Rey, adalah yang memiliki keduanya. Namun, apa jadinya jika Reina meminta untuk Rey melepaskan salah satu dari mereka? Apa Rey sanggup memilih? [R...