00

25K 2.2K 252
                                    

SEBELUM BACA BIASAKAN VOTE YA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SEBELUM BACA BIASAKAN VOTE YA. HARGAI KARYA ORANG LAIN, ITU SEBAGAI MOTIVASI BUAT AUTHOR SUPAYA LEBIH SEMANGAT UNTUK MEMPERBAIKI KESALAHAN DAN SEMANGAT UNTUK NULIS

Btw beberapa part di Private, jadi harus tambah ke perpustakaan terus follow, thanks

.
.
.
.
.
.
.

Soora berjalan menuju halte dekat sekolahnya. Sudah 40 menit ia menunggu Hyunjin di depan UKS, namun tak kunjung datang. Sekolah semakin sepi, ia tidak mau mati bosan menunggu disana sendirian.

Soora memutuskan untuk pulang sendiri. Sudah biasa ia dibuat menunggu dan berujung ditinggalkan tanpa kabar satupun dari Hyunjin.

Soora memakluminya, Hyunjin mungkin saja lupa.

Soora duduk di halte, menunggu bus lewat. Padahal sudah terlalu sore, sangat jarang juga bus lewat depan sekolahnya. Murid lain bahkan sudah dirumah sejak 40 menit yang lalu mungkin.

"Halo? Kenapa Nino?" tanya Soora lembut ketika ponselnya berdering dan melihat siapa yang menelpon.

"Kakak dimana? Nino takut. Kakak cepet pulang ya."

"Iya sayang, bentar lagi kakak pulang kok. Tunggu kakak sebentar lagi ya, Nino jangan keluar kamar dulu."

Soora mematikan sambungan teleponnya. Ia khawatir pada adik kecilnya itu. Karna tak ada satu pun bus lewat, Soora memutuskan untuk berjalan kaki saja. Walau jaraknya sangat jauh. Bermodalkan nekad dan Nino, ia mengorbakn kakinya sendiri.

"Jin, kamu kemana sih? Ga ngasih kabar. Buat janji malah di ingkarin." gumam Soora pelan. Matanya menatap jalanan dengan kosong.

Suara deru motor yang semakin mendekat dari belakang membuat Soora berbalik. Mendapati Hyunjin di atas motornya. Dengan seragamnya yang penuh keringat. Jelas sekali Hyunjin tidak latihan basket, mengingat ia masih pakai seragam. Memang sebelumnya Soora melihat motor Hyunjin masih terpakir rapi di parkiran.

Lalu kenapa ia bisa penuh keringat seperti itu?

"Maaf gue telat, ayo buru naik." kata Hyunjin memberikan helm pada Soora.

Soora menerima helm itu. Ia segera naik ke motor besar Hyunjin. Ia harus cepat sampai rumah. Kemudian Hyunjin melajukan motornya menuju rumah Soora.

Butuh waktu sekitar 25 menit untuk mereka tiba di rumah megah Soora. Sesampainya di rumah, Soora langsung memberikan helmnya kepada Hyunjin. Hyunjin tanpa pamit pergi meninggalkan rumah Soora.

Soora sudah sangat terbiasa di perlakukan seperti teman, bukannya kekasih. Soora merasa cukup bahagia sudah di perhatikan seperti ini, tidak meminta lebih. Asalkan Hyunjin ada disaat ia butuh laki-laki itu.

Padahal yang sebenarnya Hyunjin jarang ada ketika Soora butuh.

Soora melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Gelap. Seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Sepi dan tenang.

Kakinya melangkah menuju kamar Nino. Dengan perlahan Soora memutar knop pintu kamar Nino, takut jika nanti adiknya itu terbangun karna kedatangan Soora. Dilihatnya Nino kini tengah tertidur pulas dengan wajah pucatnya yang terlihat damai.

"Nino? Udah tidur dek? Udah makan belum?" tanya Soora membelai lembut rambut adiknya. Pergerakan Soora membuat Nino terbangun. Tak tega melihat tidur Nino terganggu, tetapi Soora harus membangunkan Nino untuk segera makan dan mandi.

"Udah kak, tadi bibi anterin makanannya. Kak Nino pengen jalan-jalan, Nino bosen!" rengek Nino setelah sepenuhnya sadar. Mata kecilnya itu melengkung ke bawah. Hendak menangis.

Soora memeluk adiknya itu. Mencium dalam-dalam rambut Nino. Aroma shampo Nino yang beraroma buah yang sangat ia sukai, masuk ke dalam indra penciumannya. Ia mencium pipi Nino gemas. Sungguh, Soora sangat menyayangi Nino lebih dari apapun.

"Besok kita jalan-jalan ya! Besok kakak bakal pulang cepet! Janji kok!" kata Soora mencium pipi Nino lagi. Wajah cantik Soora membuat Nino luluh dan akhirnya mengangguk.

Nino memeluk Soora erat. Ia sangat sayang pada kakaknya ini. Soora sangat memanjakan Nino. Bahkan entah bagaimana, Nino jarang bertanya tentang kedua orang tua mereka. Karna Soora sebisa mungkin selalu berada di sisi Nino. Kapan dan dimana pun Nino.

Anak yang seharusnya bermain dan bersenang-senang, malah harus mendekam di rumah dan rumah sakit dengan kemoterapi dan obat-obatan.

"Sekarang ayok kita mandi! Jagoannya kakak harus wangi!" seru Soora senang. Nino tersenyum lebar. Ia beranjak dari kasurnya dibantu oleh Soora tentunya.

Soora menuntun pelan Nino menuju kamar mandi. Baru saja Nino bangkit, ia sudah pingsan dengan hidung mengalir darah segar. Soora jelas panik. Ia memeluk Nino untuk menopang tubuh kecil Nino.

Nino tak kunjung sadar, darah yang mengalir cukup banyak tak seperti biasanya. Membuat Soora panik.

Cepat-cepat ia menelpon Hyunjin. Pikirannya saat ini hanya ada Hyunjin. Tak peduli jika Hyunjin tau kalau ia berbohong nantinya. Sayangya, Hyunjin selalu menolak semua panggilan Soora. Bahkan di saat seperti ini Hyunjin tidak memberi kesempatan.

"Hyunjin! Aku butuh kamu!" teriak Soora frustasi.

Menunggu Hyunjin mengangkat telepon akan membuat keadaan Nino semakin parah. Dengan cepat Soora membopong Nino ke mobilnya. Tak peduli wajah dan bajunya penuh darah.

Soora melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat adiknya menjalankan kemoterapi. Dirinya sudah acak-acakan karna menangis.

"Nino, maafin kakak! Nino jangan tinggalin kakak!" pekik Soora melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit.

Di lain sisi Hyunjin tengah tertawa senang bersama gadis yang kini ada di pelukannya. Ia bahkan menolak panggilan dari Soora kemudian mematikan ponselnya.

"Siapa Jin? Pacar kamu? Kapan sih putusin nya?!" tanya Nancy kesal pada Hyunjin.

Hyunjin mencium pipi Nancy gemas. Masih dengan seragam melekat di badannya, ia tengah bermesraan dengan Nancy di kamar milik gadis itu.

"tunggu aja ya sayang, aku tetep pilih kamu"

.
.
.
.
.

Semoga suka❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semoga suka❤

[✔️] HomesickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang