BAB 4

2.1K 330 30
                                    


Udara pagi ini terasa begitu segar setelah hujan yang cukup deras mengguyur bumi semalaman. Aroma khas tanah basah menyapa indra penciuman, beberapa burung kecil pun tengah berkicau diluar sana. Rasanya benar-benar menyejukkan hati siapapun yang menikmati. Berbeda dengan lelaki Huang yang tampak sedang tak sehat, sedari tadi ia terus menggosok hidungnya yang sudah memerah dan terasa gatal, kedua manik ruby nya tampak sayu dan sedikit berair, sejak bangun tidur ia terus menerus bersin.

Lelaki kelahiran bulan Maret itu memutuskan untuk berjalan keluar kamar menuju meja makan. Sungguh, meski sedang sakit begini ia bukan tipe orang yang betah untuk berdiam diri di ruangan dalam jangka waktu yang lama. Belah bibirnya yang sedikit memucat tertarik keatas membentuk sebuah senyuman saat melihat wanita paruh baya tengah menyiapkan makanan.

"Renjun sudah bangun? Ayo makan, Eomma membuat nasi goreng kesukaanmu." ucap Li Yuqi dengan senyuman namun detik selanjutnya senyum itu memudar digantikan dengan raut kekhawatiran saat mendapati wajah putranya yang sedikit mengenaskan.

"Renjunie, kamu sakit?"

Renjun menoleh pada Eomma nya sebentar lalu menggelengkan kepala dan menggerakkan tangannya mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saya. Tetapi Li Yuqi tak bisa percaya begitu saja, jelas putranya ini sedang sakit mengingat ia semalam pulang dengan keadaan basah.

"Pasti karena kamu kehujanan ya? Seingat Eomma, semalam kamu pergi membawa payung. Lalu kenapa pulang bisa basah kuyup hingga sakit begini?"

Renjun terdiam sesaat, entah sadar atau tidak otaknya mengingat gadis mungil bersurai hitam legam yang semalam ia jumpai di depan toko buku. Bahkan tanpa diminta sekelebat kejadian yang melibatkan ia dan si gadis terputar di otaknya.

— Renjun kasih ke teman.

Yuqi mengerutkan keningnya, kemudian ia tersenyum menggoda. "Kekasihmu ya?"

Pertanyaan tak terduga berhasil membuat Renjun tersentak kecil, ia sontak menggelengkan kepalanya.

— Tidak, Eomma.

"Eomma tidak percaya."

— Sungguh, Eomma. Dia hanya teman Renjun. Lagipula mana ada yang mau jadi kekasih Renjun.

Detik itu juga Li Yuqi dibuat bungkam oleh putranya sendiri. Setelah peristiwa mengerikan beberapa tahun silam, Huang Renjun menutup dirinya. Dia seperti enggan bersahabat dengan dunia luar, kesehariannya hanya diisi dengan tumpukan buku dan dentingan piano. Terkadang sebagai seorang Ibu, Yuqi merasa sangat sedih melihat putranya tak bisa tertawa sesuka hatinya. Namun ia juga sadar, dirinya tak bisa berbuat banyak. Hanya bisa memberikan dukungan dan doa agar putra tunggalnya bisa mengampai mimpi yang telah ia impikan sejak kecil.

"Huang Renjun, dengarkan Eomma" Yuqi mendudukan dirinya di hadapan Renjun.
"Kamu itu sempurna. Kamu anak yang pandai, tampan dan manis, jago bermain gitar dan piano, bahkan kamu juga pandai melukis, kurang apa lagi? Hanya karena kamu tunawicara? Tidak bisa berbicara? Itu bukan sebuah kekurangan yang harus disesali dan dibenci, Renjun. Kamu tidak perlu merasa kurang pantas untuk dekat dengan siapapun. Seseorang yang benar-benar baik dan tulus tidak akan mempermasalahkan semua itu"

════════════════════

Keadaan Renjun lebih baik daripada tadi pagi. Setelah minum obat, ia sudah tidak bersin lagi dan wajahnya pun tidak sepucat tadi hanya matanya yang masih terlihat sayu.

Sore ini ia memutuskan untuk mengujungi suatu tempat. Eomma nya sudah melarang, namun sosok Renjun yang keras kepala tak bisa dilawan.

Dalam balutan sweater dark grey ia berjalan melewati berbagai toko. Jarak antara rumah dan tempat yang dituju tidak terlalu jauh jadi ia tak perlu mengeluarkan biaya untuk naik kendaraan umum. Dan tak butuh waktu lama pula, kakinya sudah menginjak halaman dengan gerbang besi yang sudah sedikit berkarat. Sepasang matanya mengedar mencari keberadaan salah satu nama dari ribuan nama.

-⋅. GLIMMER [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang