REINA termenung menatap langit kamarnya, ucapan Dimas tadi terus terngiang-ngiang di kepalanya. Apa benar selama ini sikap Reina keterlaluan terhadap Rey? Ah! Tapi tidak juga.
Menurut Reina sikapnya sangat wajar, dia begitu hanya ingin menghargai perasaan Darren untuk tidak terlalu dekat dengan cowok lain, masa iya itu salah?
Tidak mau ambil pusing Reina pun berjalan menuju lemari mengambil pakaian ganti, namun pergerakannya terhenti saat melihat jaket hitam di sisi tumpukan baju. Reina mengambilnya, mengurungkan niat berganti pakaian lalu kembali duduk di bibir kasur.
Reina berdecak. "Jadi jaket ini belum gue balikin? Astaga, Rei! Lo lupa atau pikun sih?! Ini udah mau sebulan, pasti dia ngira kalau gue sengaja nggak ngembaliin deh, bodoh lo, Rei!"
*****
Flashback on.Hari ini cuaca benar-benar tidak bersahabat. Sedari kemarin langit terus-terusan ngambek dengan menyembunyikan matahari agar sinarnya tidak menyinari bumi. Malah Menggantinya dengan awan mendung yang menangis menjelma hujan.
Derasnya hujan menghantarkan dingin yang begitu menusuk kulit, termasuk Reina yang berada di ruang osis. Ia terus mengusap-usap kedua lengannya berharap suhu dingin bisa berkurang.
Namun nihil, tak ada perubahan. Bodohnya Reina tidak membawa jaket padahal tadi Mama sudah menyuruhnya. Alasannya klasik, Reina malas ribet.
Cklek!
Reina menoleh ke sumber suara, memutar bola mata malas saat tahu siapa yang datang.
"Dingin ya, Rei?" tanyanya.
"Nggak mungkin panas kan di cuaca hujan kayak gini?!" jawab Reina ketus.
Dia terkekeh, mengacak gemas puncak kepala Reina membuat sang empunya melotot. "Apaan si lo, ih!" Reina menepis tangannya kasar.
"Nih pakai." tawarnya menyodorkan jaket berwarna hitam di hadapan Reina.
Reina tidak mengambilnya. "Biar apa lo begini?"
"Biar gue bisa peluk lo secara nggak langsung."
Reina mendesis sinis. "Nggak! Makasih."
"Beneran nggak mau?"
"Iya!"
"Yaudah.." Reina melongo mendengar jawaban simpel itu, arah matanya mengikuti dia yang langsung keluar begitu saja tanpa basa-basi lagi.
"Tumben banget tu anak nggak maksa. Biasanya kalau gue nggak mau di cecer terus sampe subuh. Tapi bagus deh, sadar mungkin kalau gue emang nggak bakal suka sama dia."
5 menit kemudian..
Tok tok tok..
"Permisi.."
"Permisi, kak.."
Reina mengerutkan kening, siapa yang mengetuk pintu? Kalau anak osis pasti langsung masuk.
Reina berdiri kemudian membukanya, netranya mendapati gadis mungil dengan bando di kepalanya, sepertinya adek kelas.
"Ada apa, dek? Cari siapa?" tanya Reina ramah.
"Nggak cari siapa-siapa kak, cuma mau kasih ini buat kak Reina.." Reina melirik jinjingan yang gadis itu bawa, kresek besar berlogo Alfamart.
"Apa itu? Makanan? Di suruh siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST REYGAN [COMPLETED]
Roman pour AdolescentsReina itu gadis yang di cintainya, dan Ravega adalah geng motor sekaligus keluarga kedua baginya, dan Rey, adalah yang memiliki keduanya. Namun, apa jadinya jika Reina meminta untuk Rey melepaskan salah satu dari mereka? Apa Rey sanggup memilih? [R...