BAB 16

1.4K 222 17
                                    


Gadis bersurai hitam menikmati malam yang cukup dingin ditengah kota. Sepasang tungkainya sudah berjalan diatas trotoar selama kurang lebih satu jam. Tidak ada banyak hal yang dilakukan, gadis itu hanya menikmati keramaian kota serta kerlap-kerlip yang ada disana. Jalan raya tampak ramai dan lancar. Pastinya banyak orang yang keluar rumah untuk menghabiskan waktu di penghujung minggu. Semilir angin tidak berhenti berhembus, Shasa menaikkan kupluk hoodie yang ia kenakan. Memori otaknya terus memutar peristiwa di sungai Han seminggu yang lalu.

Hampir 30 menit berlalu dan taman besar berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri terlihat jelas setelah persimpangan jalan. Lapangan basket terbuka yang berada tepat disamping taman menjadi tujuan Shasa. Pagar tinggi berjaring mengelilingi lapangan basket. Ada beberapa pemuda yang bermain disana. Shasa mengisi bangku disisi lapangan dan melihat permainan yang sedang berlangsung.

Tidak hanya Shasa yang datang untuk sekedar menonton. Beberapa pengunjung lain tampak menikmati aksi merebut bola putih biru tersebut. Mereka akan bersorak setelah salah satu pemain berhasil memasukkan bola ke ring basket. Nyaris satu jam terlewat dan para pemain menghentikan permainan untuk istirahat. Shasa masih duduk disana dan mengabaikan malam yang mulai larut. Mungkin dia akan pulang ke rumah setelah bosan atau menunggu kakak kandungnya mengomel.

"Jeon Shasa?"

Shasa mendongak setelah namanya diserukan oleh seseorang. Dia pikir tidak ada siapapun yang mengenalinya di tempat itu. Namun, seorang lelaki dalam balutan kaos putih polos dan celana training hitam tampak mendekat ke arahnya. Tanpa diminta, wajah masam muncul ke permukaan setelah Shasa mengetahui siapa lelaki itu.

Na Jaemin, dia duduk disamping Shasa tanpa meminta permisi. Shasa terus mengabaikan Jaemin selagi lelaki itu mengusak rambutnya yang lepek karena keringat. Kening basah dan napas terengah-engah. Shasa mulai menyadari jika Jaemin adalah salah satu pemain yang tadi dia nikmati penampilannya.

"Kau tidak ikut bermain dengan mereka?"

"Aku perempuan kalau kau lupa."

"Memangnya kenapa kalau kau perempuan?" sorot mata Jaemin memandang lurus para pemain lain yang terlihat berapi-api untuk merebut bola.

"Kau pikir saja sendiri." konteks yang dibawa lelaki itu tidak jelas membuat Shasa malas menanggapi Jaemin. Pandangan Shasa beralih pada tangan kiri Jaemin yang dibalut perban, tampak sedikit noda darah di perban tersebut. "Ada apa dengan tanganmu?"

"Tergores pisau." jawaban singkat pemuda Na itu membuat Shasa mengernyit bingung. Tergores pisau sampai diperban melingkar begitu, memangnya pisau apa? Pisau daging? Pedang? Samurai?

Jaemin terkekeh pelan melihat ekspresi yang ditampilkan gadis disampingnya. Ia tidak bohong jika tangan kirinya memang tergores pisau. Saat itu setelah pulang dari caffe, ada dua lelaki yang menghadangnya. Mengajaknya berkelahi tanpa sebab, salah satu dari mereka mengeluarkan sebilah pisau hendak menusuk perut kiri Jaemin. Namun Jaemin bergerak lebih cepat dengan memegang pisau tersebut, dan tangan kanannya yang menganggur ia gunakan untuk membuka tudung hoodie yang menutupi wajah pelaku. Hwang Hyunjin yang bersembunyi di balik tudung hoodie terkejut saat penyamarannya terbongkar, dengan panik ia menarik pisau itu dari genggaman Jaemin dan berlari pergi bersama seseorang yang Jaemin yakinin adalah Kang Taehyun.

"Aku hampir dibunuh oleh seseorang, untung saja aku bergerak lebih cepat dengan memegang pisau itu jadi ya begini." Jaemin bercerita dengan singkat

"Dan kau malah bermain basket dengan kedua tanganmu itu?" tanya Shasa dan hanya mendapat anggukan kepala dari Jaemin

"Bodoh." tanpa sadar Shasa mengumpati lelaki disampingnya. Hasrat ingin memukul kepala lelaki Leo itu timbul dipikirannya. Shasa menolehkan kepalanya menatap Jaemin "Itu akan memperparah lukamu. Bagaimana bisa sembuh kalau kau gunakan untuk mendribble bola seperti tadi?"

-⋅. GLIMMER [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang