√Bab 15: Aisy diculik?

1.8K 108 28
                                    

Aisy pov

Gelap..
Baru saja Aku membuka mata, mengapa ruangan ini gelap? Dan seperti nya ini ruangan yang sangat asing bagiku.

Ku tatap sekeling ruangan ini, dan yang menjadi pertanyaan ku saat ini. Mengapa Aku diikat dan mengapa pula mulut ku dibekap.

"Sudah bangun rupanya!"

Suara itu, seperti nya tak asing lagi ditelinga ku. Siapa dia?
Aku mencoba mengenali wajahnya dengan keadaan remang-remang.

Tap.. Tap..

"Lo enggak inget sama gue?"

Suara langkah kaki kian mendekat, Aku masih dilanda kebingungan. Siapa dirinya sebenarnya?

Rena?
Sinta?

Kenapa ada Mereka ? Apa yang sebenarnya terjadi pada ku?

"oh iya, mulut lo kan dibekap!"

Sinta terkekeh, lalu melepaskan pembekapnya secara kasar. Membuat ku terjengkit kaget. Sedangkan Rena hanya meyunggingkan senyum nya.

"Sekarang udah bisa ngomong kan?" tanya Rena sambil menaikan sebelah alisnya.

"Mau kalian apa?" tanya ku to the point.

"to the point sangat kau ini," ucap sinta lalu terkekeh.

Aku menghela nafas lelah, apa sih maunya Mereka?

"mau kalian apa?!" tanya ku.

"Wow! Ternyata, pesantren enggak membuat sifat dan kelakuan Zee berubah," kekeh Rena.

"jangan bawa-bawa pesantren!" ketus ku.

"terus--"

Ucapan Sinta menggantung begitu saja saat suara langkah kaki kian mendekat.

"mangsa kita udah bangun rupanya,"

Tunggu --
Ini bukan suara Rena atau pun Sinta, melainkan DELLA?

"enaknya diapain dell?" tanya Rena.

"sabar ren, kita bermain sedikit sama si Zee ini," ucapnya.

Akan ada drama apa lagi?

"mau kalian apa?" tanya ku heran.

"balas dendam!" jawab Della.

"atas dasar apa kalian balas dendam?" tanya ku heran.

Della tersenyum sinis, membuat ku ngeri. Segala pemikiran buruk mulai berkelana dalam otak ini.

"Riko minta putus dari gue," jawabnya.

"terus apa masalahnya sama gue?" tanya ku heran.

"ya tentu ada! Riko minta putus karena Lo!" tegas nya.

"karena gue? Bukannya karena Lo yang terlalu egois?"

Plak..

Rasa sakit menjalar ke semua wajahku, rasa perih di pipi kanan masih saja perih. Tapi, memang begitu kan faktanya?

"atau Lo yang suka caper sama kakak kelas?"

Plak..

Kini gantian, pipi sebelah kiri. Rasa kanan saja belum sudah, sekarang gantian.

"Seharusnya Lo mikir, kenapa Riko bisa mutusin lo. Bukan nyulik gue kayak gini!"

Aku tertawa renyah, enak saja dia menuduh ku sembarangan. mungkin saja kan, sifatnya yang menjadi faktor utama permasalahan nya.

Cinta Dalam IstikharahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang