Bab 20. Penyesalan Prapti

28 1 0
                                        

Prapti yang pergi meninggalkan suaminya, bertemu dengan pak Bandi, dia berharap lelaki kaya tersebut memberikan maaf padanya, dan menjadikannya istri simpanan, mengantikan Sri yang kabur. Namun apa yang diharapkan tak sesuai kenyataan.

"Pak ... Pak Bandi," panggil Prapti ketika laki-laki itu hendak masuk ke dalam salon tempat dia bekerja dulu.

Merasa dirinya ada yang memanggil namanya, pak Bandi menghentikan dan mencari-cari arah suara yang telah memanggilnya. Tiba-tiba Prapti yang sudah berada di belakang pak Bandi langsung bersimpuh dan memegangi kaki pak Bandi, dengan harapan pak Bandi mau memaafkannya.

"Hai ... apa-apaan ini?" tanya pak Bandi.

"Maafkan saya, Pak. Saya bersedia mengantikan Sri, untuk menjadi pemuas nafsu dan istri simpanan Bapak," isak Prapti sambil bersimpuh di bawah kaki pak Bandi.

"Maaf Prapti, aku sudah kecewa sama kamu, memang selama ini kamu telah menjadi teman kencanku yang memberiku kepuasan, tapi karena Sri kabur bersama Bram, dan aku sudah rugi besar, jadi aku nggak bisa lagi membantumu," tegas pak Bandi.

"Sa-saya tahu Pak, Bapak kecewa. Ta-tapi maafkan saya, saya siap melakukan apapun, untuk kepuasan Bapak. Karena saya sudah meninggalkan kang Paimo, seperti yang Pak Bandi minta dulu," ratap Prapti mengiba.

"Kamu sudah meninggalkan Paimo?" tanya bandot tua tersebut.

"Iya, Pak. Sa-saya meninggalkannya demi Bapak. Jujur saya mencintai Bapak, dan siap untuk melayani Bapak," jawab Prapti.

"Tapi maaf, aku sudah tidak membutuhkanmu, karena aku sudah punya yang baru," tegas laki-laki yang berwajah oriental tersebut.

Ketika mereka sedang berbincang, datang wanita muda nan cantik, tubuhnya sintal berbalut rok mini dengan bluse model sabrina. Pak Bandi kemudian memeluknya dan memberikan kecupan di kening wanita itu.

Betapa kaget Prapti, melihat wanita muda yang sudah dia kenal.

"Ka-kamu?" kata Prapti.

Wanita itu hanya tersenyum dan bergelayut manja di lengan bandot tua tersebut. Tanpa menghiraukan Prapti, mereka kemudian berlalu dan menuju mobil pak Bandi

Prapti masih ternganga, dia tidak percaya, teman semasa masih kerja di salon tersebut telah merebut hati pak Bandi. Dia geram, ingin rasanya dia membuat perhitungan dengan wanita, yang bernama Lastri.

"Aku nggak rela, Lastri merebut mesin uangku," gumamnya.

"Lihat saja, aku akan bikin perhitungan denganmu, Lastri," batin Prapti.

Merasa ke datangannya di salon tidak membuahkan hasil, Prapti lalu mencari penginapan untuknya bermalam, karena dia tidak tahu harus kemana lagi.

Sore itu Prapti, memutuskan untuk tidur di penginapan. Sesampai di penginapan dia memesan satu kamar untuknya menginap malam ini. Namun, dia dikejutkan dengan kehadiran pak Bandi, yang menariknya untuk ikut dengan laki-laki itu.

"Prapti, ayo ikut aku," ajaknya

"Ke-kemana Pak?" tanya Prapti

"Sudah ikut aja," tukas pak Bandi.

Prapti kemudian mengikuti pak Bandi menuju lobi di penginapan tersebut. Di sana telah menunggu Lastri dan teman pak Bandi, namanya pak Eko.

Pak Eko adalah rekan bisnis pak Bandi. Dia adalah pengusaha kuliner di wilayah Semarang. Kemudian pak Bandi mengenalkan Prapti pada pak Eko. Prapti menyambut perkenalan tersebut.

Setelah perkenalan itu, mereka lalu beranjak dari lobi menuju cafe yang ada di sudut penginapan dan memesan makanan dan minuman. Pak Bandi dan pak Eko terlihat perbincangan serius, sementara Lastri asik menikmati makanan yang di pesannya.

Prapti yang masih berharap pada pak Bandi, berusaha mencari perhatian pada laki-laki tambun tersebut. Perhatian Prapti ditangkap pak Bandi, kemudian lelaki paroh baya tersebut mendekati Prapti dan berbisik pada Prapti.

Beberapa menit kemudian sambil tersenyum sinis pada Lastri Prapti melenggang meninggalkan ketiga orang itu, entah apa yang dibisikan pak Bandi pada Prapti, sehingga Prapti terlihat senang.

Malam telah menunjukan pukul 20.00 wib, pak Bandi pamit pada pak Eko dan Lastri, berdalih ingin ke toilet pak Bandi meninggalkannya dan menyusul Prapti yang lebih dulu keluat, setelah bertemu dengan Prapti, laki-laki gendut itu merangkul wanita yang sudah bertahun-tahun menjadi pemuas nafsunya.

Prapti membalas rangkulan pak Bandi dengan melingkarkan tangannya ke pinggangnya. Pria berkacamata itu kemudian mengajak Prapti menuju mobilnya, untuk pulang ke rumahnya. Sementara itu pak Eko mengajak Lastri untuk menemaninya menfhabiskan malam itu.

"Lastri, ikut yuk!" ajak pak Eko.

"Ikut kemana Pak?" tanya Lastri. "Bagaimana dengan pak Bandi."

"Kita habiskan malam ini bersama, Bandi nanti menyusul kok," jelasnya.

Lastri kemudian menuruti ajakan pak Eko. Dengan mengendarai mobilnya, mereka menuju ke sebuah rumah mewah nan asri, di bilangan Puri Anjasmoro. Sesampai di rumah tersebut, Lastri masih menanyakan pak Bandi.

***
Prapti sudah berada di rumah pak Bandi yang besar dan mewah. Sementara pemilik rumah, manggil pelayannya untuk menyiapkan minum. Ketika Prapti sedang melihat-lihat rumah tersebut, pak Bandi memeluk dari belakang dan mengendongnya menuju sofa.

"Aku kangen Kamu, Prapti," bisiknya di telinga Prapti.

"Aku juga kangen, maafkan aku ya Sayang," ucap Prapti.

"Sebenarnya kemana aja kamu? Padahal aku tidak marah sama kamu, aku hanya kecewa pada Sri," tanyanya seraya menerangkan.

"Tapi Bapak sudah berhasil, ambil keperawanan Sri kan?" rajuk Prapti.

"Memang kenapa? Kamu cemburu?" goda pak Bandi.

"Sapa sih yang nggak cemburu, kekasihnya bermesraan dengan wanita lain," kata Prapti.

"O iya tadi sewaktu di salon kenapa Bapak berbicara seperti itu?" tanya Prapti.

'Aku hanya ingin melihat Kamu keceea dan menyesali perbuatanmu," terang pak Bandi. "Tapi rasa cintaku padamu meluluhkan hatiku."

"Ya sudah, sekarang tidak usah membahas hal itu, yang penting malam ini kita sudah bersama, dan kita habiskan malam ini untuk bercinta," ucapnya lagi seraya mencumbu Prapti.

***

Di rumah pak Eko, Lastri di jejali minuman yang sudah dicampur obat perangsang, sehingga Lastri meracau, dan dengan mudah pak Eko menyetubuhi Lastri.

***
Di rumah Bram, Prapti dan simbok sedang merencanakan untuk mengelar acara pernikahan Sri dan Bram di kampung. Sebelum anaknya tumbuh besar. Karena mereka nggak ingin pernikahannya hanya syah secara agama saja, tapi mereka ingin pernikahannya juga disyahkan secara hukum.

Mereka pun menyiapkan secara matang agar nantinya acara berjalan lancar. Tepat tiga hari sevelum waktu yang sudah ditentukan Sri, simbok, Bram dan anaknya juga Mamad pulang ke kampung.

Di kampung banyak tetangga yang tercenggang melihat perubahan Sri, terlebih Sri pulang membawa bayinya dan suaminya Bram. Namun Sri tidak sedikitpun risih dengan sikap tetangga mereka.

Bram dan Sri justru bahagia karena sebentar lagi mereka akan syah menjadi suami istri secara hukum. Namun saat mereka melangsungkan acara ijab kabul di kantor KUA setempat. Bram dan istrinya kaget melihat keadaan Paimo yang duduk di kursi roda berjalan menyusuri jalan desa.

Mereka sangat iba melihat keadaan Paimo, tapi mereka juga masih belum bisa melupakan perbuatannya, karena keserakahannya, sehingga Sri kehilangan kegadisannya dan memiliki anak hasil dari perkosaan tersebut.

Simbok pun berharap semoga dengan keadaannya yang sekarang Paimo sadar dan menyesali perbuatannya. Simbok juga berharap mereka tidak pernah berurusan lagi dengan Paimo.










SRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang