Bab 21. Terancam

45 1 0
                                    

Kebahagian Sri semakin lengkap, setelah kehadiran bayinya dan simbok memaafkannya, kini dia syah menjadi nyonyah Bram. Mereka sudah resmi menjadi suami istri di mata hukum dan di mata agama dan masyarakat.

Namun ternyata kebahagian itu hanya sesaat, karena ancaman lain datang di dalam rumah tangga mereka. Paimo yang pulang ke kampung setelah ditinggalkan Prapti, ternyata dia, mendengar kabar ke pulangan Sri dan Bram ke kampung untuk melangsungkan pernikahan.

"Mo ...," panggil Wanto temannya di kampung. Saat melewati rumah Paimo.

"Kamu Wanto kan?" tanya Paimo.

"Iya, masak Kamu pangkling sama aku?" ucap Wanto.

"Lha gimana nggak pangkling, orang Kamu sekarang udah sukses," seloroh lelaki yang duduk di atas kursi roda.

"Kamu pulang kampung kok sendir, mana Prapti?" selidik Wanto.

"E ... anu, e ... Prapti ninggalin aku," jawabnya malu.

"Lho kok bisa gitu? Kenapa Prapti pergi?" tanya Wanto.

"Ceritany panjang To," jelas Paimo.

Paimo pun menceritakan pada Wanto prihal kenapa Prapti meninggalkannya. Wanto hanya mengangguk-angguk tanda dia mengerti. Sehingga tak terasa hari sudah beranjak petang.

"Mo ... aku pulang dulu ya, karena besok aku dapat carteran ke Semarang. kapan-kapan aku mampir lagi" ucapnya.

"Baiklah," jawab Paimo.

***

Sementara Prapti yang sekarang menjadi simpanan pak Bandi untuk sementara tidak tinggal di rumah besar tersebut, melainkan di rumah pak Bandi yang lain. Rumah di pinggiran kota semarang, minimalis dan jauh dari hiruk pikuk kota.

"Sayang, kamu sementara tinggal di rumah ini ya, karena aku nggak ingin anak istriku tau, kamu tinggal di rumah besar itu," terang pak Bandi.

"Hmm ... selama bersama Kamu, tinggal di manapun aku pasti mau," kata Prapti sambil melingkarkan tangannya di pinggang laki-laki tersebut,' jawab Prapti, seraya sesekali ciuman pak Bandi mendarat di dahinya.

"Tentu dong Sayang, kita pasti akan selalu bersama," ucap pria tambun itu, sambil mendaratkan ciuman dan bergerilya untuk melepaskan syahwatnya.

***

Lastri yang merasa dibohongi pak Bandi, mulai enjoy berkencan dengan pak Eko, dia merasa dimanjakan dan pak Eko yang romantis selalu memberikan kejutan-kejutan. Bahkan, pak Eko membelikan cincin berlian pada Lastri, sebagai hadiah atas kepuasan yang dia dapatkan.

Wanita ayu itupun merasa nyaman setiap ada di dekat pak Eko, yang gagah dengan tubuh tegap dan tidak tambun, seperti seorang pak Bandi. Semakin hari Lastri semakin dimanjakan oleh laki-laki itu. Sampai pada suatu hari pak Eko menyatakan keseriusannya untuk mempersunting Lastri menjadi istri keduanya.

"Lastri, mau kah Kamu menjadi istri ke duaku, karena jujur aku semakin hari semakin mencintaimu," ucap pak Eko.

"Tapi bagaimana dengan istri Bapak?" tanya Lastri.

"Itu bisa diatur, aku ingin punya anak dari Kamu, karena istriku sakit, sehingga tidak bisa memberiku anak. Aku berharap dengan menikahimu, Kamu bisa mewujudkan keinginanku," jelas pak Eko.

Ya ... pernikahannya dengan Rani, Istrinya sudah lebih dari 15 tahun, tapi dokter memvonis, bahwa istrinya tersebut tidak bisa memberinya anak, hal itu dikarenakan istrinya menderita kanker rahim stadium 3. Dokter menyarankan untuk mengangkat rahimnya, karena kanker sudah menyebar.

***

Bram dan Sri bersiap untuk pulang ke kota, simbok yang tadinya nggak mau ikut, akhirnya menyetujui ajakan anaknya. Sri senang dan dia bisa tenang bila simbok selalu ada di dekatnya.

Pagi itu mereka sudah bersiap untuk berangkat ke kota, mobil sewaan sudah menanti di depan rumah simbok, tiba-tiba Paimo muncul dengan kursi rodanya. Bram, Sri juga simbok kaget, tapi mereka berusaha untuk tidak terlihat gugup, karena terkejut akan kedatangam Paimo.

"Assalamu'alaikum," ucap Paimo.

"Waalaikumsalam," jawab Bram.

"Kalian sudah mau balik ke kota?" tanya Paimo menyelidik.

"Iya Kang, besok aku udah masuk kerja," jawab Bram.

"Masih tinggal di rumah yang dulu?" selidik lelaki yang sekarang hidupnya bergantung pada kursi roda.

"Udah pindah Kang," jawab Bram hati-hati, khawatir Paimo akan menjebak untuk tahu alamat rumahnya.

"Owh kirain masih di sana," jawab Paimo basa-basi.

Simbok yang merasakan ada gelagat yang tidak baik dari Paimo, mencoba untuk mengajak Bram segera berangkat, dan mengakhiri obrolannya Bram dengan Paimo.

"Bram sudah siang, ayo berangkat!" ucap mbok Darmi.

"Ya Mbok," jawab Bram seraya pamit pada Paimo.

Bram kemudian masuk ke dalam mobil, di dalam sudah.menunggu istri dan anaknya, simbok juga Mamad. Mobil pun melaju menyusuri jalan desa, sementara Paimo hanya bisa mematung di atas kursi roda menyaksikan kebahagian Sri.

"Tunggu pembalasanku, Sri. Aku seperti ini karena kamu," gumamnya.

Paimo pun kemudian mendorong kursi rodanya dengan memutar rodanya dengan kedua tangannya.

***

Mobil yang membawa Sri sudah meninggalkan desanya, dan melaju dengan kecepatan sedang. Bram dan istrinya terlihat sangat bahagia, mereka belum mengetahui bahaya yang sedang mengintai.

***
Sementara Prapti sedang berbahagia, karena keinginannya untuk jadi simpanan pak Bandi kini terwujud, terlebih semua yang dia minta di berikan oleh bandot tua tersebut. Namun Prapti tidak tahu kalau sewaktu-waktu istri pak Bandi akan meminta haknya kembali.

Lain dengan Lastri, dia bisa dibilang beruntung, karena istri pak Eko yang sakit-sakitan, justru meminta Lastri untuk mau melayani dan menjadi istri keduanya.

***

Keluarga kecil Bram sudah tiba di rumahnya. Bram di bantu Mamad menurunkan barang bawaannya. Namun mereka tidak menyadari bahwa yang mengantarnya sampai ke rumah adalah Wanto, teman Paimo.

Mereka memang tidak tahu siapa Wanto? Karena Wanto bukan warga desa tempat simbok tinggal. Dia adalah teman Paimo, waktu masih SMP.

Setelah Bram dan Mamad menurunkan semua barang bawaannya, Wanto kemudian berpamitan dan melajukan mobilnya meninggalkan mereka.

***

Sore itu Paimo duduk di teras, sambil memikirkan rencana balas dendamnya pada Sri dan Bram. Namum Paimo juga binggung, bagaimana mungkin dia bisa membalas dendamnya, sementara dia lumpuh dan duduk di kursi roda.

Tiba-tiba dia ingat pada Wanto. Paimo berniat untuk memanfaatkan Wanto untuk membalaskan dendamnya.

"Ya ... aku harus minta bantuan Wanto," gumamnya. "Besok aku harus temui Wanto di rumahnya.








SRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang