Jaemin dan Lami bertamu ke rumah Renjun di siang hari. Lami mendapatkan informasi dari Jaemin bahwa Renjun baru saja ditimpa kemalangan. Lami sangat khawatir, apalagi saat Jaemin mengatakan kondisinya tidak jauh berbeda dari korban tabrak lari yang selamat.Kehadiran Renjun berhasil membuat kedua tamunya terperangah, padahal didepan mata mereka saat ini hanyalah pemuda yang wajahnya sangat mengkhawatirkan.
"Astaga!" gumam Lami saat Renjun duduk disampingnya. Si tuan rumah diapit oleh kedua tamunya. Jaemin mengamati wajah Renjun, membayangkan mandi dibawah guyuran air saat kulit sedang terluka membuat pemuda Na itu meringis. "Maaf, Renjun. Aku datang terlambat saat itu." sesal Jaemin dan dibalas anggukan kecil oleh Renjun.
"Apakah kondisi tanganmu sangat parah? Sampai kapan tanganmu akan digips." Lami bertanya penasaran
Renjun menggeleng, kemudian jemari tangan kanannya yang baik-baik saja terangkat menunjukkan tanda peace -angka 2
"Dua bulan?!"
Renjun mengangguk. Dua bulan bukanlah waktu yang singkat, ditambah pemuda Huang itu pasti bersikeras untuk tetap kuliah. Melakukan banyak kegiatan dengan satu tangan tentunya tidak mudah, itu hanya akan menghambat Renjun dalam mengikuti kelas.
Lami mengulas senyum lebar. "Kau pasti bisa melaluinya." ucapnya, kemudian menepuk dada Renjun pelan sebagai bentuk semangat. Namun respon berlebihan yang Renjun tunjukkan dengan memekik tertahan tanpa suara membuat Jaemin dan Lami terkejut. Lami yakin tepukannya tadi tidak terlalu keras. "Kau baik-baik saja?"
Pemuda Aries itu mengabaikan pertanyaan Lami, ia terus meringis. Jaemin pikir, Renjun hanya berakting tetapi sepertinya tidak. Si Huang terlihat benar-benar kesakitan. Namun respon Renjun sangat berlebihan. Jaemin memicing curiga dibuatnya. Tangannya bergerak lancang menarik keatas pakaian yang Renjun kenakan. Dibalik kaos putih itu, terdapat beberapa lebam yang mengotori permukaan kulit.
"Renjun, separah ini?" Lami terkejut bukan main. Dia mulai berpikir berlebihan jika tulang rusuk Renjun juga patah, namun itu hanya bayangannya semata. Renjun mengangguk atas pertanyaan Lami. Dia menepis pelan tangan Jaemin dan menarik turun pakaiannya.
"Apakah ini orang yang sama dengan yang sebelumnya?" pertanyaan Jaemin dibalas anggukan oleh Renjun.
"Kau tidak berniat melaporkannya?" pertanyaan Lami mendapat gelengan dari Renjun.
Tangan Jaemin langsung merangkul Renjun, membawa tubuh itu untuk mendekat ke arahnya, mengacak-acak rambut Renjun yang masih agak basah pasca mandi. Jaemin mengomel didalam hati. Ada saja orang seperti Renjun didunia ini.
"Oh, iya." Lami memindahkan kantong plastik berisi buah-buahan ke pangkuan Renjun. Ada banyak apel dan anggur disana, jeruk-jeruk yang mencolok juga memenuhi plastik. "Ini dari Shasa."
Renjun memandang kantong plastik itu, dia kembali mengingat kejadian kemarin. Saat dimana dirinya bertemu dengan Shasa ditaman kota. Renjun tidak tau apa yang dipikirkan gadis itu saat ia pamit membeli minuman namun tidak kembali. Mungkin dia sudah mengetahui alasan Renjun dari Lami.
Renjun tersenyum tipis, kemudian tangannya kembali bergerak.
— Sampaikan terima kasihku padanya.════════════════════
Jaemin melaju cepat diatas motor ducati merah miliknya. Renggangnya jalanan kota semakin memudahkan Jaemin untuk berkendara, ia terus menyalip banyak mobil selagi kesempatan itu ada. Markas milik seseorang yang terletak dipinggir kota, jauh dari jangkauan masyarakat membuat Jaemin seperti dikejar waktu. Dia harus tiba disana sebelum sore datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
-⋅. GLIMMER [✓]
أدب الهواة➶ 황런쥔 | completed. ❝Untuk apa banyak bicara jika mata mampu mengatakan semuanya ?❞ ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈« ©dbluebearie