Tengah malam Joy terbangun karena tenggorokannya kerung. Ia pun segera turun menuju dapur dan melihat Yeri yang sedang duduk di kursi, meja makan. Dirinya tidak dapat melihat apa yang sedang Yeri lakukan. Sebab posisi Yer membelakanginya.
"Dek?" panggil Joy.
"E .... eh Kak ... Joy." Suara Yeri terbata-bata.
"Malam-malam sendirian di sini ngapain?" tanya Joy sembari mendekati Yeri, penasaran atas apa yang sedang di lakukan Adiknya.
"Cuma mau minum doang Kak," jawab Yeri menyembunyikan tangan kirinya di belakang punggung.
"Minum? Tapi kok ini ada salep luka?" Joy bertanya sambil menegang kotak saleb luka.
"Emm ... uhhh ituuu." Yeri berusaha mencari alasan.
Joy yang sudah tidak sabar dengan jawaban Yeri, juga rasa curiga yang besar. Segera menarik tangan kiri Yeri untuk melihat apa yang terjadi.
"Auwww," rintih Yeri.
"Kok biru? Ini kenapa? Siapa yang ngelakuin ini ke kamu? Kenapa gak bilang ke Kakak?" Joy kaget saat melihat tangan Yeri yang biru. Ia pun langsung duduk di samping Yeri untuk mengoleskan salep di lengan Adiknya. "Mana lagi yang luka?
"Ini Kak." Yeri menaikkan kakinya, menunjukkan dengkul kirinya yang biru. Joy segera mengoleskan kembali salep di dengkul Yeri.
"Kenapa kamu gak pernah cerita sama aku tentang hal ini Dek?" tanya Joy setelah selesai mengoleskan salel diluka Yeri.
Yeri hanya diam sambil menunduk, tidak berani menjawab pertanyaan Joy atau sekedar menatap mata Kakaknya. Ia merasa bersalah juga tidak tau harus menjawab seperti apa.
"Dek, tatap mata aku. Jangan nunduk terus. Aku gak akan omelin kamu. Aku cuma mau kamu jujur aja sama aku," ujar Joy membuat Yeri mengangkat kepalanya. "Dengerin Kakak ya Dek. Bilang aja kalo kamu kenapa-kenapa, apapun yang kamu rasain tuh bilang aja. Gak mesti sama aku, sama Kakak yang lain juga gak apa-apa. Kalo kamu kayak gini, diem-diem aja. Aku sebagai Kakak ngerasa gak becus banget jagain Adek sendiri. Tolong kalo kamu ada masalah atau apapun itu. Cerita aja sama kami semua, kami selalu siap dengerin kamu kapan pun itu. Kenapa? Karena kami Kakak-Kakak yang akan selalu ada untuk kamu."
"Maafin Adek, Kak."
"Kakak lebih butuh denger cerita kamu daripada kata maaf, tapi yaudah lah kalo kamu belum siap cerita. Kakak juga gak bisa maksa kamu untuk cerita. Kakak tunggu kamu cerita atau Kakak yang akan cari tau sendiri. Sana tidur lagi. Aku mau minum dulu." Joy beranjak berdiri ingin mengambil gelas.
Yeri menahan tangan Joy sebelum Kakaknya benar-benar pergi. "Tolong jangan bilang siapa-siapa dulu Kak."
"Iya." Setelah Joy menjawab, Yeri pun langsung melepaskan genggamannya lantas kembali ke kamarnya. Meninggalkan Joy sendirian di dapur.
"Sebenernya apa yang kamu sembunyiin sih Dek?" guman Joy sambil meperhatikan Yeri yang sedang menaiki tangga menuju kamar.
~❤️~
"Dek? Tumben pake jaket. Kamu gak sakit kan?" Irene bertanya ketika melihat Yeri berjalan menuju meja makan mengenakan jaket untuk luaran seragam sekolahnya.
"Paling Yeri cuma lagi kedinginan aja Kak, semalem kan hujan. Bener gak Dek?" Joy membantu Yeri yang tampak bingung menjawab pertanyaan Irene.
"Ah iya, bener Kak. Sisa udara dingin bekas hujan masih kerasa," balas Yeri.
"Okay deh," ujar Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisters
Fanfiction"Maybe we teasing each other but we always protect each other." ⚡Formal, Non Formal ⚡Harsh Words