Bram memberikan waktu untuk Sri berfikir, dia ingin agar pujaan hatinya dapat menentukan jawaban dan sikap. Bram nggak ingin Sri gegabah memberikan jawaban, karena dia nggak ingin wanita yang dicintainya menyesal di kemudian hari.
"Baik Mas, aku akan memberikan jawaban secepatnya," kata Sri.
"Ya, Sri. Aku akan menunggu sampai kamu benar-benar siap," jawab Bram.
"Terima kasih Mas, secepatnya aku akan kasih jawabannya," ucapnya.
"Ya sudah, karena sudah malam, aku pulang dulu," pamit Bram.
Bram kemudian pulang setelah berpamitan pada Simbok dan Prapti. Kemudian Sri pun masuk ke dalam rumah dan bergegas ke kamar untuk mandi dan salat isya.
Simbok masih belum tidur, meskipun jam di dinding sudah menunjukkan pukul 21.30 wib. Mbok Darmi masih menunggu anak gadisnya yang baru selesai salat.
"Mbok belum tidur?" tanya Sri seraya merapikan mukenanya.
"Belum _Nduk_, simbok masih kangen pingin ngobrol-ngobrol sama kamu,' jawab mbok Darmi.
Sri kemudian menuju meja rias dan menyisir rambutnya, kemudian dia merebahkan tubuhnya di samping simbok.
"Simbok mau ngobrol apalagi?" tanya Sri.
"Hmm ... tentang Bram, siapa dia dan di mana rumahnya?" cecar mbok Darmi.
"Oh ... mas Bram? Dia rumahnya di gang sebelah dan kerja di pabrik. Mas Bram orangnya baik kok, Mbok!" terang Sri panjang lebar.
"Sudah lama kamu kenal dia, Sri?" tanya simbok lagi.
"Ya semenjak aku tinggal di rumah mbak Prapti," jelasnya, seraya bertanya "Memang kenapa, Mbok?"
Simbok yang mendengar penjelasan Sri merasa lega, karena di mata simbok, Bram orang baik dan bertanggung jawab.
"Ada hubungan apa kamu dengan Bram?" selidik mbok Darmi.
"Baru sebatas teman, Mbok!" jawab Sri. "Tapi, Mbok barusan tadi mas Bram menyatakan cintanya, Mbok!"
"Kamu juga suka, Sri?" tanya simbok.
"Aku belum menjawab, Mbok. Mas Bram kasih waktu aku untuk berfikir," jelas Sri seraya membetulkan letak bantalnya.
"Ya ... kamu salat istikharah Sri, biar diberikan petunjuk sama Allah," nasehat simbok.
"Ya, Mbok. InsyaAllah nanti aku mau mulai salat untuk mohon petunjuk dari Allah," jawab Sri.
Waktu di dinding sudah menunjukan pukul 00.00 wib, petugas ronda sudah memukul tiang listrik. Mereka kemudian beranjak untuk tidur.
***
Prapti dan Paimo belum tidur, mereka terlibat perbincangan serius, ya ... mereka sedang membicarakan Sri dan Bram. Mereka khawatir Bram yang semakin dekat dengan Sri."Kang, akhir-akhir ini Bram sepertinya makin dekat sama Sri," kata Prapti membuka obrolan.
"Ya sudah kita lihat aja, sampai di mana Bram bisa menjaga Sri dan dekat dengan Sri!" tukas Paimo.
"Aku khawatir rencana perjodohan kita dengan pak Bandi gagal," ucap Prapti.
"Tenang saja, nanti kita atur strategi lagi," kata Paimo menenangkan Prapti.
"Tapi awas ya, kalau kamu coba-coba merawani Sri!" ancam Prapti.
"Iya ... iya nggak lah, Ti," kata Paimo.
"Ya sudah kita tidur, besok kita temui pak Bandi," kata Prapti.
***
Bram yang masih ngumpul bareng di rumahnya bersama teman kerjanya, juga sedang membicarakan Sri. Entah sejak bertemu dengannya, Bram selalu kepikiran, terlebih sejak kejadian di kafe itu."Bram, gimana kabarnya Sri?" tanya temannya.
"Sri baik-baik saja, alhamdulillah. Malah saat ini simboknya ada di sini," jawab Bram.
"Gimana dengan Paimo?" tanya temannya lagi.
"Nah itu yang jadi pikiranku, aku merasakan ada gelagat nggak baik dari Paimo dan istrinya," jelas Bram.
"Makanya aku pingin melindungi Sri. Aku dengar-dengar mereka itu suka menjual gadis-gadis yang masih lugu seperti Sri untuk dijual ke cukong-cukong, sebagai istri simpanan," Bram kembali menjelaskan.
"Ya sudah kamu selidiki aja Paimo dan istrinya, jangan sampai kamu kecolongan," usul temannya. "Kalau kamu butuh bantuan aku, siap membantu."
Dari perbincangan dengan temannya Bram bertekad ingin melindungi Sri apapun resiko yang harus di tanggungnya. Nggak perduli sekalipun nyawa jadi taruhannya.
***
Seperti biasa setiap selesai salat Sri sudah berada di dapur untuk merebus air dan menanak nasi. Sementara Prapti yang bangunnya kesiangan, buru-buru bangun dan beranjak ke dapur, tapi Sri sudah lebih dulu menyiapakan kopi dan sarapan."Sri, maaf aku kesiangan," kata Prapti.
"Nggak apa-apa, Mbak. Lagian udah siap kok sarapannya," jawab Sri.
"Oh ... terima kasih Sri, kamu udah nyiapin sarapan untuk kita," ucap Prapti.
"Ya sudah, Mbak Prapti siap-siap aja kerja," ucap Sri. "Aku juga mau mandu dulu."
Mereka kemudian masuk kamar masing-masing, Paimo yang sudah siap dan rapi, seperti biasa dia akan minum kopi sambil melihat acara tv.
Setelah mandi dan berhias, kemudian mereka dan simbok sarapan, lalu tepat jam 08.00 wib, mereka akan berangkat ke tempat kerja masing-masing.
Bram yang sudah siap untuk mengantar kekasih hatinya, telah tiba du depan rumah Prapti lima menit setelah Prapti dan Paimo berangkat kerja.
Sri yang diantara simbok sampai halaman rumah tak lupa berpesan pada Bram, untuk hati-hati.
"Mbok, Sri berangkat kerja dulu ya!" pamit Sri seraya mencium tangan simboknya.
"Ya ... kamu hati-hati ya, kerja yang benar," pesan simbok.
"Nak Bram, titip Sri ya!" ucap simbok.
"Iya, Mbok. Pasti Sria akan saya jaga," seloroh Bram.
Mereka pun kemudian meninggalkan simbok, Bram melajukan motornya menuju tempat kerja Sri di daerah Bubakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SRI
Ficción GeneralNamanya Sri, wanita desa yang mempunyai mimpi ingin sukses. Namun sayang semua mimpinya tidak sesuai harapannya. Sri mencoba untuk mencari kerja di kota bersama Prapti dan suaminya, tapi siapa sangka kedua orang yang dia percaya justru ingin menjer...