5. Gagal Mencari Bantuan

125 11 6
                                    

Siang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang itu.

Kelinciku-kelinciku
Kau manis sekali

Dia masih memandang, dari belakang.

Melompat kian kemari sepanjang hari

Kaki kecilnya melompat-lompat, mengikuti lirik lagu yang dinyanyikannya.

Aku ingin menemanimu sepulang sekolah
Besamamu lagi menari-nari

Dia tertawa tanpa suara, melihat tingkah polah lucu anak itu yang berputar-putar, di trotoar sepi pengguna.

Gedebuk!

"Aduh!" pekik seorang gadis cilik berseragam SD, dengan rambut di kuncir dua. Dia masih terduduk, mengusap-usap lututnya. Peruh, kulit tipisnya mengelupas, membentuk bulatan tak beraturan, dan mengeluarkan darah.

"Mimi nggak papa?" gadis yang dipanggil Mimi itu mendongak. "Sini, kakak bantu."

Mimi menerima uluran tangan cewek yang tengah tersenyum. "Bisa jalan nggak? Kakak anter ke rumah ya?" Mimi manggut-manggut imut.

Setelah sampai di depan pintu rumah. Cewek itu menekan bell rumah Mimi. Tapi tak ada jawaban. Sesekali, Mimi kelihatan meringis kesakitan.

"Adek! Mamanya Mimi lagi pergi, nak. Bawa Mimi kesini!" teriak seorang wanita dari pintu rumah sebelah.

"Mimi denger yang dibilang mama kakak, kan? Yuk, ikut? Biar kakak obatin lukanya." Karena paham, Mimi kesulitan berjalan. Jingga menyodorkan punggungnya untuk Mimi.

"Silahkan naik tuan putri." Mimi menurut, dia naik ke punggung hangat Jingga. "Siap berangkat!"

🍃🍃🍃

"Selesai. Mimi hebat, nggak nangis. Give me five!" Mimi bertos-ria dengan Jingga, setelah mengobati luka kecil Mimi.

"Udah makan dulu, Mimi duduk sini, sayang." Lagi-lagi, Jingga membopong Mimi, dan mendudukannya di kursi.

"Makasih, tante, kak Jingga." Ucap Mimi. Suaranya masih terdengar sangat lucu.

"Sama-sama sayang." Jingga mengangkat tangannya, mengusak lembut poni Mimi. Jingga sangat suka anak-anak. Ada energi positif yang mengalir, saat melihat kelakuan mereka yang polos-polos lugu itu. Kalau bisa, dia mau menjadi anak kecil lagi, dimana masalah terbesar mereka. Hanya disuruh tidur siang, disaat masih ingin bermain.

🍃🍃🍃

"Oh, ada Mimi," Ian mencubit pelan pipi gembil Mimi. Dan duduk disebelahnya, sibuk dengan ponselnya. Jingga menyetelkan siaran kartun untuk Mimi, sembari menunggu mama Mimi pulang.

"Adek, pulang sama Leo?" tanya Ian tanpa mengalihkan fokusnya.

"Nggak, pulang sendiri. Naik taksi online, tapi ban mobilnya kempes, di depan gang, jadi jalan kesininya. Makanya ketemu Mimi." Ian mengangguk paham, dan memilih tidak bertanya lanjut.

Walau Habis Terang ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang