BAB 18

1.4K 216 11
                                    


Hari ini adalah hari yang paling di nanti oleh para mahasiswa, hari dimana semua orang tersayang berkumpul untuk memberi ucapan selamat atas perjuangan yang telah usai dalam menempuh pendidikan di universitas. Tak sedikit yang menyayangkannya, merindukan berbagai hal yang hanya menyenangkan untuk lakukan di kampus.

Begitu pula dengan gadis bersurai hitam dalam balutan toga yang melekat pada tubuh mungilnya, Appa dan kakaknya tengah menunggu di ruangan yang sudah disediakan. Namun gadis Jeon itu masih menikmati keindahan taman kampus yang mulai dihiasi bunga bermekaran, duduk sendirian di salah satu bangku taman dengan wajah muram. Ia terlihat tengah memikirkan sesuatu yang mempengaruhi mood roller coaster nya hari ini. Bukan karena ini adalah hari perpisahan, bukan pula karena Eomma nya yang tidak bisa datang. Tetapi karena seseorang yang akan pergi ke negeri seberang selama lima hari ke depan.

Berlebihan ya?
Hei, ayolah, apakah kalian harus bertukar posisi dengan Shasa agar kalian bisa merasakan rasanya ditinggal kesayangan? Ah, maaf. Sepertinya kata 'kesayangan' memang terlalu berlebihan untuk dua insan yang terjebak dalam zona teman. Dan sepertinya tidak perlu sampai bertukar posisi, karena penulis yakin salah satu -oh atau mungkin beberapa dari kalian pernah berada di posisi yang sama.

Shasa menyenderkan tubuhnya dibangku taman, kepala nya mengadah menatap langit yang tampak cerah. Jari telunjuk Shasa terangkat mengarah pada satu awan yang menghiasi langit, menggerakkan jarinya perlahan mengikuti kemana awan berjalan. Hingga satu jari telunjuk lain hadir tepat berada dibelakang jari telunjuk Shasa. Gadis Jeon itu segera menurunkan tangannya saat menyadari keberadaan seseorang dibelakangnya, kepala nya pun menoleh ke belakang dan mendapati seorang lelaki bersurai natutal brown tengah tersenyum kearahnya.

Renjun mengambil langkah mendekati Shasa, mendudukkan dirinya disebelah si gadis. Kemudian tangannya bergerak.
— Sedang apa disini?

"Renjun, kapan kamu akan berangkat ke Jilin?" bukannya menjawab, Shasa justru mengajukan pertanyaan pada Renjun.

— Sepertinya Lusa.

Shasa menegakkan badannya, ia memiringkan badan agar menghadap Renjun sepenuhnya. "Berjanjilah padaku, kau akan kembali."

Lelaki Huang itu mengulas senyum, tangan kanannya terangkat mengusap pelan surai hitam lembut milik si gadis.
— Hanya lima hari, Shasa.

"Berjanjilah, Renjun."

Renjun menghela napas pelan. Masih dengan senyum yang menghiasi wajahnya, ia menggerakkan tangannya.
— Aku berjanji, akan kembali dan segera menemuimu.

Shasa hendak mengucapkan sebuah kalimat, namun sebuah suara tiba-tiba menyerukan namanya. "Shasa." Shuhua berjalan menghampirinya dengan napas terengah-engah. Sepertinya gadis itu berlarian menaiki tangga hanya untuk memanggilnya.

"Ayo cepat, sebentar lagi sesi foto. Kau mau tempat absenmu di album wisuda dan buku tahunan kosong?" ucap Shuhua sembari menarik pergelangan tangan Shasa.

"Sebentar." Shasa menghentikan langkahnya, ia menoleh kearah Renjun. "Renjun, aku pergi dulu."

Butuh waktu kurang lebih enam puluh menit untuk menyelesaikan semua pose yang diperintahkan oleh fotografer. Harusnya sesi foto selesai sejak sepuluh menit yang lalu, tetapi beberapa mahasiswa yang keras kepala membuat semua menjadi lamban. Mereka bergerak kesana kemari membuat barisan berantakan, bahkan ada yang masih heboh dengan riasan ataupun baju mereka yang sebenernya masih terlihat rapi dan layak untuk difoto.

"Oke sekarang bebas ya, kalian bisa melempar topi wisuda keatas." perintah sang fotografer.

Semua mahasiswa fakultas ilmu sosial telah melepas topi wisuda mereka, menunggu aba-aba dari fotografer untuk melepar topi ke udara.

-⋅. GLIMMER [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang