BAB 7

1.6K 286 7
                                    


Tiada hari tanpa membaca dan alunan nada, mungkin kalimat itu sangat cocok disematkan pada lelaki pemilik nama Huang Renjun. Pasalnya keseharian pemuda Huang hanya dilingkupi oleh lembaran kertas, berbagai macam buku, dan ia juga memberi kesempatan jemarinya untuk menari diatas tuts-tuts piano. Tak heran jika sangat mudah untuk menebak keberadaan si Huang saat sedang di kampus, hanya dua tempat yang pasti ia datangi yaitu perpustakaan dan ruang musik.

Seperti halnya sekarang, lelaki kelahiran bulan Maret itu tengah berada di perpustakaan. Bukan untuk membaca buku, melainkan untuk menggambar. Terhitung sejak empat hari yang lalu, si Huang memanfaatkan ruang kosong di sudut kanan perpustakaan, mengubah ruang kecil hampa itu menjadi tempat favoritnya untuk mengasingkan diri usai jam kuliah selesai. Bahkan dinding putih pada ruangan tersebut sudah tertempel delapan kertas gambar arsiran hasil karya tangan si Huang, mulai dari arsiran bunga sakura hingga pemandangan desa.

Pertama kali si Huang menemukan ruangan ini, saat ia hendak berkeliling rak mencari keberadaan buku ensiklopedia. Awalnya ia mengira ruangan tersebut adalah gudang kecil tempat menyimpan buku-buku yang sudah tidak bisa dibaca, namun saat kakinya melangkah masuk ia sedikit terkejut mendapati ruang tak berpintu itu kosong hanya terdapat sebuah kursi dan meja kecil yang berhadapan langsung dengan taman bagian belakang. Tanpa pikir panjang, ia pun meminta persetujuan penjaga perpustakaan untuk menggunakan ruangan tersebut dan beruntung kedua penjaga itu menginjinkannya.

"Hei, Lonjon."

Renjun menoleh pada si empu yang menyuarakan namanya. Kedua maniknya menatap lelaki yang berdiri disebelah rak buku. Merasa aneh dengan penampilan lelaki tersebut yang mengenakan pakaian kelewat santai di kampus. Dengan hoodie hijau toska, celana training hitam, serta sepasang sandal jepit hitam yang menjadi alas untuk kakinya.

"Berhentilah menatapku seperti itu. Kau terlihat mirip dengan dosen kelasku yang siap mengomel kapan saja."

Renjun mengerakkan kedua tangannya secara bergantian.
— Bukankah kau tidak ada kelas hari ini?

Pemuda bersurai hitam melangkahkan kakinya memasuki ruangan kecil tersebut, pandangannya mengedar menatap satu per satu gambar arsiran di dinding. "Aku bosan dirumah, jadi aku kemari."

Si Huang menggelengkan kepala nya pelan, tidak habis pikir dengan tingkah sahabatnya -Na Jaemin. Ke kampus saat tidak ada jam kuliah dengan alasan bosan dirumah? Hanya Jaemin yang melakukannya. Padahal diluar sana banyak sekali tempat yang bisa dikunjungi untuk menghilangkan rasa bosan.

"Aku dengar dari Lami, kau sedang dekat dengan seorang gadis." pemuda yang diketahui bernama Na Jaemin itu menyenderkan badannya pada tembok kosong disebelah kiri Renjun.

Jemari Renjun sontak menghentikan kegiatannya mengarsir, kedua manik ruby nya menatap lurus pada kertas dihadapannya, menunggu kalimat Jaemin selanjutnya.

"Jeon Shasa, bukan?"

Renjun meletakkan pensilnya, kemudian tangannya bergerak.
— Kami hanya berteman.

Jaemin memasukkan kedua tangannya dalam saku celana. "Kau suka padanya?"

Mendengar pertanyaan tak terduga dari sahabat kecilnya, Renjun dengan cepat menggeleng. Kedua tangannya memegang rambut di sekitar telinga, arah pandangnya beralih pada taman belakang yang terlihat jelas dari balik jendela.

Respon yang diberikan Renjun membuat Jaemin tersenyum jahil. "Jangan berbohong padaku, Renjun. Aku ini temanmu sejak kecil"

Tangan kanan Renjun bergerak cepat, mengisyaratkan Jaemin untuk pergi dan tidak mengganggunya. Gerakan tangan Renjun justru membuat Jaemin semakin gencar menggodanya. Pemuda Na itu memasang ekspresi sedramatis mungkin. "Kau mengusirku? Jadi benar kau menyukai gadis Jeon itu. Astaga, Huang Renjun!"

-⋅. GLIMMER [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang