Irene kembali mendekati Rosé. Saat tahu jika Rosé yang menahan tangannya.
"K...ak," panggil Rosé dengan nada yang sangat pelan.
"Sebentar ya, biar Kakak panggil dokter dulu. Buat ngabarin kamu kalau kamu udah sadar," ucap Irene beranjak pergi serta berniat melepaskan genggaman tangan Rosé.
"Jangan Kak, nanti aja ya. Sekarang Kakak temenin Chaeng dulu," pinta Rosé.
Irene pun kembali duduk di samping bangsal Rosé tanpa ada niatan kembali melepas genggaman tangannya dengan Rosé.
"Gimana keadaan Kakak?"
"Seharusnya Kakak yang nanya duluan ke kamu Chaeng. Bukan, kamu yang nanyain Kakak."
"Gapapa Kak, kan bagi Chaeng Kakak yang lebih penting." Rosé berkata sambil tersenyum.
"Hahaha iyaa Chaeng. Kakak udah mendingan, tapi ini lengan di perban karena retak. Kamu sendiri gimana?"
"Masih pusing banget Kak dan punggung kerasa cenat-cenut banget, sakit."
"Itu pasti karena benturan kemarin. Maaf ya, gara-gara Kakak kamu jadi kayak gini kondisinya."
Rosé menggelengkan kepalanya. "Kakak pasti tau, aku gak pernah nyesel jika aku terluka karena aku ngelindungin orang yang aku sayang. Apalagi Kakak termasuk orang yang sangat aku sayang. Jadi aku minta Kakak jangan nyalahin diri sendiri ya. Hmmm ... aku tebak, pasti selama aku gak sadar Kakak nyalahin diri sendiri kan? Padahal Kakak tau aku gak suka Kakak nyalahin diri sendiri karena aku."
Irene menganggukan kepalanya. Kini Irene tahu semakin banyak ia menyalahkan diri sendiri. Maka semakin banyak Adik-adiknya mengatakan bahwa ini semua bukan kesalahannya.
"Kak kok malah bengong sih. Hello," ucap Rosé sambil menggerakan tangannya di depan wajah Irene.
"Hah, siapa yang bengong sih." Irene mencubit gemas pipi Rosè.
"Kakak lah masa aku," ucap Rosé sambil memutar matanya malas. "Oh iya Kak, ada yang nemenin kita di sini Kak?"
"Ada tuh," jawab Irene sambil menunjuk ke arah tempat tidur. "Ada Wendy sama Jennie, tapi udah tidur. Keliatan lelah banget mereka."
"Kecapekan jaga kita ya Kak?"
"Iyaa," jawab Irene sambil memberikan Rose sebotol air dan Rose langsung meneguk air dengan cepat.
"Udah yuk tidur lagi," ajak Irene.
"Ih, belum ngantuk lagi Kak."
"Tapi kamu harus tidur Chaeng," ucap Irene mengusap kepala Rosé.
"Kakak temenin Chaeng ya," ucap Rosé sambil menggeser posisinya.
"Kakak tidur di sini maksudnya?" tanya Irene bingung.
"Iyaa," jawab Rosé
Irene melepas sendalnya lantas ikut berbaring di bangsal milik Rosè.
"Gak sempit kan Kak? Tangan Kakak gak sakit kan?" tanya Rosé sambil memeluk Irene.
"Nggak Kok, sekarang kamu tidur ya." Irene kembali mengusap kepala Rosé agar cepat tidur.
"Nee ...." Rosé mulai kembali menutup matanya.
~❤️~
Wendy membuka matanya dengan menghadapi pemandangan Irene yang sedang mengobrol dengan Dokter. Setelah dokter keluar, Wendy pun berjalan mendekati Irene.
"Pagi Wen," sapa Irene.
"Pagi juga Kak, Tumben dokter ke sini pagi-pagi. Ada apa Kak?" tanya Wendy.
"Periksa Chaeyoung," jawab Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisters
Fanfiction"Maybe we teasing each other but we always protect each other." ⚡Formal, Non Formal ⚡Harsh Words