57. TERLALU JAUH MENYAKITI

4.1K 369 333
                                    

JAM terakhir di sekolah menunggu bel pulang berbunyi paling enak nongkrong di depan kelas, apalagi sambil cuci mata seraya menggoda adek kelas cantik yang lewat. Itu kelakuan inti Ravega saat ini, beruntung guru sejarah tidak masuk jadi kelas mereka free.

Di saat Dimas dan Hendra sibuk bermain game di ponselnya. Awan, Rama, dan Fajar heboh membuat konten goyang ngebor untuk tiktoknya setelah puas merecoki adek kelas yang lewat. Rey sendiri malah sibuk dengan pemikirannya yang semakin hari semakin semerawut.

Tatapan Rey kosong ke arah lapangan, tapi otaknya bekerja untuk menemukan jalan keluar, jalan keluar untuk perkataan Dimas malam tadi yang sangat-sangat menganggu pikirannya.

Flashback on

"Gue mau tanya." ujar Dimas meminta izin.

"Tanya ya tinggal tanya, ribet amat hidup lo pakai acara izin segala." sahut Rey dengan nada jenaka.

"Tapi lo jawab jujur."

"Kata si Bunda, gue tuh anaknya baik, ganteng banget, kalem, rajin menabung dan tentunya nggak sombong. Jadi nggak mungkin bisa bohong! Semua ucapan yang keluar dari mulut gue itu murni seratus persen tanpa rekayasa. Kalau melenceng sedikit ..., ya paling khilaf."

Dimas berdecih, lebih baik langsung to the point. "Gimana perasaan lo sama Lea?"

Kening Rey berkerut. "Perasaan? Maksud lo?" 

"Lo suka sama Lea?" mendengar pertanyaan Dimas yang terasa tidak masuk di akal, Rey pun bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk, menatap Dimas intens.

"Lo gila?" 

"Gue waras." tukas Dimas.

"Lo mabuk?"

"Gue nggak suka alkohol!"

"Lo kurang akua?"

"Mungkin."

"Cih!" kini giliran Rey yang berdecak, menggeleng-gelengkan kepalanya dramatis. "Pantas, pertanyaan lo nggak ada bobotnya sama sekali, kurang minum air putih ternyata."

"Gue serius, Rey! Gimana perasaan lo ke Lea di luar konteks persahabatan?"

Alis Rey seketika menukik tajam, pertanyaan Dimas menyulut emosinya yang akhir-akhir ini memang sulit di kendalikan. "Lo ngotak nggak sih Dim nanya begitu ke gue? Jelas gue nggak ada perasaan apapun selain sayang ke dia sebagai sahabat! Gue udah anggap Lea adek gue! Lo jelas tahu kan? Kita sering bareng-bareng waktu kecil, bahkan lo sendiri ada di masa itu!"

Dimas membuang napas pelan, sudah ia duga sebelumnya bahwa cinta Lea akan bertepuk sebelah tangan. Sebab, Rey hanya ingin di miliki oleh Reina.

Sekarang pun, meski sikap Rey berubah dingin pada gadis itu, tetap terlihat masih ada banyak cinta di matanya untuk Reina yang berusaha Rey sembunyikan di balik egonya. Cinta Rey buat Reina bukanlah suatu hal yang bisa di katakan main-main.

"Tapi Lea suka sama lo!"

"HAH?!" Rey membelalak, terkejut dengan mulut melebar yang hampir jatuh ke tanah.

JUST REYGAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang