SENYUMAN TULUS
Sebuah senyuman tulus lebih bisa meninggalkan kesan yang mendalam daripada deretan kata yang sama sekali tidak berguna.
"Seseorang yang tersenyum meski hatinya sedang bersedih berarti ia sedang mengeluarkan senyum terbaiknya."
-Remedy-☠☠
Petra terduduk di salah satu kursi di depan meja bartender. Rahangnya masih mengeras menandakan emosi dalam diri Petra belum reda juga.
Di atas meja terdapat lima gelas kecil yang telah kosong. Minuman di gelas-gelas itu tentu tidak habis dalam satu waktu, melainkan minuman di gelas itu habis dalam kurun waktu kurang lebih dua jam sejak kedatangan Petra ke tempat ini. Minuman itu juga hanya beralkohol rendah, sengaja, karena Petra tidak mau terlalu mabuk malam ini.
Sebuah goresan luka nampak jelas di sudut bibir Petra. Sepertinya goresan itu tercipta beberapa saat lalu namun Petra belum mau menghapus jejaknya.
Beberapa wanita cantik di sini sudah melakukan berbagai cara untuk sekedar berkenalan dengan Petra. Seperti merayu, menggoda bahkan ada yang berusaha licik dengan memasukkan pil tidur ke dalam minuman Petra. Namun Petra tidak semudah itu dibohongi dan Petra juga tidak tertarik dengan cewek murahan seperti mereka. Alhasil Petra hanya merespon cuek.
"Tra, c'mmon man, daripada lo diem di sini doang mending sana gabung sama yang lain. Let's having fun, bro!" Ujar sang bartender bernama Davis.
Petra mengembuskan napas, "gak. Lagi gak tertarik gue."
"Ya udah terserah lo. Tapi..." Davis menopang dagu di hadapan Petra, "lo yakin nolak ajakan Lanza tadi? Nyesel loh entar, lo liat tuh Si Lanza body nya beuhhh Kylie Jenner lewat!"
Lanza merupakan salah satu cewek yang sejak pertama kali bertemu Petra di bar ini, dia sudah menyimpan rasa terhadap Petra. Tapi naasnya Petra tidak pernah mengubris rayuam serta godaan cewek itu. Lanza juga merupakan salah satu pengunjung setia bar ini.
Petra terkekeh kecil seraya mengusap hidung mancungnya, "tetep gue gak tertarik Dave. Wait, kenapa lo tiba-tiba ngebahas Lanza? Oh gue tau nih, lo suka sama dia, bro?"
Davis mengubah posisinya. Kedua tangannya memegang kedua pahanya sendiri tetapi posisi kelima jarinya agak sedikit menekuk ke dalam. (Kalian ngerti gak maksud aku?? Harus ngerti pokoknya wkwk soalnya kalo kalian salah tangkep nanti yang ada kalian malah ngira Davis lekong:v)
"Yah, ketebak deh. Ah gak seru lo Tra."
Bertahun-tahun Davis menyukai Lanza tapi sampai sekarang pun cowok itu belum mengutarakannya. Davis terlalu pengecut untuk hal itu. Dan semenjak Davis tahu Lanza menyukai Petra, dia berusaha untuk mundur namun semakin dia berusaha untuk mengalah, rasa itu malah semakin bertambah seolah tidak mengizinkan Davis untuk move on. Alhasil cowok itu hanya menyukai dalam diam.
"Dih, nih ya gue bilangin, lo kalo suka jangan diem-diem aja. Pepet terus jangan kasih kendor." Nasehat Petra.
Petra serta anggota Dexter lainnya memang sering berkunjung ke sini. Entah itu Petra doang sendiri atau Petra bersama semua anggota Dexter atau bahkan salah satu anggota Dexter saja yang datang ke sini. Pokoknya kelab malam ini sudah di cap sebagai markas peralihan anggota Dexter. Jadi jangan heran mengapa Petra dan Davis terlihat sangat akrab.
Bangkit dari kursi tapi sebelum meninggalkan tempat, Petra berujar, "gue ke toilet bentar. Inget kata-kata gue tadi. Goodluck, bro." Petra menepuk bahu Davis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remedy
Teen FictionMarcello Dimitry. Cowok populer di sekolahnya dengan tingkat keabstrakan yang tinggi. Agak aneh memang, terkadang Dimitry terlihat sangar, terkadang gesrek, terkadang menyebalkan dan lain sebagainya. Menjabat sebagai ketua geng membuat dia sedikit...