Jio menatap Mamanya Mila biasa sedangkan Mila sangat sangat ketakutan. Pandangan yang sangat berbeda antara dua sejoli itu.
Lengan Mila di tarik paksa oleh Mamanya, Jio hanya bisa diam dan melanjutkan makan, percuma juga dia meluruskan bukan? Semua akan selalu terlihat salah di hadapan seseorang, bila dia pernah melihat mu salah lebih dahulu.
"Saya sudah peringatkan ke kamu untuk jauhin Mila sebelumnya. Tapi kenapa kamu tetep deketin dia? Mau kamu apa sih! Merusak masa depan anak saya?!" Jio sama sekali tidak tertegur dia tetap saja makan dengan khitmad, karena ibu nya selalu mengajarkan makan ya makan, ngomong ya ngomong.
"Kamu..." Mama Mila menarik kasar bahu Jio.
"Bu sabar bu." supir Mila menenangkan sedangkan Mila menatap supirnya marah."Apa sih Tan. Ga ngerti sopan santun ya? Kalo orang lagi makan itu jangan di ganggu tar pencernaan nya ga bekerja dengan baik, saya jadi ngunyah sambil berdirikan, padahal sunah rasul ga bolehin."
Plak
"Tante juga mau nanya, apa nyuekin orang tua itu ga ada sopan santun!? Apa Mama kamu ga ngajarin!" Jio merubah rautnya menjadi sangat sangat menyeramkan.
"Tante boleh menghina saya. Tapi jangan sekalipun tante bawa-bawa orang tua saya, saya nakal karena waktu dan nanti akan hilang. Lah Tante galak ga ada abis-abisnya, jangan mikirin dunia yang hanya sesaat Tan, buat jadi seimbang antara dunia dan akhirat nanti, permisi dulu mau bayar." cengkraman di baju Jio terlepas tergantikan dengan tangan yang mengepal keras.
"Nih bude uangnya. Kembalinya ambil aja buat si Lia jajan." Dan setelah itu Jio berhenti sebentar di hadapan Mila dan mengusap ngusap kepalanya pelan dengan senyum tulus.
"Dunia udah tua, bencong makin banyak, orang tomboy sama lekong makin banyak. Yg suka sesama jenis juga. Di Al-Quran itu tanda tanda dunia udah mau kiamat, lo sambil belajar jangan lupa ibadah juga ya." Jio berlalu pergi.
"Sok tua! Tau apa dia soal akhirat, ayo pulang Mila!" Lengan Mila lagi lagi di tarik paksa sampai masuk ke mobil.
Di tempat lain
Jio duduk di bangku taman menatap langit yang mulai menggelap. Terlihat gradasi gradasi yang indah dan sangat sangat sulit belakangan ini terjadi. Jio... Laki-laki itu suka senja namun lebih suka lagi Fajar karena saat Fajar di atas gunung kesejukan serasa berada di dunia lain. Bisakah dia mengatakan itu surga dunia yang hanya sesaat, karena tergantikan oleh siang hari?
Ya mungkin bisa.
Jio kembali ingat kejadian siang tadi, dimana dirinya di tampar. Tidak sakit namun mengingat itu dia.... Kasihan pada Mila.
"Emaknya aja berani gampar gue gimana anaknya di rumah?" Langit indah terus menemaninya sampai azan berkumandang. Ya ini keputusannya.
"Oke mulai detik ini gue akan mengalah Mila, biar lo ga akan kesakitan lagi."
"BANG AYO SHOLAT MALAH NGELAMUN KESURUPAN GUE TINGGAL LO"
"Cowo ganteng ga bakal kesurupan dek."
"Selama kakak inget, kunti suka sama cogan."
"Sialan lo Dek. Tunggu..... Jiaaaa!"
"Cepet Jia mau liat imam kesayangan Jia!" Dan mereka pun berlarian kearah Masjid. Yang satu ingin bertemu imam yang satu lagi takut di incar kuntilanak.
JIA MUNCUL HUWE HUWE HUWE WKWK
HOPE YOU LIKE THIS PART BABE
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy (OnGoing)
Teen FictionPLAGIATOR PERGI JAUH JAUH !!! Squel of Teacher __________________________________ Kamis Up. Private Story "Gue beri lo nilai bagus dengan hanya sebuah ciuman, gimana?" "Never!" "Oke cantik selamat berjuang." CopyRight©