BAB 15

1.5K 241 7
                                    


Roda waktu terus berputar tanpa kenal kata 'berhenti'. Hari terus berganti hingga menempati bulan keenam dipertengahan tahun. Hangat menyelimuti tubuh setibanya Renjun dirumah. Dia melangkah masuk setelah menutup pintu rapat-rapat, kemudian berjalan menuju kamarnya. Renjun terperanjat saat menemukan wanita paruh baya berdiri di tengah-tengah kamarnya. Begitu menyadari jika wanita itu adalah Li Yuqi, Renjun menghembuskan napas lega.

Lelaki Huang itu berjalan mendekati meja belajar dan duduk diatas kursi. Dia terus memperhatikan Ibu angkatnya yang sibuk mengamati beberapa kardus disudut kamar. "Kamu hanya membawa buku-buku mu ini?"

Renjun mengangguk atas pertanyaan Eomma nya. Li Yuqi duduk disisi ranjang dan menghadap langsung ke arah Renjun. Sesuatu yang mengganjal hatinya harus dikeluarkan saat ini juga. "Renjun, kamu tidak perlu pindah ke Jilin. Setelah lulus kau bisa mencari perkerjaan di Seoul, tidak perlu jauh-jauh ke negeri orang."

Renjun tersenyum tipis, kedua tangannya bergerak menyampaikan sesuatu pada sang Ibu.
— Eomma, aku hanya mengikuti seminar. Tidak akan lama, hanya lima hari dan aku akan kembali.

Yuqi meloloskan napas panjang, ia sedikit lega mendengar jawaban putra angkatnya. Tapi entah kenapa, masih ada yang mengganjal di hatinya. "Baiklah, hanya lima hari. Awas jika lebih dari lima hari, Eomma tidak akan membukakan pintu untukmu."

Renjun tertawa tanpa suara, setelahnya ia berdiri. Tangan kanannya terangkat, menempel pada pelipis seolah memberi hormat pada Eomma nya.

════════════════════

Kaca transparan yang mengelilingi penjuru caffe mempersilahkan sinar matahari masuk ke dalam ruangan. Terang yang alami terasa menenangkan, pot yang berjejer dengan tanaman hijau berhias bunga bermahkota indah dan cantik. Meja yang ada nyaris penuh, hanya tersisa dua sampai empat meja yang kosong. Penghujung minggu mendatangkan banyak pelanggan ke caffe, mulai dari anak muda hingga lansia sekalipun.

Pandangan gadis Kim jatuh kepada lelaki yang duduk tepat dihadapannya. Lelaki pemilik wajah rupawan itu menopang dagu dan menatap jalanan kota diluar sana. Terlihat seekor anjing kecil dan pemiliknya yang berjalan diatas trotoar, Lami pikir Jaemin sedang melihat itu.

"Jaemin." panggil Lami pelan dan hanya dibalas deheman oleh Jaemin.

"Terima kasih." ucapan gadis bersurai brown itu membuat pemuda Na menoleh pada Lami, masih tetap bertopang dagu.

"Untuk?"

"Tidak ada. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih karena kamu sudah mau berteman denganku." ucap Lami kemudian mengulas senyum, gadis itu beranjak dari kursi ketika sendu tidak kunjung meninggalkan Jaemin. Dia memesan satu potong kue keju yang lembut dan memberikannya pada Jaemin. "Untukmu."

Lelaki bersurai dark blonde itu mengerutkan keningnya. "Berhenti---

"Ini yang terakhir." sela Lami dengan cepat memotong ucapan Jaemin. Piring kecil berisi kue keju didorong mendekati lelaki itu.

"Kau lupa aku tidak terlalu menyukai keju." Jaemin meraih sendok kecil diatas meja dan mengambil potongan kecil kue tersebut. Dia memakannya dengan sangat hati-hati dan hidungnya mengerut kemudian. Jaemin tampak tak menyukai itu. "Tapi aku akan tetap memakannya."

Lami mengulas senyum lebar, sejujurnya ia sangat ingin menangis sekarang. Jaemin masih mengakui keberadaannya sebagai teman serta menghargai hal kecil yang ia lakukan, meskipun ia harus menyimpan rasa yang tak akan pernah terbalaskan. Setidaknya itu lebih baik, mencintai tak harus memiliki kan?

-⋅. GLIMMER [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang