"Maaf,"
"Jangan ulangi lagi." Gadis delapan tahun itu mengangguk.
"Ceritain dong tentang tante Jingga. Plis!"
"Waktunya bobo, Kyra." Hampir saja Leo membenarkan selimut yang di pakai Kyra.
"Pa, plis!" Gerakan tangan Leo terhenti.
Leo menghela napasnya. Berhadapan dengan buah hatinya dengan Senja, butuh kesabaran ekstra. Gadis yang serba ingin tahu itu terus saja memaksanya, menyuruh berdongeng tentang Jingga. Hah! Gadisnya tumbuh dengan baik.
"Kamu pasti sudah baca semua isi buku diary Mama kan?" Kyra, lagi-lagi mengangguk. "Itu sudah sebagian besar isinya, sayang. Tentang Jingga, teman, sahabat Papa. Leo membasahi bibirnya.
"Papa kangen nggak sama tante?" Kangen? Tentu saja Kyra. Leo bahkan ingin bertemu, walau hanya satu detik, itu tak apa. Masalahnya, Leo tak tahu Jingga dimana.
"Tidur ya, udah malem."
"Jawab dulu, nanti aku cariin tante buat Papa."
Menangkup kedua pipi Kyra, yang entah bagaimana, gayanya mirip Jingga. Apa, Senja mengidolakan Jingga saat hamil? "Terima kasih, Papa sayang Kyra."
🍃🍃🍃
"Hasil rapor Kyra sangat memuaskan. Mohon dipertahankan."
"Baiklah, terima kasih."
Seharian ini, Leo mengajak Kyra jalan-jalan, setelah pembagian rapornya. Leo tengah memanjakan Kyra, apapun dia turuti, belikan, lakukan. Bahagianya Kyra, hari itu, juga bahagianya Leo.
"Pa, aku lapar."
"Mau makan apa, sayang?"
"Emm, belikan aku ramen."
"Baiklah, let's go!"
Leo bahkan menggendong Kyra dipunggungnya, dengan sangat bahagia, tertawa seperti tak ada hari esok.
Kyra Kalinda, dua kata itu berarti matahari, putri dari Leo dan Senja. Menikah setelah lulus kuliah. Tanpa kehadiran Jingga, bahkan setelah melakukan panggilan terakhir dengannya. Jingga tak bisa lagi ditanya kabarnya. Kyra harus kehilangan Ibunya, sehari setelah dilahirkan. Emboli air ketuban adalah penyebabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Walau Habis Terang ✔
RomanceSELESAI Meski tak bercahaya, bukan berarti gelap. ㅡ Walau Habis Terang ㅡ Hoiland. Cover by me. Supported by Canva. ©2019, Februari.