"Oi!" seorang cowok menepuk pundak Leo yang sedang galau di kantin, sendirian. "Bengong aja, kesambet ntar. Jingga mana?"
"Nggak masuk, sakit."
"Kambuh?" cecar Dewa, sahabat Jingga sama Leo. Tapi dia lebih sering sama pacarnya ketimbang sama dua bocah sengklek itu.
Leo mengangguk, "Lo nggak sama cewek lo?"
"Kenapa? Mau lo gebet?" Leo mendelik, Dewa tertawa usil menanggapinya. "Dia lagi ada kelas." Leo cuma beroh-ria.
Dewa beralih pada baksonya yang sudah tiba. "Lo nggak makan, Le?"
"Nggak nafsu, gue, kalo nggak ada Nana." Dewa hanya mencibir, lalu kembali pada baksonya yang sudah dikasih sambal ijo.
"Jingga di rumah apa di rs?"
"Rumah, kenapa? Mau jenguk, apa cuma nanya?"
"Galak yeu!"
🍃🍃🍃
"Dek, masih pusing?" Jingga mengangguk. "Ke rs aja ya?"
"Nggak usah, lah ma. Capek." Gita menghela napasnya, pasrah.
"Yaudah, tidur aja." Jingga menganggukkan kepalanya yang masih nempel sama bantal, tubuhnya juga dibungkus selimut.
Trombositopenia, kondisi yang terjadi akibat kurangnya jumlah platelet, atau trombosit, sel darah yang berperan penting pada proses pembekuan darah.*
Jingga mengidapnya sejak duduk di kelas sembilan. Keadaan Jingga masih bisa ditangani dengan obat berjenis kortikosteroid. Tapi kadang, Jingga mimisan parah seperti kemarin. Jingga juga tidak bisa sebebas orang lain. Dia harus hati-hati, agar tak sampai terluka. Karena darahnya akan sulit berhenti kalau sampai luka. Dan bisa jadi, akan membahayakan nyawanya.
Gita mencoba menghubungi seseorang, paman Jingga yang berprofesi sebagai dokter.
🍃🍃🍃
"Dek, nggak salah kan?" Nindha berkali-kali menengok jam. Karena putra bungsunya sudah pulang, di jam empat sore. Biasanya juga hampir maghrib baru pulang.
"Pulang malem diomelin, pulang cepet, salah juga?" Nindha terkikik.
"Idih! Ngambek anak bunda."
"Bosen, nggak ada Nana." Nindha mengerti sekarang. Kenapa putranya pulang kebih awal.
"Jingga kan lagi istirahat, kalau udah sembuh juga balik lagi. Daripada bosen, mending nugas." Nindha mendorong Leo, supaya ke kamarnya. Yaelah, dasar bunda, lagi bosen disuruh nugas. "Pasti belom pada selese, kan? Uang jajan, mau dipotong?"
"Bun!"
"Makanya, sana! Nugas," Leo menghela napasnya. Dimata keluarga Leo itu cuma cowok super manja. Tapi kalau sudah tebar pesona. Hadeh! Sudah lupa sama dunia. Nindha dan Hasan ㅡ ayahnya, saja tahu kelakuan anak lakinya itu. Makanya, Nindha sering tanya-tanya sama Jingga, buat mastiin, si Leo ngampus itu cari ilmu apa cari cewek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Habis Terang ✔
RomanceSELESAI Meski tak bercahaya, bukan berarti gelap. ㅡ Walau Habis Terang ㅡ Hoiland. Cover by me. Supported by Canva. ©2019, Februari.