15. JADI, REINA KETERLALUAN?

7K 378 17
                                    

"KARENA gue sudah benar-benar mencintai Reina Sekar Anggita, jadi dia berhak di ketahui dan di kenal di keluarga Wirayudha.."

Reina bergeming, menatap Rey lekat. Netra yang biasanya selalu menyorotkan kilat tajam pada Rey itu kini meneduh.

Reina memperhatikan wajah Rey, entah apa yang dipikirkan. Tapi yang dapat Reina simpulkan adalah seutas senyum yang selalu Rey terbitkan kala menatap dirinya, adalah senyum tulus. Dia memang benar-benar serius dengan ucapannya.

"Karena lo nggak sampai amnesia dan udah baik-baik aja, gue pulang dulu. Mama pasti khawatir gue belum ada di rumah." kata Reina dingin, ekspresinya kembali datar.

Rey mengangguk, memposisikan dirinya menjadi duduk lalu beralih mencopot selang infus yang tertancap di tangannya sebelum Reina mencegah dengan suara galaknya.

"Eh, Rey! Mau ngapain sih? Gila lo ya?!"

"Tadi lo bilang mau pulangkan? Ayok gue antar."

Reina menggeleng tak percaya, astaga cowok ini--sungguh?! Wahhh.. Gila!

"Otak lo ketinggalan di tkp? Nggak sadar kondisi lo sekarang gimana? Gue nggak mau ya umur lo selesai cuma karena antar gue pulang." bukannya kesal atas ucapan pedas Reina, Rey malah terkekeh.

"Ciee.. Perhatian banget, takut kehilangan gue ya? Ututu gemasnyaaa." kata Rey menusuk-nusuk lengan Reina.

Reina mendelik, sepertinya ia harus ekstra sabar menghadapi manusia menyebalkan satu ini.

"Udah deh, ah! Jangan berlebihan. Gue bisa pulang sendiri, jam segini masih ada taksi yang lewat, gue juga bisa pesan gojek." tolak Reina.

"Nanti lo kenapa-napa kayak tadi, Reina. Jangan bikin gue khawatir lagi."

"Takut gue kenapa-napa atau takut masuk IGD dua kali? Lo hampir mati tadi." Reina terhenyak dengan pertanyaannya sendiri, apakah terlalu sarkas?

"Kalau gue takut masuk IGD lagi ngapain gue nawarin buat antar lo pulang?" ucap Rey pelan, kepalanya tiba-tiba terasa pusing.

"Ya nggak tahu, lah! Pokoknya gue mau pulang sendiri aja." baru selangkah Reina berbalik, Rey mencekal pergelangan tangan gadis jutek itu.

"Sebentar." lirih Rey.

"Apalagi?"

"Ponsel gue mana, ya?"

"Hah?" Reina tercengang di tempat, Rey mencegahnya beranjak hanya karena menanyakan dimana ponselnya?

"Tadi gue pakai buat telepon Dimas, tapi waktu di loby rumah sakit gue kasih ke si Hendra, kalau sekarang nggak tahu dimana, mungkin di buang!"

"Yahhh.. Kalau gitu boleh pinjam ponsel lo? Bentar aja."

Reina berdecak lalu menganggukan kepala malas, mengambil ponselnya dari dalam tas. Daripada harus terjebak lebih lama lagi disini, lebih baik Reina segera memberikannya saja, meskipun sedikit penasaran apa yang ingin di lakukan Rey.

"10 menit!" ketus Reina.

"5 Menit, Rei."

Reina memperhatikan Rey, entah mengetik apa dan untuk apa, tapi ya sudah lah. Terserah dia.

JUST REYGAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang