“jangan salah mengartikan kata Ukhti.”
•Cinta dalam istikharah•
***
Hening,
Satu kata ini yang cocok dengan aura di kamar ini. ada keempat gadis yang masih terdiam namun, sibuk dengan pemikiran nya masing-masing.
Keempat gadis itu terdiam namun lirikan sinis saling mereka lontarkan. Aura kecanggungan pun memenuhi kamar yang sepi ini."Apa kalian juga terlibat, dalam insiden tadi?" Tanya Tya, berusaha tenang agar tak terjadi keributan.
"Enggak, kita emang enggak suka sama Ukhti abal-abal itu. Tapi, kita enggak bakal senekat Zulla," tukas Royya.
Tya menelisik mata Royya, disana tak ada kebohongan. Apa kah Ia harus percaya dengan kedua Ukhti ini?
"Ralat, enggak ada yang namanya Ukhti abal-abal Royya," ralat Yani.
"Lah, emang dia mah Ukhti abal-abal kan?" Tanya Veve sinis.
"Udah berapa lama sih kalian mondok? Cuman kata Ukhti aja, enggak bisa mengartikan dengan benar," kesal Yani.
"Jangan, bawa-bawa berapa lama mondok. Ilmu agama ana sama ilmu agama Ukhti. Masih tinggian ana!" Sahut Royya.
"Tersinggung? Terus apa kabar Aisy, yang selalu kalian sebut Ukhti abal-abal itu?" Tanya Tya heran.
Mereka terdiam.
Sedangkan, Tya maupun Yani nampak menghela nafas akibat pemikiran Royya, dan Veve."Tapikan, dia memang pantas disebut begitu."
Royya masih saja mengelak bahwa persepsi dia dan Veve itu salah. Ia masih memegang teguh, pendirian nya. Bahwa Aisy tak pantas jika harus disebut Ukhti.
"Royya, Veve. Kalian itu santriwati harusnya bisa dong, mengartikan kata Ukhti!" Ucap Tya lembut namun terkesan tegas.
"Apa sih istimewanya dia? Sampe Ukhti membelanya, siapa sih sebenarnya sahabat Ukhti ? Dia? Atau kami?" Tanya Royya setengah berteriak.
"Kami hanya membela yang benar!" Tegas Tya.
"Alasan! Udah dapat teman baru, yang lama dilupain!" Tajam Veve.
"Bukan begitu Veve!" Tegas Yani.
Royya tersenyum sinis, lalu bangkit dari duduknya. Sedangkan Veve masih terdiam, namun mata nya menatap tajam kearah kedua sahabatnya.
"Lantas harus bagaimana Yan?" Tanya Royya.
"Berhenti berpikir tentang Ukhti abal-abal!" Jawab Yani.
"Kalau kita enggak mau bagaimana?" Tanya Royya.
"Please Royya, Veve. Buka pemikiran kalian!" Pinta Tya.
"BUAT APA TYA?! KITA ENGGAK SUKA DIA DARI AWAL! KARENA DIA, PERSAHABATAN KITA JADI BERANTAKAN!"
Ucapan Royya, membuat Tya memijit pelipisnya. Mengapa menjadi sesulit ini?
Ujian dari Allah kah?"BUKAN DIA OYA, KALIAN YANG MEMBUAT SEMUANYA BERANTAKAN!"
Yani ikut berteriak, amarah sudah menguasai dirinya. Sedangkan, Tya masih terdiam.
"SETERAH KALIAN! MAU MEMILIH DIA ATAU KAMI!"
Royya pergi keluar dari kamar dengan amarah yang memuncak. Sementara Veve sedang mengkontrol dirinya agar amarah tak menguasai nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Istikharah
Novela JuvenilIni tentang kisah Aisy Jazeera al mubarakah, yang harus rela menerima kenyataan bahwa dia harus pindah ke penjara suci itu, akibat Fitnah dari Kakak kelasnya sendiri. Pesantren? Menurut nya itu sama sekali tidak sesuai dengan zaman yang serba moder...