LUKA LAMA
"Terkadang, yang terindah tidak diciptakan untuk dimiliki melainkan cukup dipandangi dari jauh untuk dikagumi dalam diam."
-Remedy-☠☠
"UNO GAME!" Teriak Dimitry seraya mengeluarkan dua kartu berwarna hijau yang berangka dua plus.
"Kok lo anjing Dim? harusnya gue tuh yang menang, ah tai lo Bambank!" Sementara Dimitry hanya memasang muka menyebalkannya. Bersamaan dengan itu yang lainnya berseru,
"YHAAA NYANGKUL! NYANGKUL! NYANGKUL! NYANGKUL! HOOOO OOO OOO OOO OOO!" Semuanya berseru heboh karena giliran yang jalan selanjutnya adalah Romel dan cowok itu harus nyangkul. Ucapan mereka barusan itu juga bernada. Hanya mereka, Author dan Tuhan yang tahu bagaimana nadanya.☻
"Berisik woyyy! Iye iye gue nyangkul." Romel pun mengambil empat kartu dari tumpukan kartu untuk cangkulan.
"Makan tuh nyangkul! HAHAHAHA! Dah ah gue mau makan, laper." Dimitry bangkit berdiri, melangkahkan kaki menuju kursi panjang yang ada di depan sajian makanan.
Saat ini anak-anak Alcatraz sedang berada di warung Mbok Juleha. Warung ini seolah sudah menjadi tempat 'milik' Alcatraz sejak turun-temurun. Para pengunjung biasa pun pasti akan milih-milih kalau ingin makan di warung Mbok Juleha.
Tadi Dimitry dan beberapa anak Alcatraz lainnya sedang bermain kartu UNO. Dari awal main sampai tadi Dimitry memutuskan untuk menyudahi permainan, Romel sama sekali belum pernah menang. Setiap cowok itu hampir menang pasti dia selalu menyangkul. Makanya itu Romel masih saja terus bermain kartu UNO dengan yang lain sampai cowok itu bisa memenangkan permainan.
"Mbok, pecel ayam satu yak. Sama es teh manis juga Mbok." Pinta Dimitry yang dibalas dengan kalimat 'Siap Den!' oleh Mbok Juleha. Di samping cowok itu ada Aglero yang asik melahap makanannya. Telur balado plus ikan teri. Yap, itulah makanan Aglero.
Tak lama kemudian pesanan Dimitry datang, tak lupa Dimitry bilang 'terima kasih' ke Mbok Juleha lalu cowok itu langsung menyantap makanannya. Tetapi sebelum makan, Dimitry berdoa terlebih dahulu.
"Kerupuk gue anjir! main nyomot-nyomot aja lo Cet." Baru saja Dimitry ingin menyantap makanannya, dengan songongnya Cetta malah menyomot kerupuk miliknya.
"Bagi elah, pelit amat lo Dim."
"Bukan pelit, tapi gue lagi laper. Pesen sono, jangan ganggu gue lagi makan. Gue yang bayar entar." Mendengar kalimat 'gue yang bayar' membuat mata Cetta langsung berbinar. Bukan Cetta namanya kalau tidak suka gratisan. Ah kalian pasti juga sama kayak Cetta kan?
"Bener nih? Ciyus? Miapah?" Ujar Cetta disertai wajah sok imutnya.
"Pengen banget ditendang nih bocah." Zenco berceletuk karena muka Cetta terlihat sangat menjijikkan di mata Zenco, Aglero dan Dimitry.
"Heh gak boleh songong sama pangeran." Balas Cetta kepedean.
"Yee kentut!" Kompak mereka bertiga.
"Pret!" Cetta menyahut.
"Otak lo mesti di ruqiyah keknya deh Cet. Punya temen pedenya naudzubillah... heran gue..."
Cetta tertawa membuat lesung pipi cowok itu terlihat jelas. Lantas Cetta memesan makanan ke Mbok Juleha, "Mbok, saya mau pesen nasi ayam bakar plus perkedel plus sayur sop plus tumis kerang plus-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Remedy
Teen FictionMarcello Dimitry. Cowok populer di sekolahnya dengan tingkat keabstrakan yang tinggi. Agak aneh memang, terkadang Dimitry terlihat sangar, terkadang gesrek, terkadang menyebalkan dan lain sebagainya. Menjabat sebagai ketua geng membuat dia sedikit...