KRIETTT
KLUTAK KLUTAK CEKLEK
"Kau mau kemana? Pakai pintu dikunci segala?" hardik seorang pria berambut cokelat dengan dahi lebar yang terpampang amat sangat jelas, ialah Asher.
Si pengunci pintu, yang ternyata adalah sang adik yaitu Layla, tersentak kaget lalu ia menghentikan aktifitasnya. Ia menoleh lalu tersenyum simpul ke arah sang kakak. Asher yang melihatnya pun langsung mual.
"Bisakah kau hentikan senyumanmu yang menjijikan itu?" cibir Asher dengan tatapan malas.
"Oh, terima kasih atas pujiannya, Kak. Tetapi, sayangnya aku tidak bisa menghentikannya."
"Kau!""Kau adalah Kakakku yang paling tampan, yang artinya kau adalah anggota keluargaku. Jadi, tidak mungkin aku bersikap jutek kepada anggota keluargaku sendiri, kan? Aku bukan dirimu. Kau tahu?"
"Cih, bukankah itu perangaimu sedari dulu?"
"Itu kan dulu, Kakak. Aku bukan diriku yang dulu."
"Karena Dolly sudah meninggal?"
"Itu salah satunya."
"....""Sudah ya, aku pergi dulu. Dah."
"Kau mau kemana?"
"Main ke rumah Doktor Char. Kenapa? Kakak mau ikut?"
"Tidak.""Baiklah. Sampaikan pada ibu kalau aku main ke rumah Doktor Char."
"Bicara saja sendiri. Seenaknya main perintah! Aku bukan babumu!" ucap Asher dan ia pun berbalik kemudian berjalan meninggalkan Layla. Layla sendiri masa bodoh lalu ia lanjut mengunci pintu.Setelah terkunci, Layla ambil kunci pintunya lalu memasukkannya ke dalam tas. Ia berbalik kemudian berjalan meninggalkan kamarnya. Tanpa sepengetahuannya, Asher muncul dari balik bufet di ruang makan lalu berjalan mengendap-endap mengikutinya.
Ya, ia harus mengikuti kemana sang adik pergi, sekalipun main ke rumah Franklin walau hasil akhirnya nihil karena Franklin tidak ada di rumah. Mumpung libur kerja, jadi ia manfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk mengawasi sang adik.
Tetapi, Asher pun berpikir lagi. Rencana itu tidaklah efektif jika ia mengawasi secara langsung. Itu karena persentase ia ketahuan oleh Layla menjadi tinggi. Untuk itu, ia perlu alat pemancar dan alat penyadap suara yang tahan air dan tidak akan mudah dikenali, yang artinya ukurannya lumayan kecil. Lalu, suara yang berhasil disadap akan direkam dan masuk ke dalam kartu memori, flashdisk, atau memori internal di laptop bahkan komputernya. Dengan begitu, ia bisa tetap mengawasi Layla meski ia sedang sibuk dan akan mengeceknya jika ia ada waktu.
Dan Asher tahu siapa orang yang bisa ia andalkan, yang kiranya memiliki dua alat tersebut.
'Semoga dia punya alatnya.'
Asher buru-buru mengambil smartphonenya lalu membuka aplikasi pesan. Lalu, ia tekan pesan baru kemudian mulai mencantumkan nama penerima dan mengetik isinya. Setelah itu, ia klik ikon kirim lalu ia klik tombol 'home' dan memasukkan kembali smartphone ke saku celananya kemudian kembali mengawasi sang adik.
'Semoga saja dia cepat membacanya.' harap Asher dalam hati.
Begitu sang adik masuk ke dalam mobil, ia nyalakan mesin lalu menarik pedal. Begitu mobil mulai berjalan, Asher mulai menaiki sepeda motornya. Ia kenakan helm full face miliknya lalu menyalakan mesin, menekan gigi dari gigi satu ke gigi tiga, dan mulai menjalankan sepeda motornya dengan cara menarik setang ke belakang. Asher dan Layla pun pergi meninggalkan rumah dengan keadaan pintu terbuka lebar tanpa mengkhawatirkan masalah yang timbul karenanya.
.
.
.
------------------ 6💖4MySon ---------------------
.
.
.Sementara itu di rumah sakit....
Dolly dan yang lain telah sampai di rumah sakit dimana Seohon berada, yaitu Rumah Sakit Crystal Pearl. Di sana, Dolly dan yang lainnya disambut oleh anak buah Dolly yang notabene adalah para bodyguard. Hal ini menimbulkan decak kagum dari seorang Kory Char. Dolly hebat, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Six Loves for My Son
Fiksi PenggemarLima tahun berlalu sejak kematian Dolly Park, kekasih Ryan, Kory, Dylan, dan Nathan, sekaligus ibu asuh Norman. Kehidupan mereka berempat yang sedikit demi sedikit telah ditata, kini malah dibuat berantakan dengan hadirnya seseorang bersama cinta, c...