Bab 6. Indahnya Cinta

42 1 0
                                    

Setelah kejadian malam itu, Bram selalu memikirkan Sri, begitupun dengan Sri. Seperti pagi ini Sri baru saja selesai salat subuh, kemudian duduk di depan meja riasnya, sambil mematut diri, dia tersenyum dalam batinya, 'Inikah rasanya jatuh cinta?

Untuk pertama kalinya Sri  merasakan hatinya bergejolak, ya ... gejolak asmara telah merasuk ke relung kalbunya, hingga nama Bram seakan memenuhi ruang kosong di hatinya.

Mata Sri terlihat sedikit bengkak, karena semalam dia nggak bisa tidur, Sri baru bisa tidur lelap, saat pukul 02.00 wib. Sri merasa seperti ada rasa yang bergetar setiap bayangan Bram menari-nari dalam ingatannya.

"_Astghfirullah_ ... ada apa ini dengan diriku, kenapa bayangan mas Bram, selalu hadir," gumam Sri.

"Ya Allah ... baru kali ini aku merasakan, rasa seperti ini," ucapnya lirih.

"Apa ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama?" tanyanya dalam hati.

Tiba-tiba pintu kamar Sri diketuk dari luar, terdengar suara Prapti memanggilnya. Sri tersentak dari lamunannya dan buru-buru Sri membuka pintu.

"Sri, ini teh hangat buat kamu, kamu istirahat aja, lagian ini hari minggu, biar aku yang nyelesain pekerjaan rumah," ucap Prapti seraya masuk kamar dan membawakan sarapan untuk Sri.

"Tapi, Mbak! Aku udah nggak apa-apa, aku udah sehat kok, Mbak!" tukas Sri.

"Udah nggak apa-apa kamu istirahat aja, biar besok kamu kerja dalam keadaan sehat dan bugar," kata Prapti.

"Baik, Mbak. Terima kasih," ucap Sri.

"Ya sudah, sarapan dulu, mbak mau beberes dulu," tukas Prapti.

Prapti beranjak dari kamar Sri dan bergegas untuk beberes rumah. Sementara Paimo sudah pergi, entah kemana. Ketika Prapti sedang bersih-bersih tanamannya, Bram datang.

"_Assalamu'alaikum_, Mbak. Maaf menganggu," sapa Bram.

"E ... Mas Bram, enggak kok, enggak ganggu," jawab Prapti. "Ada yang bisa  mbak bantu?"

"Hmm ... Sri ada Mbak, boleh saya ketemu dengan Sri?" tanya Bram malu-malu.

"O ... ada, Sri ada kok di dalam, bentar ya, mbak panggilkan. Yuk silahkan duduk dulu," ucap Prapti seraya menyuruh Bram duduk.

"I-iya Mbak," jawab Bram.

Prapti kemudian masuk dan memanggil Sri yang sedang istirahat di kamarnya.

"Sri ada Bram ingin ketemu kamu." panggil Prapti seraya menuju dapur.

"Ya, Mbak. Sebentar," teriak Sri dari dalam kamar.

Sri yang sedang rebahan di atas tempat tidur, kemudian bangun dan menuju meja rias untuk mematut diri, menyisir dan memoleskan sedikit bedak di wajah ayunya.

Sri pun keluar kamar dan nenemui Bram yang duduk di teras. Sementara Prapti yang sudah siap dengan nampan berisi minuman dan camilan buat tamunya Sri.

"Sri, ajak Bram masuk ke ruang tamu, nggak enak kalau dilihat tetangga," panggil Prapti seraya mengingatkan.

"Ya ...," jawab Sri.

Sri pun menyuruh Bram masuk ke dalam, Bram pun menurut apa yang diperintahkan tuan rumahnya.

"Ayo Mas duduk di dalam aja," ajak Sri.

"Iya Sri," ucap Bram.

***

Di kampung Sri, di desa cacaban, Kedu, Jawa Tengah. Simbok yang semalaman nggak bisa tidur, mencoba bertanya pada saudaranya Prapti yang tinggalnya tidak jauh dari rumah Prapti.

"Aku harus cari tahu alamat rumah Prapti di kota," ucap simbok lirih.

"Aku harus ke rumah Prapti, siapa tahu ibunya Prapti punya alamatnya," batin simbok.

Simbok buru-buru ke rumah Prapti, mumpung hari masih pagi dan simbok bisa bergegas ke kota setelah mendapat alamat Prapti di kota.

Sesampai di rumah Prapti, simbok mengucap salam, setelah bertemu ibu Prapti, simbok mengutarakan maksud kedatangannya. Ibu Prapti pun kemudian memberikan secarik kertas yang bertuliskan alamat Prapti di kota.

Setelah mendapatkan alamat tersebut, simbok kemudian ke agen travel dengan tujuan ke kota Semarang, tak lupa simbok mampir ke toko jajanan, sekedar membeli oleh-oleh untuk Prapti dan Sri.

Setelah membeli oleh-oleh simbok buru-buru menuju agen travel, kemudian simbok menanyakan travel dengan tujuan Semarang.

"Selamat siang bu?" tanya petugas travel dengan ramah.

"Siang, Mbak. Mbak travel yang tujuan Semarang masih ada yang kosong?" jawab simbok seraya bertanya.

"Masih, Bu. Kebetulan tinggal satu dan setengah jam lagi berangkat," kata petugas tersebut menjelaskan.

"Baik saya ambil ya, Mbak!" ucap simbok.

Setelah memesan, membayar dan mendapatkan tiketnya simbok duduk di kursi tunggu yang sudah tersedia dia agen tersebut.

Setengah jam kemudian travel telah membawa simbok menuju kota Semarang, kota di mana untuk pertama kalinya Sri hidup berjauhan dari simboknya.

***

Bram terlihat asik ngobrol dengan Sri, hingga tak terasa waktu sudah beranjak Siang. Bram kemudian pamit pulang. Prapti yang sedang menyiapkan makan siang, menyuruh Bram untuk tidak buru-buru pulang.

"Sri, aku pamit pulang dulu ya, nanti kapan-kapan aku main lagi," kata Bram.

"Iya, tapi tunggi sebentar y Mas, aku panggilkan mbak Prapti," ucap Sri.

Sri beranjak dari ruang tamu dan memanggil Prapti yang sedang di dapur.

"Mbak Prapti, tuh mas Bram mau pulang," panggil Sri.

"Lho kok buru-buru, ini aku dah selesai nyiapin makan siang," sahut Prapti.

Prapti pun tergopoh menuju ruang tamu.

"Lho kenapa buru-buru, Bram? Baru aja aku selesai nyiapin makan siang. Ayo makan siang dulu sebelum pulang," ajak Prapti.

"Maaf Mbak, bukan saya mau menolak rejeki, lain kali saja Mbak. Karena saya buru-buru ada urusan sama teman," jawab Bram.

"O ... begiti, baiklah, tapi benar ya lain kali harus makan di sini," kata Prapti.

Bram kemudian pulang dan Sri mengantarkan hingga ke teras. Prapti melanjutkan pekerjaannya di dapur.

***
Travel yang membawa simbok sudah 15 menit meninggalkan agen, simbok yang mendapat tempat duduk di belakang berharap perjalanannya kali ini lancar, sehingga dia bisa segera bertemu Sri dan mengajaknya pulang ke desa.

Waktu beranjak petang, ketika travel yang simbok tumpangi masuk wilayah kota Semarang atas. Di dalam travel tinggal simbok dan empat orang lagi yang belum turun, yang lain sudah sampai di tempat tujuannya masing-masing.

Simbok kemudian menanyakan, apakah masih lama untuk sampai ke alamat tujuan, pada sopir travel.

"Pak, ini masih jauh ya ke alamat ini?" tanya simbok.

"Iya, Bu," jawab sopir itu.

Simbok pun semakin nggak sabar ingin segera bertemu Sri dan memeluknya untuk melepaskan rindunya.

Ketika adzan maghrib berkumandang, simbok tiba di rumah Prapti, rumah bercat hijau yang terlihat asri dan adem. Simbok masih tidak percaya kalau ini rumah Prapti, dia meyakinkan lagi dan bertanya pada sopir yang mengantarnya.

"Mas benar ini alamatnya?" tanya simbok ragu.

"Iya Bu. Ini alamat tujuan Ibu," jelas sopir travel.

Simbok kemudian mendorong pintu gerbang yang di bantu oleh sopir travel.

SRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang