35. MERAWAT BLEBUG

3.6K 273 59
                                    

REINA turun dari mobil Rey dengan kedua pipi yang masih bersemu merah, ingatannya kembali berputar pada beberapa puluh menit yang lalu saat___ah sudah lah! Reina malu menceritakannya.

"Sayang.." panggil Rey yang ikut turun dari mobilnya, menatap Reina intens yang tengah berusaha menahan kegugupannya.

"K-kenapa, Rey?"

Rey tidak menyahut, malah semakin memperdalam tatapannya dengan maju selangkah memangkas jarak di antara mereka berdua.

Reina kelabakan, menundukan kepala berusaha meredam wajahnya yang kian memanas. "Apasih? Kenapa diam coba? Kamu mau ngomong apa?"

Dalam hati Rey terkikik melihat Reina salah tingkah, wajahnya yang merah padam di tambah bicaranya yang tiba-tiba terbata membuat Rey gemas ingin terus menggodanya.

Rey jelas tahu penyebab Reina seperti ini, pasti karena kejadian tadi. Tidak mau membuat kekasihnya pingsan mendadak karena kelamaan gugup, lebih baik Rey menghentikan kejahilannya.

Rey mengangkat tangan, mengusap puncak kepala Reina lembut. "Nggak ada. Gih sana masuk, terus istirahat. Besok kan kamu harus ngehandle acara di sekolah. Saltingnya di tunda dulu." ujarnya, Masih konyol!

Reina mendengus, mengumpat dalam hati untuk Rey yang sepertinya menganut prinsip nggak jahil, nggak hidup.

"Ishh! Yaudah aku masuk, kamu hati-hati pulangnya, usahain jangan sampai ketemu anak Meteor."

"Laksanakan bosku!" Rey memeragakan gerakan hormat di pelipisnya, Reina mengangguk lalu melangkah membuka gerbang sebelum suara kasak-kusuk entah darimana menghentikan pergerakannya.

Reina kembali berbalik. "Rey itu suara apa ya?"

Rey sendiri mengedarkan pandangan ke sekitar, pikirannya tertuju pada anak Meteor yang mungkin mengikutinya kesini lalu saat Rey pulang mereka akan menganggu Reina.

Ah tapi mana mungkin? Rey tidak boleh terlalu negatif thingking, siapa tahu itu cuma daun kering yang bergesekan satu sama lain karena tertiup angin.

"Bukan suara apa-apa, udah sana masuk."

"Tapi-" perkataan Reina terpotong oleh suara seperti tadi yang semakin terdengar jelas, namun herannya tidak ada siapa-siapa disini.

Lantas apa?

"Bentar."

"Reeyy..." bisik Reina semakin lirih, bukannya masuk ke dalam rumah, Reina malah mengikuti Rey dari belakang yang mengendap-ngendap mencari sumber suara tersebut.

"Kamu masuk ke rumah, sayang. Jangan ikutin aku." titah Rey yang di balas gelengan kepala Reina.

"Nggak mau, aku mau nemenin kamu aja. Aku takut kamu kenapa-napa cuma karena mastiin suara kasak-kusuk nggak jelas itu."

Rey menghela napasnya. "Yaudah, kamu tetap di belakang aku."

Kasak-kusuk semakin jelas terdengar, Rey mendekat ke arah sebuah benda berbentuk persegi panjang yang lumayan besar berada di sela-sela antara rumah Reina dan tetangganya.

Itu tempat penampungan sampah Mingguan di komplek ini, yang sekitar Seminggu sekali akan di angkut oleh petugas sampah.

"Rey apaan sih, itu?" Reina menarik ujung baju yang Rey kenakan, takut jika di dalam sana adalah seseorang berbahaya yang akan mencelakakan dirinya dan juga Rey. Reina parno kali ini, bahkan kegugupannya sudah lenyap berganti kecemasan.

"Kamu tenang, jangan panik, oke? Itu bukan apa-apa." Rey sendiri sudah bersiap jika memang suara kasak-kusuk tersebut ialah maling atau anak Meteor yang akan mengakibatkan baku hantam.

JUST REYGAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang