Bab -3-

70.3K 703 2
                                    

Hari ini adalah penerbangan Al ke Solo. Tiket sudah dipesankan oleh Kia dan mereka sudah berada di dalam pesawat kelas bisnis. Sedari tadi kaki Al tak bisa berhenti bergerak karena cemas setelah ingat bahwa sekarang tanggal 10 Oktober 2022. Tepat lima tahun setelah kepergian Evelyn. Tanggal dan bulan yang sama dimana ia kehilangan separuh hidupnya dan ia pun berada di pesawat yang sama dengan pesawat ketika Evelyn jatuh.

"Pak, butuh obat bius?"

"Tidak. Saya sudah cukup menjauhi trauma itu dengan obat, kini saya harus menghadapi trauma itu agar sembuh."

"Baik, Pak."

Kia yang tahu betul kondisi bosnya merasa khawatir jika bosnya tidak bisa mengendalikan diri selama penerbangan karena selama ini bosnya selalu memakai obat bius saat naik pesawat karena terus terbayang alasan kematian mendiang sang istri.

Al memandangi satu-persatu penumpang yang naik pesawat hingga tatapannya tertuju pada gadis yang berhenti di kursi depan dan meminta bantuan pramugari untuk menaruh tasnya di kabin pesawat. Al menggelengkan kepalanya berusaha berpikir waras saat lagi dan lagi ia melihat wanita itu sebagai Evelyn. Namun bayangan wajah Evelyn tak hilang, Evelyn versi rambut panjang tetap ada di depannya.

"Kia, saya butuh obat bius. Saya mulai berhalusinasi lagi jika Evelyn ada di depan saya."

"Pak Al tidak berhalusinasi, saya juga melihatnya."

Al langsung menoleh pada Kia dengan tatapan terkejut, kini Kia menatapnya dengan tatapan serius. Ia kembali menatap ke depan dan wanita itu tersenyum ramah padanya dan Kia, sebelum akhirnya duduk di depannya.

"Dia Evelyn?"

"Bukan, Pak. Dia hanya mirip dengan Bu Evelyn. Saya pernah dengar tentang tujuh kembaran kita di Dunia walaupun tidak memiliki hubungan darah."

Al tak tahu ia harus senang atau sedih saat ini, di satu sisi ia senang melihat Evelyn walaupun dalam diri wanita lain. Namun di sisi lain ia sedih karena tahu ucapan Kia benar. Dia bukan Evelyn. Dia hanya mirip Evelyn. Al berusaha menekankan hal itu pada otaknya agar ia tidak bertindak gegabah dan memeluk wanita itu.

__________

Selama lima tahun ini Al selalu bertanya-tanya bagaimana ketakutan Evelyn saat maut menghampirinya. Kini ia merasakannya sendiri namun ia tidak takut. Di saat semua orang panik ketika pesawat berguncang dan intruksi memakai pelampung dikeluarkan, Al tetap tenang dan mengikuti intruksi. Wanita yang mirip Evelyn tampak panik dan terus menangis.

Sejak Evelyn pergi dari hidupnya, Al tak pernah merasa takut lagi, bahkan ia sudah mati rasa. Namun rasa itu kembali muncul, rasa sedih saat mendengar tangisan gadis itu. Kia pun menangis dan berulang kali berdoa, namun Al tak merasakan itu pada Kia. Hingga pesawat jatuh dan untungnya di lautan. Al berhasil keluar dari pintu darurat dan berusaha berenang melewati lautan, begitu pun Kia yang berhasil menyelamatkan diri.

Namun tidak dengan wanita yang mirip Evelyn, kepala wanita itu terbentur serpihan pesawat dengan begitu keras hingga wanita itu tak sadarkan diri dan hampir tenggelam karena pelampungnya sepertinya bocor, jika saja Al tidak langsung menolongnya maka nyawa wanita itu tak akan selamat. Al tahu ia sangat nekat menyelam ke bawah laut yang sangat dalam hanya demi menyelematkan nyawa wanita asing. Namun ia tetap melakukannya dan berusaha menggapai tangan wanita itu walaupun ia hampir kehabisan nafas.

Kepala wanita itu terluka parah saat Al berhasil membawanya naik ke permukaan. Ia berusaha mengobati luka wanita itu dengan dedaunan yang ada di pinggir pulau. Tubuh wanita itu yang basah membuat Al berinisiatif memeluknya. Walaupun ia lelah namun ia berusaha kuat demi melindungi wanita itu.

"Evelyn, bertahanlah. Aku ada di sini, Sayang. Kau akan baik-baik saja."
___________

Istri PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang