Unpredictable

9.8K 755 7
                                    


Author's pov

Kini hanya tersisa Shain dan Ben serta Elsya yang masih juga belum sadar didalam ruangan yang kini terasa hening.

Shain menghela nafasnya dalam karena dapat menstabilkan emosinya kembali membuat amarahnya mereda.

Shain berharap kejadian seperti ini tidak terulang kembali mengingat selama ini Elsya melakukan pekerjaannya sebagai model tanpa pengawalan.

Shain sedari tadi hanya menatap lurus ke depan melihat keadaan Elsya yang entah kenapa membuat hatinya mencelos tak tega. "Ben kosongkan club ini" perintah Shain memecah keheningan lalu diangguki Ben setelahnya

Dengan patuh Ben bergegas menjalankan tugasnya dan berlalu pergi hanya menyisakan Shain dengan Elsya.

Perlahan Shain melangkahkan kaki jenjangnya mendekati ranjang dimana Elsya terbaring.

Shain sontak membuang pandangannya kala mengetahui kancing pakaian Elsya terlepas semua, menciptakan sedikit celah yang mengekspose secuil bagian dada Elsya hingga perut ratanya.

Tanpa mengalihkan pandangannya itu, Shain mengancingkan kembali pakaian Elsya dengan tangan sedikit bergetar.

Shain tak ingin menodai tubuh Elsya sekalipun dengan tatapannya.

Shain meloloskan helaan nafas leganya setelah berhasil mengancingkan pakaian Elsya.

Dengan hati-hati Shain mulai menaiki ranjang dengan perasaannya sekarang yang susah untuk dikendalikan.

Otak Shain seperti tidak berfungsi karena tanpa ia sadari tubuhnya semakin mengikis jarak dengan Elsya melalui gerak motorik.

Shain mulai gelisah karena hatinya sekarang yang mengendalikan tubuhnya serta kewarasannya.

Kini Shain menatap lekat wajah cantik Elsya yang damai memejamkan matanya.

"Kenapa kau membuatku selalu ingin melindungi mu?" gumam Shain menunduk frustasi. "Sebenarnya sihir apa yang kau beri hingga membuatku seperti ini?" tanya Shain dengan tatapan mata sendunya mengutaran isi hatinya selama ini

Shain bergelut dengan pikiran serta hatinya, keduanya tidak berkesinambungan seperti bertabrakan dan sama-sama ingin menang.

Namun sayangnya kali ini otaknya harus mengalah, karena sesuatu yang ingin membuncah dari dalam perutnya harus dikeluarkan, seolah banyak kupu-kupu berterbangan ingin segera dibebaskan pada udara luar.

Shain akhirnya menyadari jika rasa yang meletup-letup seperti kembang api adalah rasa cinta.

Shain perlahan mencondongkan wajahnya untuk mengikis jarak dan menatap lekat wajah Elsya.

"Bangunlah Elsya" ucap Shain lembut

Tangan kanan Shain kini membingkai pipi tirus Elsya dengan penuh perasaan menyampaikan isi hatinya melalui sentuhan sederhana.

Tanpa disadari Shain mengelus lembut pipi Elsya menggunakan ibu jarinya, merasakan kelembutan kulit pipi Elsya yang mendebarkan jantungnya.

Karena peka dengan sentuhan yang Shain berikan tiba-tiba kelopak mata Elsya bergerak hingga akhirnya kedua mata Elsya terbuka sepenuhnya.

Shain tersenyum kecil dengan lesung pipi yang sudah membingkai indah diwajahnya, yang kini terlihat tak sedingin seperti biasanya.

Melihat Elsya kembali terjaga Shain merasa bahagia.

Elsya sontak terkejut sosok yang ia lihat pertama kali saat membuka kedua matanya adalah Shain, yaitu sosok dingin yang selama ini dengan lancang bertahta dihatinya serta mampu meleburkan hatinya hingga mencair. "Shain.." panggil Elsya lirih. "Apa benar ini kau?" tanya Elsya meyakinkan diri jika ini bukanlah mimpi

You're My Destiny Gxg ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang