Matahari telah menenggelamkan dirinya sejak enam puluh menit yang lalu. Langit cerah pun telah berganti dengan langit gelap. Jalanan malam terlihat sedikit sepi, hanya menyisakan beberapa orang yang tengah berlalu lalang. Cukup mengherankan mengingat jarum jam baru saja menginjak angka 6 yang artinya hari belum sepenuhnya malam.Sementara itu, sosok gadis remaja dengan tatanan rambut up-ponytail tengah berjalan menyusuri trotoar. Sesekali menggosokkan kedua tangannya untuk mencari kehangatan, sebab entah kenapa malam ini udara terasa begitu dingin hingga siap untuk menusuk kulit. Kepala sang gadis mendongak menatap langit malam yang terlihat kesepian tanpa bulan dan bintang yang menemani. Tak tau pasti apa yang menyebabkan sang cahaya malam enggan menampakkan diri hingga tega membuat langit merasakan sunyi. Gadis itu tersenyum kecut, sepertinya semesta sedang mengejeknya dengan membiarkan langit malam yang gelap menjadi tambah gelap.
Sepasang tungkai yang dilapisi jeans hitam itu membawanya ke sebuah toko buku diujung jalan. Menghela napas pelan, ia mendudukkan dirinya disalah satu meja yang terletak dipojok luar toko. Tangan kanannya bergerak merogoh saku hoodie biru tua, mengambil sebuah benda pipih yang selalu dibawanya. Ibu jarinya menggulirkan bar ponsel dari atas ke bawah tanpa berniat membuka kunci layar, kedua pesan dari pengirim berbeda sedikit menarik atensinya.
아빠 (Appa)
Jangan pulang larut malam,......엄마 (Eomma)
Bagaimana kabarmu, nak?.......Jeon Shasa menghela napas pelan - sepertinya akhir-akhir ini ia terlalu banyak menghela napas. Tangan kanannya kembali merogoh saku hoodie untuk menggembalikan ponselnya, tak ada niatan sama sekali untuk membalas pesan-pesan tersebut. Moodnya sedang roller coaster sekarang, ia butuh healing yang benar-benar bisa membuatnya fresh kembali.
Mata bulat berbulu lentik itu terpejam menikmati udara malam yang berhembus sedikit kencang, namun semua itu hanya rencana semata karena sebuah suara kursi yang bergesar membuatnya mau tak mau membuka kedua matanya.
"Renjun?"
Lelaki itu hanya tersenyum, kemudian tangannya bergerak seperti hendak menyampaikan sesuatu. Shasa mengerutkan keningnya, kepalanya miring ke kanan memperhatikan gerakan tangan lelaki bermarga Huang itu.
Apakah itu bahasa isyarat? -batinya bertanya
Detik berikutnya Renjun menepuk dahinya sendiri pelan sembari mulutnya sedikit menganga, agaknya ia lupa kalau gadis disampingnya ini tak mengerti bahasa isyarat sedikitpun. Tangannya merogoh saku hoodie mengambil note kecil dan menuliskan sesuatu disana.
— Sudah lama berada disini?
"Oh, belum. Aku barus saja sampai"
Renjun mengangguk, kemudian kembali menulis pada note kecilnya dan menunjukkannya pada Shasa.
— Sedang mencari buku apa?
"Tidak" Shasa tersenyum kikuk.
"Sebenarnya aku kesini hanya iseng saja, siapa tau ada yang cocok. Dan ternyata benar, aku menemukannya."Lelaki yang mengenakan hoodie abu-abu itu mengernyit bingung. Hm, dia tidak mengerti dengan kata 'cocok' yang dimaksud Shasa.
"Renjun." panggil Shasa dan sang pemilik nama hanya menampilkan ekspresi bertanya
"Kemarin kita bertemu di perpustakaan kampus, dan tadi aku melihatmu memegang sebuah buku saat dihalte, sekarang pun kita kembali bertemu di depan toko buku. Aku ramal, kamu ini pasti suka sekali baca buku. Benar kan?"
Huang Renjun hanya tertawa mendengar ucapan random gadis bersuari hitam itu. Tawa tanpa suara.
"Kalau boleh tau, siapa penulis favoritmu?"
Tangan kanan Renjun kembali bergerak dengan pulpen mini digenggamannya.
— Rhonda Bryne.
Rhonda Bryne, Shasa cukup mengetahui tentangnya. Penulis wanita sekaligus produser televisi yang berasal dari Australia itu cukup terkenal. Beliau menerbitkan beberapa buku yang berisi berbagai motivasi.
— Aku menyukai karyanya yang berjudul The Magic.
"Kenapa?"
Renjun terlihat fokus dengan note kecilnya, cukup lama. Mungkin ia akan menulis sebuah kalimat panjang pada note itu.
— Karena didalam buku tersebut mengajarkan kita untuk bersyukur dan percaya keajaiban itu ada. Hanya dalam waktu singkat akan banyak keajaiban yang datang. Jika keajaiban itu datang, langkah pertama yang dilakukan adalah bersyukur.
Gadis Jeon itu terdiam setelah membaca tulisan Renjun. Memori otaknya kembali memutar beberapa peristiwa secara acak. Mood yang sempat membaik beberapa menit yang lalu kembali memburuk. Rasanya ia ingin pergi tidur saja sekarang. Tangan kanan gadis itu terulur menyikap lengan hoodie nya sendiri, matanya memandang arloji di pergelangan tangan kiri.
"Sudah malam, aku pulang dulu ya" pamit Shasa dan dibalas anggukan oleh Renjun.
Shasa berdiri dari duduknya, salah satu kakinya hendak melangkah meninggalkan toko buku yang sepertinya sebentar lagi akan tutup. Namun tak disangka, hujan datang tanpa permisi membasahi bumi yang gelap malam ini.
"Ish! Hujan."
— Jangan mengeluh. Hujan itu anugrah.
"Hujannya tambah deras dan aku sama sekali tidak membawa apapun untuk bisa sampai dirumah dengan keadaan kering"
Hening beberapa saat, kedua nya sibuk dengan pikiran masing-masing, hanya suara gemericik air yang memenuhi indra pendengaran mereka. Gadis bersurai hitam itu menggosok kedua lengannya, angin semakin bertambah dingin dan hujan sepertinya enggan untuk berhenti. Diam-diam Shasa menyumpah serapahi hujan yang selalu datang tiba-tiba, apalagi malam begini. Membuatnya harus diam kedinginan di depan toko. Seharusnya sekarang ia sudah berbaring diatas ranjang sambil menonton serial drama favoritnya. Ah, dia sedikit menyesal keluar malam hari ini.
Terlalu sibuk menggerutu, gadis itu tak sadar jika sebuah payung bening transparan terulur dihadapannya. Hingga sebuah kertas yang terpampang didepan matanya mengalihkan atensinya. Huang Renjunlah pelakunya.
— Pulanglah dengan payung ini. Maaf aku tidak bisa mengantarkanmu.
Sepasang alis Shasa menukik.
"Kalau aku pakai payung ini terus kamu pulangnya gimana?"Tanpa membalas pertanyaan Shasa. Lelaki bermata ruby itu berlari menerobos derasnya hujan. Mengabaikan udara dingin yang bisa saja membuatnya sakit esok hari. Shasa menggelengkan kepalanya, ia merasa tidak enak sekarang. Namun lelaki itu telah menghilang pergi meninggalkannya sendiri.
Oke, ingatkan Shasa untuk mengembalikan payung transparan ini besok!
KAMU SEDANG MEMBACA
-⋅. GLIMMER [✓]
Fanfiction➶ 황런쥔 | completed. ❝Untuk apa banyak bicara jika mata mampu mengatakan semuanya ?❞ ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈« ©dbluebearie