BAB 19

1.8K 230 13
                                    


Malam ini langit begitu sepi, bulan dan bintang tanpa sebab enggan menampakkan diri. Angin yang berhempus perlahan membuat suasana tampak sunyi. Binatang malam pun bungkam seakan hilang ditelan bumi. Jarum jam baru saja menginjak angka delapan, tetapi rasanya seperti sedang berada di tengah malam. Lelaki bersurai dark blonde menghela napas pelan, menyandarkan bahu lelahnya pada sofa panjang. Suara tawa yang berasal dari ruang belakang, begitu menyenangkan untuk didengar. Mengundang siapapun penasaran atas hal apa yang dilakukan dua perempuan berbeda usia yang kini tengah berjalan beriringan sembari membawa setoples kue dan nampan yang berisi teh hangat.

"Eomma kira kau sudah tidur, Na." Li Yuqi meletakkan nampan yang ia bawa diatas meja ruang tamu, kemudian mendudukkan dirinya di single sofa.

Lelaki Na itu beranjak dari acara tidur ayamnya, menegakkan badan dan mengambil cangkir teh hangat, meminumnya secara perlahan. Lagi pula mana bisa ia tidur nyenyak disaat suara tawa menggema disetiap sudut ruangan. Sedari tadi Jaemin hanya memejamkan matanya, mengirup oksigen, dan mengeluarkan karbondioksida, merubah posisi ke kanan dan ke kiri, bahkan ia menempelkan sepasang kakinya pada dinding dengan rambut yang seperti menggantung terbalik serta kedua tangan terlentang. Si Leo itu ingin menjelajahi alam mimpi, tapi ia tidak bisa tidur sama sekali.

"Shasa, kau nanti pulang menunggu sopir?" pandangan Li Yuqi beralih pada gadis bersurai hitam yang tengah membuka toples kue. Ia bertanya seperti itu bukan bermaksud untuk mengusir, dirinya hanya tidak tega membiarkan seorang gadis pulang sendirian di malam hari.

"Shasa pulang sama Jaemin." baru saja si gadis Jeon membuka mulutnya hendak mengeluarkan suara, namun kalah cepat dengan Jaemin.

Li Yuqi mengangguk sembari tersenyum, ia hendak melontarkan pertanyaan kembali untuk memperpanjang obrolan malam ini. Tetapi sebuah dering telepon rumah membuatnya harus beranjak dari single sofa, tangan kirinya terulur meraih gagang telepon dan mendekatkannya pada telinga kiri.

"Halo?"

"....."

"Iya, benar. Ada yang bisa saya bantu?"

"....."

"A-apa?! T-tidak mungkin!"

Tubuh wanita paruh baya itu melemas, hingga tanpa sadar ia menjatuhkan gagang telepon rumah. Pandangannya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, perlahan air mulai menggenang di pelupuk mata, kedua telapak tangannya menyilang menutupi mulut yang menganga. Jaemin dan Shasa yang mendengar suara benda jatuh, bergegas menghampiri Li Yuqi yang sudah jatuh terduduk bersamaan dengan air mata yang mengalir deras.

════════════════════

Kejadian tidak diharapkan menyerang para penumpang pesawat Asiana Airlines. Satu bilah kipas yang hancur menyebabkan mesin nomor satu di bagian kiri pesawat kehilangan daya. Instrumen yang sulit dibaca membuat pilot salah mengidentifikasi mesin mana yang kehilangan daya. Para pilot yang kebingungan justru mematikan mesin nomor dua di bagian kanan. Tanpa satu pun mesin yang menyala, pesawat tersebut terhempas menabrak Gunung Hallasan. Mengakibatkan 57 penumpang meregang nyawa ditempat termasuk kapten dan first officer, sementara yang lainnya mengalami luka serius.

Sudah hampir tiga hari semenjak kejadian mengerikkan itu, Shasa dan Jaemin merepotkan diri mengunjungi rumah sakit untuk menemani Li Yuqi karena putra angkatnya -Renjun mengalami koma akibat benturan yang sangat keras bahkan hampir saja pecahan kaca bersarang di kepalanya.

-⋅. GLIMMER [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang