The Last ; LENTERA PALING INDAH

109 7 56
                                    

Tiga bulan sudah kehidupan rumah tangga Rakai dan Jingga jalani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga bulan sudah kehidupan rumah tangga Rakai dan Jingga jalani. Cekcok? Pasti ada, tapi salah satu dari mereka pasti akan langsung minta maaf, karena tak tahan harus saling diam.

Favorit Rakai selama ini adalah, memandang Jingga ketika akan bangun. Lalu memberinya morning kiss. Iya, Rakai akan membuka mata dulu, sebelum Jingga. Bukan masalah baginya, tidak ada aturan Jingga harus bangun lebih dulu di dalam kamusnya.

Tidak ada bulan madu. Mereka hanya langsung pindah ke apartemen Rakai. Rakai sebenarnya mengajak Jingga. Tapi, sepertinya Jingga akan menjadi pengatur keuangan yang baik. Dia berkata, 'Kita bisa berlibur sesekali nanti. Tak perlu bulan madu. Lagipula, kita bisa gunakan uangnya untuk kebutuhan lain." Baiklah, kalau itu yang Jingga mau. Rakai, sih, terima saja apa keputusannya.

Namun bedanya kali ini, sudah lima hari Rakai terbangun karena rasa mual dan ingin muntah. Tapi tidak keluar apa-apa.

"Kamu nggak papa?" Tanya Jingga begitu cemas. "Kita ke dokter, ya?"

Rakai menggeleng. "Aku libur ngantor, beliin aku obat mual aja, ya?" Jingga mengangguk mengiyakan. Menuntun suaminya kembali ke ranjang. Beruntung, di gedung apartemen ini, terdapat sebuah lantai, khusus supermarket, bakery, dan tersedia juga apotek. Jadi tak perlu jauh-jauh keluar gedung.

Selama menikah dengan Rakai. Jingga terbilang semakin gemuk. Iya, karena kelebihan kasih sayang. Ah! Bukan cuma itu. Tapi, karena bahagia juga. Hey! Memanglah betul, pikiran itu mempengaruhi segalanya. Juga berat badan.

Sekalian belanja, daripada bolak-balik. Jingga tidak tahu makanan apa yang bagus untuk mengurangi rasa mual. Maka dari itu, dia membuka laman pencarian. Daripada bingung. Dan membeli segala keperluan yang akan dia masak nantinya.

Jangan salah, Jingga pandai memasak, lho. Selama masa vakum dari percintaan. Jingga banyak makan, tapi juga banyak bikin makanan.

Berkutat selama hampir satu jam dengan dapur dan peralatannya. Jingga kembali masuk kamar. Mencoba memberikan obat tradisional saja dulu. Mungkin itu akan membantu. "Kai, sayang" Jingga mengguncang tubuh Rakai pelan. "Minum ini dulu, ya?"

Terbangun, lalu menarik diri untuk duduk. "Minum dulu coba. Siapa tahu bisa ngurangin mual kamu."

Belum juga diminum, baru tercium aromanya. Tapi Rakai auto menutup hidung dan mulutnya. Mual itu datang lagi. "Lho, kok?" Jingga bingung, padahal dia membaca artikelnya. Jahe bisa mengurangi mual. Tapi Rakai makin mual sepertinya.

"Bawa itu keluar." Seperti anak kecil. Rakai menutup hidungnya, mengusir Jingga membawa mug berisikan wedang jahe.

"Iya-iya. Yaudah, sarapan dulu, yuk."

"Kamu masak apa?" Tanya Rakai masih menjauhi Jingga. Karena benar-benar tak suka aroma Jahe.

"Sup ayam."

Walau Habis Terang ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang