Bab 12. Tipu Daya

24 1 0
                                    

Bram ternyata tidak hanya sayang dan cinta, dia begitu perhatian pada Sri. Sehingga gadis desa nan lugu itu merasa, dirinya bagaikan ratu. Apalagi ini kali pertama dia dekat dengan cowok dan diperhatian sedemikian rupa.

Di dalam gedung bioskop, Bram tak hentinya memandangi wajah Sri di temaramnya lampu gedung tersebut. Bram mengagumi kesederhanaan dan wajah cantiknya. Bahkan, Bram nggak sabar mendengar jawaban dari Sri, tentang pernyataan cintanya.

"Mas Bram, kenapa sih ngliatin aku sampai segitunya?" pertanyaan Sri menyadarkan Bram dari lamunannya.

"Hmm nggak apa-apa Sri, aku seneng aja liat kamu," jawab Bram sekenannya.

"Ih ... Mas Bram mulai genit, nih!" ucap Sri.

"Sri, aku itu sangat mencintaimu, kalau perlu aku ingin melamarmu ke rumah simbok," kata Bram seraya mengenggam tangan Sti.

"Sejujurnya, Mas. Aku juga sayang kamu, aku mau jadi kekasihmu, Mas!" jawab Sri malu-malu. "Sejak ketemu pagi itu, setelah malamnya Mas Bram hampir tertabrak Kang Paimo, aku merasakan debaran yang aneh."

"Aneh, gimana Sri?" tanya Bram.

"Ya pokoknya setiap lihat Mas Bram, aku merasa seneng dan nyaman. Apa saat itu aku sudah jatuh cinta ya, sama kamu?" jelas Sri seraya bertanya.

"Serius, Sri?" tanya Bram, seakan tak percaya.

"Aku serius, Mas. Terlebih saat kamu menolongku saat di kafe itu," jawab Sri.

"Terima kasih ya Sri, aku janji akan kujaga kamu dan sesibuk apapun aku akan selalu memperhatikan kamu," janji Bram pada Sri.

"Sama-sama, Mas," jawab Sri.

"Jadi hari ini, di gedung bioskop ini, kita jadian ya Sri?" tanya Bram, di sambut anggukan Sri yang malu-malu.

Hari itu Bram sangat bahagia, karena harapannya untuk jadi kekasih Sri terwujud, dia berjanji untuk secepatnya melamar ke mbok Darmi. Sri pun tak kalah bahagia, hatinya kini dipenuhi bunga-bunga cinta yang semerbak mewangi.

Film yang diputar pun usai, mereka yang sedang dilanda asmara berjalan bergandengan dengan senyum sumringah. Bram semakin nggak sabar ingin segera meminang Sri untuk jadi istrinya.

"Sri!" kata Bram

"Ya ... Mas," jawab Sri manja.

"Bulan depan kita ke rumah simbok ya!" ajak Bram.

"Ke rumah simbok, Mas?" tanya Sri. " Ngapain ke rumah simbok, Mas?"

"Aku mau melamarmu, karena aku ingin kamu menjadi istriku, ibu dari anak-anakku," jawab Bram seraya merangkul Sri.

Sri yang mendengar kesungguhan Bram, merasa senang, sekaligus bahagia. Karena ternyata Bram bersungguh-sungguh menjalin hubungan dengannya.

"Baik, Mas. Bulan depan kita menemui simbok," jawab Sri.

Hari beranjak sore, mereka kemudian bergegas untuk pulang. Sepanjang perjalanan tangan Sri melingkar di pinggang kekasihnya, atas permintaan Bram. Sesekali Bram juga mengenggam tangan Sri, sambil bercanda.

***
Di rumah Prapti dan suaminya sedang duduk santai di depan tv. Kemudian telepon genggam Prapti berbunyi, dia buru-buru untuk meraih ponsel itu, dan terdengarlah suara di seberang sana.

"Prapti! Gimana dengan janjimu, katamu secepatnya mau antar Sri kemari," hardik suara itu.

"Iya, Pak Bandi. Maaflan saya, karena saya belum bisa bawa Sri ke tempat Bapak," jawab Prapti.

"Pokoknya saya nggak mau tau, malam ini antar Sri, ke rumah!" kata Pak Bandi dengan marah.

"Baik, Pak. Biar nanti di antar kang Paimo," jawab Prapti.

SRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang