BAB 6

1.8K 308 12
                                    

Sepasang tungkai dengan sneakers putih sebagai alasnya, berjalan menuruni anak tangga. Kedua ibu jarinya tengah sibuk menari diatas papan keyboard, kedua matanya pun menatap lurus pada layar LCD ponselnya. Seolah ia sudah hafal berapa jumlah anak tangga dirumahnya, dengan lihainya ia menuruni dua anak tangga sekaligus, tak mempedulikan ia bisa jatuh kapan saja. Hingga sebuah suara membuatnya berhenti dengan kegiatannya.

"Perhatikan jalanmu, Shasa."

Gadis yang baru saja diberi peringatan itu sedikit terkejut saat mendapati sosok pria paruh baya sedang duduk di ruang keluarga dengan selembar koran dalam genggamannya.

"Appa? Kapan Appa pulang?" tanya Shasa sembari menyimpan ponselnya dalam saku celana. Seingatnya Appa nya itu selesai menyelesaikan tugas kerjanya sekitar dua hari lagi.

"Jam tiga pagi. Pekerjaan Appa selesai lebih cepat dari perkiraan, jadi Appa juga bisa pulang lebih cepat." jelas Tuan Jeon dan hanya dibalas anggukan oleh putrinya.

"Kau mau pergi kuliah?"

"Ah, ya." Manik bulat gadis itu melirik arlojinya, kemudian menatap sang kepala keluarga hendak berpamitan. "Kalau begitu, Shasa pergi dulu."

"Mau Appa antar?"

"Tidak perlu, Appa. Shasa berangkat dengan sopir saja, lagi pula Appa baru pulang lebih baik istirahat."

════════════════════

"Shasa."

Langkah sang pemilik nama berhenti, kepalanya menoleh kebelakang. Mendapati sosok gadis bersurai coklat tengah berjalan kearahnya.

"Jam kuliahmu sudah selesai?"

"Ya, baru saja selesai."

Si lawan bicara, Kim Lami memperhatikan sebuah benda kerucut yang digenggam Shasa. "Kau membawa payung?" tanyanya penasaran, pasalnya hari ini cuaca sedang cerah berawan, untuk apa gadis Jeon itu membawa payung ke kampus. "Bukankah hari sedang cerah?"

Shasa tersenyum kikuk, ia melirik payung ditangan kirinya. "Oh, ini. Payung ini milik Renjun dan aku berniat untuk mengembalikannya."

Lami membulatkan mulutnya tanda ia mengerti, namun detik berikutnya ia teringat akan sesuatu. "Eum, Shasa. Kau tidak berniat untuk mencari Renjun dikampus ini kan?"

"Hei. Tentu saja, memangnya kemana lagi aku bisa menemukan Renjun selain dikampus."

Sekarang Lami yang tersenyum kikuk mendengar jawab Shasa. "Ya, benar. Tapi.." ucapnya menggantung

"Tapi?"

"Renjun tidak terlihat sejak dua hari yang lalu."

Mulut gadis Jeon itu sedikit mengangga, jadi tidak ada gunanya ia membawa payung ini ke kampus?
"Kemana dia?"

"Aku tidak tau."

"Kalau begitu, bisa beri aku alamat rumahnya? Kau kan teman nya sejak lama, aku yakin kau tau yang satu ini."

"Baiklah."

════════════════════

Butuh sekitar tiga puluh menit untuk sampai ke tempat tujuan. Awalnya dia merutuki dirinya sendiri, kenapa harus repot-repot pergi jika hanya untuk mengembalikan sebuah payung? Bukankah ia bisa mengembalikkan esok hari atau lusa pun tak masalah? Tetapi kedua kakinya sudah menginjak depan pagar sebuah rumah, jika ia pulang maka semua ini akan sia-sia.

-⋅. GLIMMER [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang