REY menunduk tatkala Reina terus saja menatapnya lekat tanpa suara. Sejak Reina mendengar pembicaraan anggota Ravega di warung bi Tuti tadi, Reina langsung menarik Rey menjauh dari sana menuju gudang belakang sekolah. Rey duduk di bebatuan yang cukup besar sedangkan Reina berdiri di hadapannya.
"Jadi, lo bohongin gue? Luka itu bukan karena lo berantem sama preman tapi sama Darren? Iya begitu, Rey?" tanya Reina setelah sekian lama diam. Rey mengangguk pelan.
Rey tahu pasti Reina marah atau bahkan kecewa karena Rey sudah menghajar habis-habisan mantan kekasihnya. Mungkin yang lebih parah, setelah ini Reina akan memaki-maki bahkan menjauhi Rey kembali seperti dulu.
Rey akui, yang di ucapkan Dimas benar kalau perbuatannya mengamuki Darren tidak dapat di benarkan. Tapi peduli setan, Rey melakukan demikian semata-mata karena tidak terima Reina___orang yang di cintainya terluka karena perbuatan bajingan Darren.
"Marah aja Rei, gapapa. Gue akui gue salah udah ngehajar mantan lo sampai dia kritis di rumah sakit. Tapi gue nggak nyesal, demi apapun gue nggak nyesal sama sekali. Menurut gue itu setimpal dengan dia yang udah nyakitin lo, udah berani bikin lo nangis. Darren pantas dapatin itu."
"Rei, kayak apa yang selalu gue bilang. Happy Reina, happy me. Itu kenapa Darren memperalat lo buat balas dendam sama gue. Karena dia tahu, lo adalah kelemahan gue. Lo luka, gue yang sakit."
Reina bergeming, berusaha mencerna penjelasan dari Rey. Kemudian dengan keberanian penuh Reina menangkup wajah Rey membuat ketua Ravega tersebut mendongak dan menubruk netra cokelat milik Reina yang sedikit berair.
Reina tersenyum haru, menggelengkan kepala pertanda kalau Reina tidak marah sama sekali dengan Rey. "Gue nggak marah, dan gue nggak akan jauhin lo. Makasih Rey, makasih banyak udah benar-benar peduli sama gue." ucap Reina tulus.
Rey melongo mendengar penuturan Reina. Di luar dugaan, Rey kira Reina bakal ngamuk-ngamuk seperti waktu itu.
"Serius, Rei? Lo nggak kecewa apalagi benci gitu ke gue karena udah bikin Darren masuk rumah sakit?" tanya Rey memastikan.
Reina menggeleng, tersenyum tipis seraya mengambil posisi untuk ikut duduk di samping Rey.
"Rey.." panggil Reina. Rey menoleh di iringi senyum lebarnya yang menunjukan lesung pipitnya.
"Hm?"
"Jangan jadiin gue kelemahan lo, ya? Tapi Jadiin gue kekuatan lo."
Rey terhenyak atas perkataan Reina barusan, matanya menyipit karena bibirnya tersenyum. Reina banyak berubah. Apa ini artinya gadis itu sudah menerima kehadirannya?
"Perintah diterima, langsung acc. Mulai sekarang lo resmi jadi kekuatan gue bu ketos." ujar Rey sembari memberi hormat.
Reina terkekeh. "Sekalian bantu gue, mau nggak?
Rey menaikan sebelah alisnya. "Bantu apa? Gue mencalonkan diri jadi anggota osis biar kita satu organisasi?"
Lagi-lagi Reina di buat terkekeh nyaris kelepasan tertawa mendengar celetukan-celetukan Rey. "Gue nggak minta itu."
"Terus?"
Reina menarik napas sejenak, membuangnya perlahan lalu menatap Rey intens. Memang benar yang selalu di katakan cowok itu pada dirinya sendiri, kalau Rey memang tampan sebumi. Itu fakta, dan Reina mengakuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST REYGAN [COMPLETED]
Ficção AdolescenteReina itu gadis yang di cintainya, dan Ravega adalah geng motor sekaligus keluarga kedua baginya, dan Rey, adalah yang memiliki keduanya. Namun, apa jadinya jika Reina meminta untuk Rey melepaskan salah satu dari mereka? Apa Rey sanggup memilih? [R...