MAKAN KETOPRAK
"Ternyata lo gak seburuk yang gue kira."
-Dashabira Aqmarelzha-☠☠
"Lo ngapain sih ngajakin gue ke sini? Gue gak mau bolos ya!"
"Sapa bilang lo bolos? Orang sekarang lagi jam istirahat," balas Dimitry santai. Kemudian cowok itu beralih pada penjual ketoprak.
"Bang, ketoprak dua ya. Yang satu kayak biasa. Yang satu komplit."
"Siap mas Dim!" Gak usah heran kenapa pak penjualnya kenal sama Dimitry, cowok itu emang sering makan di sini. Walau tak sesering makan di warung Mbok Juleha.
"Kan gue cuma minta lo ganti bakso tusuk gue doang, kenapa lo malah ngajak gue makan ketoprak?!"
"Sekalian temenin gue makan." Jawab Dimitry enteng.
"Ck, abis ini tuh pelajaran Bu Stepa! Kalo entar dia masuk terus gue gak ada gimana? Bisa-bisa diamuk gue." Shabira gelisah sendiri. Dia takut kalau besok guru itu akan menghukumnya.
Alih-alih simpati sama Shabira, Dimitry justru ketawa ngakak yang membuat Shabira melotot ke cowok itu.
"Kok ketawa sih! Gak ada yang lucu jugaan."
"Takut banget sih lo sama Bu Stepa. Takut tuh sama Tuhan jangan sama guru." Dimitry memberi jeda sebentar, "Gue aja selow bolos-bolos."
"Ya, itu kan, lo, dodol!"
"Lagian ya, BK tuh mapel yang nyuruh kita bolos. Dari singkatannya aja udah ketauan banget tuh, B. K. Bolos Kuy!"
"Apa sih, jayus lo."
"Jayus tapi ketawa, receh lo."
"Lo juga kan pinter. Percaya sama gue bolos sehari gak bakal bikin lo bego. Kecuali kalo lo kayak gue, bolosnya terus-terusan ya begonya terus-terusan." Lanjut Dimitry.
"Lah, bocah ngaku." Shabira terkekeh kecil. Jadi gue bolos nih?
Tiba-tiba pak penjual ketoprak menghampiri kursi mereka berdua sambil membawa nampan berisi pesanan mereka.
"Permisi mas ganteng, non cantik. Pesanannya sudah datanggg," Shabira terkikik kecil menanggapi, "Nah ini yang kayak biasa buat mas ganteng. Nah yang komplit buat non cantik."
"Makasih pak."
"Sama-sama cantik. Selamat menikmatiii!" Shabira terkekeh lagi. Bapaknya ini lucu. Dan setelah mengatakan itu, pak penjual ketoprak kembali lagi melayani pembelinya yang lain.
"Dim, bapaknya emang gitu ya?" Tanya Shabira kepo sebenarnya.
"Gitu gimana?"
"Ya gitu gayanya." Dimitry ketawa lagi. Dugaannya tepat Shabira pasti akan bertanya hal ini.
"Iya emang begitu, rada-rada bencis. Beliau baik lagi. Tapi kadang kalo gue atau sama temen-temen gue makan di sini, suka kita-kita kerjain," ucap Dimitry sambil menyuap potongan lontong ke mulut.
"Anjir, parah lo pada," Shabira terkekeh.
"Seru lagi kalo ngerjain banci. Cobain gih kali-kali lo sama Aneth nyari banci yang lagi mangkal terus lo kerjain. Gue jamin pasti lo berdua ketagihan."
"Dih, ogah ah, ntar yang ada dikejar."
"Justru di situ serunya. Nih gue ceritain," Dimitry merubah posisi duduknya. Betis kanannya ia bertumpu pada paha kirinya.
"Waktu itu gue, Zenco, Cetta, gak sengaja ngeliat banci lagi nyanyi di pinggir jalan. Gue masih inget, tuh banci pake dress warna pink, pake hak tinggi, sama pake wig. Persis kayak emak-emak mau kondangan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Remedy
Teen FictionMarcello Dimitry. Cowok populer di sekolahnya dengan tingkat keabstrakan yang tinggi. Agak aneh memang, terkadang Dimitry terlihat sangar, terkadang gesrek, terkadang menyebalkan dan lain sebagainya. Menjabat sebagai ketua geng membuat dia sedikit...