BAB 10

1.5K 278 28
                                    


"Makan dulu sup hangatnya, Renjun."

Li Yuqi, sang ibu angkat berteriak saat Renjun melewati dapur beberapa kali. Anak itu bangun agak siang hari ini, padahal ia ada kelas pagi. Sekarang si Huang sedang kerepotan memasukkan buku-buku kedalam tas, memakai kaos kaki, dan banyak hal lainnya. Hanya satu tangannya yang bisa bekerja dan itu membuat Renjun semakin kerepotan.

Sang sahabat, Na Jaemin menikmati pemandangan di pagi hari sembari menyantap sup hangat buatan Yuqi. Lelaki Leo itu sudah berkunjung ke rumah sahabatnya pagi-pagi sekali, bosan dengan masakan rumah menjadi alasan Jaemin saat Renjun bertanya padanya.

"Sarapan dulu, zombie!" Yuqi menarik tangan Renjun dan membawanya ke meja makan. Renjun sempat memberontak dan langsung dihadiahi pukulan dikepala.

Renjun mendudukkan dirinya disalah satu kursi, kedua tangannya bergerak sembari menatap Eomma nya.
— Berhenti memanggilku zombie, Eomma.

Semenjak Jaemin mengatakan bahwa Renjun sedang bermain peran menjadi zombie sebab banyak perban yang membalut bagian tubuhnya, hal itu terus menjadi lelucon bagi mereka.

Li Yuqi mengabaikan permintaan Renjun. Lagi pula itu hanya masalah sepele, Renjun terlalu berlebihan dalam menyikapi. Si Huang terus merengut di meja makan, ia kesal dengan sebuah panggilan yang sangat tidak ia sukai.

"Makanlah dengan penuh senyuman, Renjunnie." ucap Yuqi, detik berikutnya mata wanita itu sedikit memicing, berusaha melihat tulisan bertinta hitam yang mengisi gips putih putranya. Penglihatannya sungguh buruk jika tidak menggunakan kacamata. "Tulisan apa yang ada disana itu? Eomma tidak bisa membacanya."

Jaemin bergerak jauh lebih cepat dari Renjun yang hendak menutupi tulisan tersebut. "Cepat sembuh, Huang. Your girlfie is always beside you." pemuda Na itu terkekeh kemudian saat Renjun memejamkan matanya.

"Woah, si zombie ini sudah punya pawang ternyata." Yuqi tertawa saat wajah Renjun mulai memerah, entah karena malu atau suhu udara yang cukup dingin.

"Huang itu sudah pasti kau dan your girlfie itu Shasa, bukan?" tebak Jaemin dan tepat sasaran.

"Tunggu, siapa Shasa?" tanya Yuqi penasaran, namun sebelum ada yang menjawab pertanyaannya, wanita itu sudah tertawa. "Ah, gadis yang waktu itu kemari ya?"

"Jadi gadis itu pernah kemari?."

Wanita paruh baya itu mengangguk antusias, ia melirik Renjun sekilas kemudian tersenyum jahil. "Pantas saja terlihat akrab sekali, ternyata sepasang kekasih."

════════════════════

"Sialan." Jaemin terus menggerutu. Natal sudah didepan mata dan dingin semakin mencekik, padahal salju pertama belum turun. Tidak terbayang bagaimana jadinya jika salju pertama sudah turun, mungkin Jaemin akan membeku dalam hitungan detik. "Harusnya kantin kampus ini memasang penghangat ruangan."

Lelaki Leo itu merapatkan mantel yang dikenakan. Kaki-kakinya dibawah meja terus bergerak untuk mengalihkan dingin yang menyerang, tetapi tidak terlalu membantu. "Mengapa musim dingin tahun ini sangat parah?" gumam lelaki itu

Tidak hanya Jaemin yang terus mengomel seperti itu, beberapa mahasiswa di kantin pun melakukan hal yang sama. Mereka mengeluh tentang musih dingin yang seolah bisa membunuh. Terdengar berlebihan memang, tapi hanya itu yang cocok untuk menggambarkannya.

-⋅. GLIMMER [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang