08 • Revenge

848 225 397
                                    

BALAS DENDAM

"Curang! Balas dendam mau, balas cinta gak mau."
-Remedy-

☠☠

Pesona langit pagi ini begitu indah, perpaduan warna biru, oranye serta merah muda menyatu sempurna di cakrawala. Sangat berbeda dari biasanya yang hanya melukiskan panaroma terbitnya matahari. Namun keindahan langit tidak menular kepada seorang gadis cantik bertubuh mungil ini.

Sedari tadi wajahnya terlihat sendu seperti tidak ada gairah untuk menjalani hari. Sarapan pun tidak sama sekali. Jika ada yang bertanya 'kenapa?' pasti jawabannya selalu bilang 'gak apa-apa', mood-nya benar-benar tidak baik sekarang. Ketika dia sampai di sekolah, Shabira berjalan gontai seraya tertunduk menyusuri koridor.

Keadaan cukup ramai di tambah lagi telah muncul berita panas seantero Jaya Barga. Mereka semua pasti tengah membicarakan berita panas itu. Tanpa perlu bertanya lagi Shabira sih sudah mengetahui berita panas apa yang tengah heboh sekarang.

Semalaman di grup kelasnya juga ramai membicangkan permasalahan yang terjadi di halte kemarin. Semalaman juga Shabira tidak ikut nimbrung di grup tersebut. Dia masih syok dan hanya mengetahui sekilas yang mereka perbincangkan lewat notifikasi saja.

Tiba di ambang pintu kelas, cewek yang tengah mendekap binder tosca di dadanya itu lantas tersentak kala suara melengking mengganggu kesehatan telinganya. Pemilik suara itu siapa lagi kalau bukan Aneth.

"BIRAAAA MASYA ALLAH BI! .... LO GAK APA-APA KAN KEMAREN??" Aneth berseru heboh sembari menghampiri Shabira yang masih berdiri di sana. Aneth membolak-balikkan tubuh Shabira ke kanan dan kiri hanya untuk memastikan kalau sahabatnya ini baik-baik saja.

"LO GAK DIAPA-APAIN KAN? GAK ADA YANG LECET KAN? SUMPAH YA COBA AJA GUE ADA DI SANA, TUH ORANG PASTI UDAH GUE GERUS KEPALANYA BIAR JADI TOPPING ES SERUT!" Aneth berseru heboh. Cewek itu memang sudah terbiasa menjadi pusat perhatian orang-orang akibat suaranya yang mirip toa masjid. Shabira memberontak melepaskan tangan Aneth dari badannya lalu dia mengomeli Aneth saking kesalnya.

"Duh, Neth! Bisa gak sih lo sekali aja ngomong gak usah pake toa! Bikin orang nambah badmood aja."

Menampilkan sederet gigi putihnya yang tersusun rapi, Aneth cengegesan seraya mengangkat jari tengah dan jari telunjuknya secara bersamaan. "Kelepasan aku tu... maapin ya?" Shabira berdehem lantas cewek itu berjalan menuju bangkunya yang bersebelahan dengan bangku Aneth.

"Udahlah Bi gak usah dipikirin." Aneth ikutan duduk di kursinya, "tapi ya Bi, ternyata tuh kakel mau juga nolongin cewek. Biasanya kan dia dingin banget sama cewek."

"Alhamdulillah dong. Itu berarti dia masih punya rasa simpati meskipun sikapnya sedingin es batu." Shabira membalas yang dijawab 'semoga' oleh Aneth.

"Emang kejadian awalnya gimana Bi, ceritain dong, kepo nih." Tersenyum lebar seraya menaik turunkan kedua alis hitam legamnya berkali-kali, Aneth bertopang dagu sambil menatap Shabira.

"Panjang lah pokonya. Males gue nyeritain ulang."

Mendengus pasrah, Aneth hanya menurut. Mungkin Shabira lagi tidak mau membahas soal kejadian itu dulu. Tidak mau terjebak dalam satu topik, Aneth membuka suara lagi,

"Eh iya Bi, lo tau gak-"

"Enggak."

"Bego!" Buku tulis yang ada di atas mejanya Aneth gunakan untuk menggeplak kepala Shabira. "Gue belom selese ngomong anjer."

Akhirnya cewek berambut putih keemasan itu terkekeh juga setelah badmood akibat kejadian kemarin. "Ya udah iya, buru lanjutin."

"Lo baca grup kelas gak sih!" Tiba-tiba Aneth ngegas.

RemedyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang