19

1.2K 56 0
                                    

"Wah... Lo kalo kusut bagus juga ya ngidamnya."
"Sialan, lo kira gue bunting Vir."
"Sering-seringlah kusutnya, biar dapet untung kita hahaha." Saut Lingga.

"Hm. Vodka lima, 40 persen semua." Keempat laki laki itu melotot tidak percaya, mereka biasanya hanya meminum Bir, Wine, ataupun Soju yang tidak sampai 30% alkoholnya, katakan mereka cupu, ya kerena mereka mau pulang bagaiamana kalau mabuk?

"Wah mampus kita pulang gimana?"
"Hah?"
"Lo biasa minum yang 40 persen?"
"Kadang 60 persen."
"Dan lo ga mabok?"
"Sempoyongan Rang, abis itu berak darah."
"Anying, Emang nyokap ga ngomel." Tanya Yoga.

"Dingin disana Yog, nyokap juga ga masalah, dia malah maklumin ya asal jangan sampe bawa cewe ke kamar, bisa abis itu gue di sunat untuk ke dua kalinya."

"Nah kalo disini?"
"Nah yang itu gue juga bertanya tanya, Qiana juga sih ngajak kesini jadi pingin minumkan."

"Kaya nya 3 botol aja deh, kita satu berdua, satu berdua." Saat melihat botol kaca bening dengan isi yang terlihat seperti air putih yang mematikan, namun tidak untuk Jio laki laki itu segera membuka tutup botol dan meminumnya seperti meminum air biasa.

"Tenang tar gue panggilin mang Acep supir gue. Lo juga minum semuat perut lo aja."

"Aman." Saut Lingga, Rangga, Yoga, dan Virgo berbarengan.

"Itu Qiana?" Tunjuk Lingga saat mendapati perempuan berpakaian gaun dengan lubang dimana mana.

"Ini siapa?"
"Virgo."
"Lingga."
"Rangga."
"Yoga."
"Qiana. Bukan anak LinggarJati 1 ya?"
"Bukan kita temen rumah Jio aja." Saut Lingga yang masih terpesona dengan tubuh Qiana
"Pantes ga kenal mukanya. Yaudah lanjut."

"Ayo joget di dance floor Jio." Jio mengeleng, dia tidak suka di kelilingi orang banyak. Rasanya engap entah kenapa. Suara bising tidak membuat keempat laki laki itu mendengar permohonan Qiana.

"Jio, ayolah, tadi gue di godain Om-Om."
"Mangkanya baju jangan ke buka gitu, kali kali pake gamis biar Om-Om ga tertarik sama lo." Qiana cemberut, perempuan itu memilih duduk di pangkuan Jio dan mengambil botol minuman di tangan Jio dan menenggaknya.

"Wah jago juga lo minum." Bisik Jio
"Selain minum.... Gue juga jago di kamar, mau coba?" Qiana merubah duduknya menjadi menghadap Jio dengan tangan di leher laki laki itu.

"Gue ga tau cara main dan ga minat juga."
"Dari luar negeri masih perjaka hebat juga."
"Hanya istri gue yang boleh ngambil keperjakaan gue dan gue berharap juga istri gue masih perawan." senyum sinis terlihat di kerlap kerlip Bar itu.

"Yakin gamau?" Qiana mencium leher Jio dan mengigitnya beberapa kali.

"Diam, gue ga tertarik sama lo."
"Ga perduli." Bibir Jio di cium dengan sangat lembut

'Sialan! Why you so fucking good kisser?!' pekik Jio dalam hati dia tidak dapat menolak entah karena alkohol atau karena dirinya sudah tidak lama berciuman.

Oke baru saja tadi siang dia berciuman, namun bagi Jio itu bukan ciuman. Itu hanyalah kecupan, dan yah setelah pulang dari luar negeri dirinya tidak pernah lagi merasakan yang namanya 'ciuman' salahkah bila ia ingin merasakan dan meresapinya kembali?

Yoga, Rangga dan Lingga sudah mabuk berat padahal baru beberapa kali teguk sedangkan Virgo menatap kedua insan dihadapannya tersenyum remeh.

Sepiii huwa aku sedih hiks hiks
Vomen nya jan lupa :)

Enemy (OnGoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang