Suara adzan dari toak masjid sudah memanggil, simbok yang tidak bisa tidur, karena kepikiran dengan Sri. Simbok bangun dari peraduannya dan bergegas mengambil air wudhu. Simbok menghamparkan sajadah dan mulai melaksanakan salat subuh. Dalam setiap sujudnya, simbok tak pernah lupa melangitkan doa untuk Sri, anak gadisnya.
Begitupun dengan Sri, Sri yang tinggal menumpang di rumah Prapti, pagi itu terbangun karena suara adzan yang sudah memanggilnya. Sri beranjak dari tempat tidurnya, lalu mandi dan segera mengambil air wudhu dan melakukan salat subuh. Tak lupa Sri pun melangitkan doa agar simbok diberikan panjang umur dan kesehatan yang baik.
Selesai salat Sri mematut diri di depan cermin dan memoleskan sedikit bedak, dia pun keluar kamar, menuju dapur. Sri merebus air dan kemudian menyeduhkan kopi untuk Prapti dan Paimo. Ketika Sri hendak mengaduk seduhan kopi, Prapti sudah berada di dapur. Dan hendak merebus air. Namun Sri sudah lebih dulu melakukannya.
"Kamu sudah bangun Sri?" tanya Prapti mengagetkan Sri.
"I-iya, mbak Prapti," jawab Sri gugup karena kaget.
"Ini kopi untukku Sri?" tanya Prapti.
"Iya, Mbak. Sekalian buat kang Paimo," jelas Sri.
"Terima kasih ya, Sri. Harusnya kamu nggak perlu repot-repot, kamu kan di sini sebagai tamuku, jadi wajar kalau aku yang melayani kamu, Sri." ucap Prapti menjelaskan.
"_Ndak_ apa-apa, Mbak. Lagian aku udah biasa nyeduhin simbok kopi," jawab Sri polos.
"O iya Sri. Hari ini aku masuk kerja dan kang Paimo nanti baru akan menanyakan pekerjaan buat kamu ke bu Susi, pemilik kedai di dekat pasar. Kamu di rumah nggak apa-apa to?" tanya Prapti.
"Iya, nggak apa-apa," jawab Sri.
"Kamu di rumah hati-hati ya, jangan ke mana-mana takutnya kamu kesasar dan kalau ada tamu jangan kamu buka pintunya," jelas Prapti panjang lebar.
"Iya, baik Mbak." Ucap Sri sambil membantu Prapti menyiapkan sarapan.
Sarapan sudah siap saat Paimo selesai mandi dan keluar dari kamarnya. Prapti pun segera bersiap untuk mandi dan berhias. Sambil menunggu Prapti, kang Paimo menyeruput kopi yang sudah hampir dingin.
Prapti sudah selesai mandi dan berdandan, saat jam di dinding kamar menunjukan pukul 07.30 wib. Dia buru-buru untuk menuju meja makan dan sarapan. Paimo yang sudah lebih dulu berada di meja makan, sudah selesai makan pagi.
"Ayo buruan nanti kesiangan," seru kang Paimo pada Prapti.
"Iya bentar," jawab Prapti.
Prapti buru-buru menghabiskan makanannya. Dan bergegas untuk berangkat kerja.
"Sri ...," panggil Prapti
"Ya, Mbak," sambil berlari Sri mendekati Prapti.
"Tolong ya jaga rumah, jangan lupa pintu dikunci!" pesan Prapti.
"Untuk makan Siang nanti, kamu beli lauk dan sayur aja di ujung jalan situ," ucap Prapti seraya memberikan selembar uang 50 ribu.
Sri mengangguk tanda mengerti, kemudian setelah Prapti dan suaminya berangkat kerja, Sri menutup pagar dan mengunci pintu.
Karena merasa dirinya menumpang di rumah Prapti, Sri ikut bertanggung jawab atas kebersihan rumah. Sri mulai membereskan meja makan sisa sarapan, kemudian menyapu lantai dan mengepel, membersihkan teras dan halaman rumah.
Jam 10.00 wib Sri sudah menyelesaikan pekerjaannya. Sri kemudian mencuci semua piring kotor dan juga mencuci baju-baju kotor Prapti dan Paimo. Selesai semua pekerjaannya Sri masuk ke dalam kamar untuk sekedar melepas lelah.
Tanpa terasa Sri tertidur karena kecapaian. Ketika terbangun jam di dinding menunjukan pukul 12.30 wib.
"_Astaghfirullah_," pekiknya. "Sudah jam 12.30 wib, aku belum salat duhur.
Sri buru-buru menuju kamar mandi dan berwudhu, kemudian Sri mmulai menghamparkan sajadah pemberian simboknya dan mengenakan mukenanya.
Selesai salat Sri berhias dan lalu keluar kamar untuk membeli sayur dan lauk makan siangnya. Sri kemudian berjalan menyusuri jalan rumah Prapti. Sampailah Sri di warung yang dituju.
Warung yang cukup luas dan bersih, siang itu cukup ramai. Sri menghampiri penjualnya dan memesan lauk dan sayur yang dia suka.
"Bu, minta dibungkusin sayur sop dan ayam gorengnya ya?" ujar Sri. "Jangan lupa sambalnya ya,Bu."
"Iya, Mbak. Ada lagi?" tanya ibu penjual.
"Sudah cukup itu saja, Bu!" jawab Sri.
Sri yang siang itu terlihat cantik dengan baju sederhana yang menutup tubuhnya, menjadi pusat perhatian pelanggan warung itu. Mereka tak hentinya memperhatikan kecantikan Sri dan lekuk indah tubuhnya.
"Ini Mbak, sayur dan lauknya," kata ibu penjual sambil menyodorkan pesanan Sri.
"Baik, Bu. Berapa semua?" tanya Sri.
"Dua puluh ribu, Mbak," jawab ibu penjual.
Sri memberikan uang 50 ribu pada ibu penjual dan menerima kembaliannya. Di pojok warung ternyata ada yang memperhatikan Sri, dia adalah Bram, buruh pabrik yang kebetulan tinggal di dekat rumah Prapti.
Bram adalah laki-laki mapan dan cukup umur, tapi belum sekalipun dia berpacaran. Entah kenapa saat dia melihat Sri, hatinya berdebar kencang, serasa ingin melompat masuk ke relung hatinya Sri.
Sejak saat itu dia rajin sekali makan di warung tersebut, ya warung ijo milik bu Wati. Bahkan dia selalu menanti kedatangan Sri, meskipun Bram belum tahu nama Sri dan siapa Sri, tapi dia berharap Sri tahu, bahwa ada hati yang selalu menunggu Sri di warung ijo.
Sejak saat itu, Sri hanya sekali ke warung itu, karena Sri sudah mulai bekerja di kedai bu Susi sebagai pramusaji. Sudah dua hari Sri bekerja di tempat bu Susi. Dia bekerja dari pagi jam 09.00 wib hingga jam 20.00 wib.
Setiap hari Sri berangkat mengunakan jasa angkutan umum dan pulang di jemput kang Paimo. Sebenarnya Sri tidak ingin merepotkan kang Paimo, tapi karena kalau sudah malam angkutan ke rumah Prapti sudah jarang, daripada kemalaman, makanya Prapti meminta suaminya untuk menjemput Sri.
Malam itu Paimo sudah menjemput dan menunggu Sri di parkiran, tapi Sri belum keluar juga. Di lihatnya ke dalam kedai bu Susi, Sri baru hendak keluar dan berpamitan pada bu Susi.
"Maaf, Kang. Sudah lama ya nunggunya?" ucap Sri saat sampai di parkiran.
"Iya, nggak apa-apa. Lagian aku juga belum lama kok," jawab Paimo. "Ya udah yuk pulang."
Paimo melajukan motornya, ketika hendak masuk ke gang yang menuju rumahnya, di ujung gang motornya, berpapasan dengan bis karyawan pabrik tempat Bram bekerja. Tidak lama kemudian nampak Bram sedang turun dari bis karyawan itu.
Bram yang hendak menyebrang, nyaris tertabrak motor Paimo. Sri kaget karena Paimo mendadak mengerem dan saat itu Paimo mengumpat. Sementara Bram langsung meminta maaf, atas kesalahannya yang tidak hati-hati saat menyeberang.
"Maaf ...," ucapnya pada Paimo seraya menangkupkan kedua tangannya.
"Iya ... nggak apa-apa," jawab Sri, sementara Paimo masih mengerutu.
"Udah Kang, kita jalan lagi aja, udah malam," ajak Sri. "Kasihan mbak Prapti sendirian di rumah."
"Iya, Sri." jawab Paimo sambil melajukan motornya kembali.
Bram yang masih berada di tempat kejadian, akhirnya mengetahui nama gadis yang selama ini dicari.
"O ... namanya Sri," gumamnya.
"Tapi itu, laki-laki itu siapa ya?" tanya Bram dalam hati.
Sejak kejadian malam itu, Bram rajin menunggu Sri di ujung gang. Meskipun dia tidak ada jadwal shif malam.
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
SRI
قصص عامةNamanya Sri, wanita desa yang mempunyai mimpi ingin sukses. Namun sayang semua mimpinya tidak sesuai harapannya. Sri mencoba untuk mencari kerja di kota bersama Prapti dan suaminya, tapi siapa sangka kedua orang yang dia percaya justru ingin menjer...