BAB 2

2.8K 389 2
                                    


Jarum jam sudah menunjukkan pukul 23:47 yang artinya sebentar lagi hari sudah akan berganti. Namun gadis bermarga Jeon masih asik berguling kesana kemari dengan selimut yang membungkus tubuhnya. Tak heran jika sekarang ranjangnya sudah berantakan, bantal dan guling sudah berserakan dilantai dan sprei yang membalut kasur empuknya hampir terlepas.

Setelah menerima dan membaca secarik kertas kecil tadi sore, ia bergegas meninggalkan perpustakaan, mengabaikan panggilan penjaga yang hendak menegurnya untuk mengembalikan buku ke tempat semula. Ia hendak menjelajah kampus lagi untuk mencari keberadaan lelaki yang ditemuinya di perpustakaan, namun niatnya terurungkan saat benda pipih digenggamannya bergetar.

Dan malam ini, ia dibuat gelisah bukan main. Entah dia yang terlalu berlebihan atau memang ia benar-benar merasa bersalah.

"Hah!"

Kedua tangannya bergerak melepas selimut yang membungkus tubuhnya, melemparnya kesembarang arah. Tubuhnya terlentang, kedua matanya menatap lurus pada langit-langit kamar.

Tunggu! Kenapa ia harus bertingkah seperti itu? Kenapa ia harus gelisah?

"Ya, kenapa aku harus gelisah. Semua itu terjadi tanpa disengaja bukan? Salah dia sendiri yang tidak mau menjawab pertanyaanku diawal, jadi bukan salahku kan kalau aku berpikiran yang macam - macam?"

Shasa menghentakkan kedua kakinya ke udara, kemudian memutar tubuhnya ke kiri, merapalkan doa dan memejamkan matanya.

Okay, semua akan baik - baik saja besok.

════════════════════

"Tidak tidak. Aku harus mencarinya, kalau tidak aku akan terus diteror rasa bersalah seperti ini."

Gadis Jeon itu terus menggerutu disetiap langkahnya. Hari ini, ia kembali menjelajah setiap sudut kampus untuk mencari lelaki yang membuatnya gelisah semalaman. Ia berhenti sebentar, melirik arloji kecil yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ternyata sudah hampir satu setengah jam ia berkeliling namun sosok yang dicari tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Shasa sudah mengunjungi perpustakaan dan hasilnya nihil, lelaki itu tidak ada disana.

Pandangannya mengedar mencari tempat beristirahat, dan ia menemukan sebuah kursi besi panjang. Oh rupanya ia tengah berada di lantai dua.

"Jeon Shasa?"

Merasa terpanggil, sang pemilik nama yang baru saja mendudukkan dirinya itu menoleh. Tersenyum saat ia mengenali siapa yang baru saja memanggilnya.

"Kamu sedang mencari tempat lagi?"

"Ah, tidak." Shasa berdiri dan melanjutkan kalimatnya. "Aku sedang mencari seseorang."

Gadis bernama Kim Lami itu mengerutkan keningnya. "Seseorang? Siapa?"

"Aku tidak tau namanya. Yang jelas anaknya putih dengan rambut natural brown, postur tubuhnya termasuk mungil untuk golongan laki-laki dan dia bisu" Shasa memelankan suaranya diakhir kalimat

Dihadapannya, Lami terlihat tengah berpikir. Tangannya bersedekap didepan dada, sepasang matanya mengedar. Dan saat dirasa ia telah menemukan jawaban, ia menjentikkan jemarinya.

"Renjun."

"Huh?"

"Iya, orang yang kamu maksud itu Huang Renjun. Dia anak sastra."

Shasa mengangguk paham. "Kamu tau dimana dia sekarang?"

"Sayangnya tidak, mungkin dia sedang berada di perpustakaan."

"Tidak ada, aku sudah kesana"

Si gadis Kim kembali berpikir, tangannya bergerak merogoh saku celananya, mengambil benda pipih dan melihatnya sebentar. "Aku rasa dia sudah pulang, jam kuliahnya sudah berakhir sejak sepuluh menit yang lalu."

Shasa menjatuhkan rahangnya, sia-sia sudah usahanya hari ini padahal niatnya baik untuk meminta maaf atas pertanyaannya kemarin.

"Shasa, aku pergi dulu ya. Sebentar lagi kuliahku dimulai." pamit Lami dan hanya dibalas senyuman oleh Shasa

Sepeninggal Kim Lami, Shasa kembali melangkahkan kakinya dengan malas. Ia ingin pulang sekarang dan merebahkan tubuh lelahnya diranjang empuk kesayangannya. Hm, mungkin malam ini ia akan menyusun rencana agar bisa bertemu dengan lelaki tunawicara tersebut.

Sesampainya di depan gerbang kampus, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan supir yang ditugaskan Appa nya untuk mengantar-jemput dirinya. Saat sepasang matanya tak menangkap keberadaan mobil beserta supirnya, ia memutuskan untuk berjalan ke arah kanan menuju halte bus dan menunggu disana.

Gadis bersurai hitam itu mendudukan dirinya dikursi halte, menghela napas pelan lalu kepalanya menoleh menatap laki-laki yang berdiri menyender pada tiang halte.

Rambut natural brown terlihat bagus -gumamnya dalam hati

Shasa tersenyum tipis dan mengalihkan pandangannya menunduk menatap sepasang kakinya yang berayun pelan hingga ia merasa ada sesuatu yang janggal. Rambut natural brown? Ia merasa tak asing dengan rambut itu, kepalanya pun kembali menolah dan benar saja.

"Renjun."

Laki-laki yang mengenakan mantel coklat itu tersentak kecil, ia menoleh pada sumber suara. Dan betapa terkejutnya dia saat mendapati gadis yang menganggunya di perpustakaan kemarin. Kali ini, laki-laki  itu berusaha acuh mengabaikan sepenuhnya si gadis.

"Huang Renjun kan?"

Tidak ada respon, Shasa berdiri dari duduknya menghampiri laki-laki yang diketahui bernama Huang Renjun tersebut. "Masih ingat denganku?"

Renjun hanya melirik melalu ekor matanya, sama sekali tidak terlintas dipikirannya untuk merespon gadis yang lebih pendek darinya itu.

Merasa tidak ada respon lagi, Shasa kembali bersuara. Ia menundukkan kepalanya, salah satu kakinya bergerak pelan dibawah sana. "Aku minta maaf atas perkataanku di perpustakaan kemarin, aku sungguh tidak tau kalau kau benar-benar tidak bisa bicara"

Shasa memejamkan matanya, ia merasa permintaan maafnya akan sia-sia.

Namun semua itu salah, sebuah tangan terulur menepuk pelan pundak kanannya. Sepasang matanya terbuka, kepalanya mendongak dan langsung bertatapan dengan sepasang mata ruby milik lelaki dihadapannya, juga tak lupa sebuah senyum tipis yang menghiasi wajahnya. Detik berikutnya ia menyerahkan secarik kertas pada Shasa.

Shasa pun mengambil alih kertas tersebut dan seketika senyumnya mengembang membaca tulisan yang tertoreh rapi di kertas itu.

— Tidak apa. Aku sudah memaafkanmu, Jeon Shasa.

 Aku sudah memaafkanmu, Jeon Shasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-⋅. GLIMMER [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang