Author's pov
Elsya memaksakan matanya untuk tertidur, meskipun sesekali terjaga karena ulah Shain yang memeluknya semalaman tanpa jeda.
Elsya masih belum juga bernafas lega meskipun pagi telah tiba, ia ingin segera terlepas dari pelukan Shain yang membuatnya gelisah namun hanya bisa pasrah.
Elsya dengan hati-hati memberanikan diri melepaskan pelukan Shain yang begitu erat tersebut.
Rasa gugup dan tegang mulai terasa, Elsya benar-benar dalam tekanan yang menyulitkan.
"Hhh"
Tiba-tiba terdengar helaan nafas kasar dari Shain karena merasa terganggu dengan pergerakan Elsya.
Elsya reflek berhenti, berharap Shain nyenyak kembali.
Setelah menunggu beberapa detik dengkuran teratur kembali terdengar dari Shain membuat Elsya melanjutkan aksinya.
Elsya bersorak senang dalam hati dan bernafas lega saat berhasil terlepas dari pelukan Shain. "Akhirnya.." gumam Elsya
Elsya lalu beringsut dari tidurnya.
Elsya memutar bola matanya malas karena Shain tak tahu tempat saat mabuk, rasanya ia ingin sekali memberi Shain pelajaran dengan amukannya.
Sayangnya Elsya lemah untuk merealisasikan pikirannya itu.
Elsya membereskan sisa tempat minuman beralkohol tersebut lalu membuangnya ke tempat sampah.
Elsya bersyukur karena Shain tidak membuat kekacauan saat ia dalam kondisi mabuk.
Setelah ruangan rapi Elsya beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian rumah sakitnya dengan pakaian yang dikenakannya kemarin.
Kini keadaan Elsya sudah membaik, ia ingin segera pulang ke apartemen miliknya yang sudah ia rindukan.
Selesai dengan ritualnya Elsya kembali mendekati sisi ranjang lalu duduk pada kursi biasa Shain tempati itu.
Pandangan Elsya kini tertuju pada sosok dingin yang sudah mengambil hati dan perhatiannya.
Entah kenapa Elsya menikmati pemandangan yang terpampang dihadapannya saat melihat wajah damai Shain kala teridur nyenyak.
Tanpa Elsya sadari ia menyunggingkan senyumnya.
Cukup lama Elsya memperhatikan sosok yang sedang memejamkan matanya itu seakan tak ada kata bosan.
Shain terlalu banyak meneguk vodkanya hingga akhirnya lengah dan hilang kesadaran, wajar saja jika sekarang ia masih bergelut dengan mimpinya.
Karena tak ingin terpergok saat Shain terjaga jika ia tengah memandanginya, Elsya memutuskan untuk pergi ke taman.
Elsya akan menunggu hingga Shain bangun disana.
Tak lama setelah Elsya pergi perlahan Shain membuka kelopak matanya, ia mengusap matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang menyilaukan matanya.
Shain mengerutkan dahinya bingung saat terbangun ia sudah diatas ranjang yang Elsya tempati.
Shain mengusap rambutnya frustasi tak bisa mengingat kejadian semalam.
Shain beringsut dari ranjang sambil menggerakkan kedua bola matanya mencari-cari perempuan yang kemarin meledak-ledak memarahinya.
Setelah dirasa nyawanya sudah terkumpul Shain beranjak melangkahkan kaki jenjangnya menuju taman karena perasaannya mengatakan Elsya berada disana.
Dan benar saja Shain melihat Elsya dari kejauhan sedang duduk ditaman seorang diri.
Shain perlahan menghampiri Elsya lalu mendudukan diri disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny Gxg ✔
RomanceCinta bisa meleburkan sosok yang dingin menjadi hangat, menghilangkan kehampaan serta menuntunmu ke jalan kebahagiaan. Jika sebaliknya, maka itu bukanlah cinta.