BAB 12

1.4K 247 6
                                    


"Aku pergi dulu. Jaga rumah dengan benar ya, anak manis"

Selepas kepergian sang kakak, gadis Jeon itu bergegas menutup seluruh pintu dan jendela rumah, menyalakan lampu yang sekiranya perlu. Sebelum ia memasuki kamar, si gadis melangkahkan kakinya ke dapur, perutnya sudah berbunyi minta diisi. Tangannya bergerak membuka lemari pendingin, matanya menyipit memperhatikan isi kulkas, detik selanjutnya ia memejamkan matanya geram. Pintu kulkas ditutupnya dengan kasar. "Jeon Wonwoo! Lihat saja nanti!"

Sepasang kakinya menghentak secara bergantian, menaiki tangga dengan tangan terkepal. Agaknya gadis itu tengah menahan amarah. Bagaimana tidak? Ia ditinggal dirumah sendirian tanpa makanan dan camilan. Kulkas yang kemarin masih setengah penuh, sekarang sudah kosong melompong hanya menyisakan dua botol air mineral yang tidak ada isinya. Dan pelakunya tak lain adalah kakak kandungnya sendiri.

Sepertinya malam ini Shasa harus kembali merelakan dompetnya kosong dan ia akan meminta ganti rugi pada kakaknya. Ah, bahkan si sulung Jeon belum mengganti uangnya saat ke minimarket waktu itu. Terkadang Shasa heran sekaligus kesal, pasalnya kakak lelakinya itu mempunyai uang yang lebih banyak daripada dirinya, Shasa saja belum pernah melihat isi dompet kakaknya itu kosong, tapi kenapa si sulung Jeon yang menjadi primadona di kampus itu gemar sekali menguras tempat penyimpanan uang si adik?!

Jam menunjukkan pukul tujuh malam, jalanan kota cukup padat malam ini. Orang-orang banyak yang merayakan malam tahun baru di luar rumah. Shasa mengeratkan mantel coklat yang melekat pada tubuhnya. Langkahnya memelan, sepasang matanya memperhatikan toko dan rumah yang dihiasi dengan lampu kelap-kelip yang terlihat cantik saat dinyalakan. Sebuah bunyi notifikasi dan getaran singkat pada ponselnya membuat ia berhenti sejenak, merogoh saku mantel mengambil ponsel rose gold miliknya.

런존

Selamat malam, Shasa.
19.21

Malam, Renjun.
19.23

Kau dimana?
19.24

Sedang dijalan.
Kenapa? Tumben sekali
19.25

Tidak ada
19.25

Shasa mengerutkan keningnya setelah membaca pesan terakhir dari Renjun. Ia kira si Huang itu akan menyampaikan sesuatu yang penting setelah menanyakan keberadaannya, nyatanya anak itu malah membalas 'tidak ada'. Random sekali bukan?

Gadis Jeon itu kembali menyimpan ponselnya pada saku mantel. Sepasang kakinya pun kembali melangkah berbelok melewati jalan aspal yang tidak terlalu ramai, ia berhenti di penyebrangan jalan. Kepala nya menoleh ke kanan dan ke kiri, setelah dirasa jalan sepi dan aman untuk menyebrang, ia berjalan.

Namun tanpa disangka, sebuah motor ducati melaju dengan cepat ke arahnya dan menyembunyikan klakson hingga Shasa berjengit kaget. Keterkejutan yang dialami membuat kaki-kakinya lemas. Shasa jatuh diatas aspal, dan mengepalkan kedua tangannya. "Astaga! Tuhan, maafkan aku."

"Hei. Minggirlah!"

Suara manusia yang Shasa dengar menyadarkannya bahwa ia masih hidup. Tidak ada adegan tabrak lari penuh dramatis seperi didalam drama. Shasa menepuk dadanya pelan, dia merasa senang saat jantungnya masih berdetak didalam sana.

"YAKK!!" si pengendara motor berteriak, ia melepas helm yang membungkus kepalanya, menuruni motor dan mendekat pada korbannya. Langkah pengendara itu terkesan tak beraturan beradu dengan permukaan aspal.

Shasa mendongak menatap seseorang yang wajahnya tampak tidak asing. "Na Jaemin?" ucapnya ragu.

"Kau mengalangi hik jalanku, Shasa hik." Jaemin menarik dengan susah payah lengan Shasa untuk kembali berdiri. Shasa menatap Jaemin dari ujung rambut sampai ujung kaki. Lelaki Leo itu tampak berantakan. "Ada apa denganmu, Jaemin?"

-⋅. GLIMMER [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang