Usaha Al tidak berhenti begitu saja walaupun sudah ditolak, ia berusaha membuat Evelyn bahagia lagi dengan memberikan hadiah padanya. Ia sudah membeli kalung berlian yang didesain khusus untuk Evelyn seorang. Ia menghampiri Evelyn yang sedang duduk di balkon kamar.
"Kejutan untuk Istriku tercinta."
Di saat Al berteriak bahagia dengan mata berbinar-binar. Evelyn malah menatap datarnya dan tak ada peduli pada kotak kalung yang diberikan Al. Ia sibuk dengan majalahnya tanpa menghiraukan keberadaan suaminya.
"Aku pakaikan ya kalungnya."
Al hendak memakaikan kalung indah itu pada leher istrinya namun Evelyn menahan tangan pria itu dan menatap tajamnya. Entah kenapa Evelyn berkeinginan kuat untuk membalas perlakuan Al dengan terus menolak usaha pria itu untuk berbaikan dengannya.
"Aku engga mau pakai kalung ini."
"Tapi kenapa? Kamu engga suka desainnya? Atau mau kalung lain? Aku belikan yang baru ya," tanya Al berusaha berpikir positif dan tetap sabar. Evelyn tersenyum miring melihat Al yang menutup mata terhadap apa yang ia butuhkan dan lebih memilih memberikan hal yang ia tak butuhkan seperti kalung ini.
"Stop pura-pura bodoh, aku yakin kamu tahu bahwa yang aku butuhin kewajiban kamu sebagai suami yaitu memberikan nafkah batin ke aku! Aku engga butuh yang lain!"
"Evelyn, aku engga bisa. Aku...
"Kalau kamu tetap memilih menolak menyentuh aku, maka jangan harap aku bisa memaafkan kamu."
Tak peduli pada tindakan tak sopannya yang memotong ucapan suaminya, Evelyn langsung pergi setelah melempar kalung pemberian suaminya. Sedangkan Al merasa buntu, ia tak tahu harus melakukan apa.
"Aku engga mungkin menyentuhmu karena kamu bukan istriku."
_____________
Evelyn sudah bertekad untuk melawan perintah Al yaitu tidak keluar rumah tanpa izin dan pengawasan pria itu. Saat Al sudah berangkat kerja dan Ifa pergi membeli apa yang ia minta, ia memutuskan keluar dari rumah. Untungnya ia berhasil mengelabui penjaga di depan dengan memakai pakaian pelayan dan masker.
Terakhir kali ia keluar rumah, Al membawanya ke tempat yang ia tak suka. Namun kali ini ia akan pergi ke tempat-tempat yang ia suka seperti Mall, restoran, toko buku, taman, dan wahana bermain. Semua tempat itu ia ketahui dari maps.
"Kehidupan seperti ini yang aku inginkan. Hidup yang bebas dan tidak dikekang."
Evelyn begitu menikmati perjalanannya, ia tak hentinya tersenyum bahagia saat memilih pakaian yang hendak dibeli atau mencoba makanan baru di restoran. Ia juga merasa damai saat menghirup wangi buku saat berada di toko buku dan membaca beberapa buku.
Namun kenyamanan itu harus tertunda karena ia menabrak seseorang di taman sehingga belanjaannya berjatuhan.
"Maaf, aku tak sengaja. Biar aku bantu."
Untungnya wanita yang menabraknya adalah wanita baik dan mau membantunya. Ia mendongakkan kepala untuk melihat wajah wanita itu. Wanita yang cantik dan modis. Namun yang membuat ia bingung saat wanita itu menatap kaget padanya seakan ia hantu.
"Akayla."
"EVELYN."
Evelyn mencoba mencerna apa yang dikatakan wanita itu, ia yakin tak salah dengar kalau wanita itu memanggilnya dengan nama lain. Belum sempat ia bertanya kenapa perempuan itu menyebutnya Akayla, ia mendengar teriakan Al yang akhirnya menemukannya. Suaminya menghampirinya dan tampak sangat marah.
"Kita pulang sekarang!"
Evelyn tak berani menolak karena tatapan Al seperti ingin membunuhnya, terlebih Al tampak tak menyukai wanita yang ia tabrak tadi. Sebelum pergi, ia menoleh pada wanita itu dan berusaha mengingat wajahnya, ia berharap bertemu dengan wanita itu lagi agar ia bisa tahu maksudnya memanggil dirinya sebagai Akayla.
Di dalam mobil, Al langsung memarahinya karena sudah berani keluar rumah tanpa izin dan pengawasannya.
"Kenapa kau lakukan ini, Evelyn?! Bagaimana jika kau berada dalam bahaya di luar sana dan aku tak mengetahuinya?!"
"Kau berlebihan, Al. Tidak ada bahaya."
Lama-kelamaan Evelyn jengah dengan sikap protektif Al. Pria itu terlalu mengekangnya dan tak pernah memberikannya kebebasan untuk berbuat apapun. Supir hanya diam dan fokus menyetir, bahkan ingin rasanya menjadi tuli saat ini juga agar tak perlu mendengar kemarahan tuannya.
"Kau lupa dengan kecelakaan pesawat yang menimpa kita? Itu baru saja terjadi, nyawaku seakan direnggut paksa saat melihat keadaanmu saat itu."
Ucapan Al membuat Evelyn merasa bersalah, ia sebenarnya paham dengan alasan dibalik sikap Al yang protektif. Namun Al tak pernah mau memahaminya.
"Aku tahu Al, kau khawatir padaku. Tapi bukan begini caranya melindungiku. Kau sama saja memberikanku bahaya dengan mengurungku dan membuat psikisku terganggu. Aku bisa gila jika terus berada di dalam rumah dan melihat kelakuanmu yang berubah-ubah, kadang kau romantis, lalu tiba-tiba kau pemarah. Aku butuh hiburan agar tetap waras!"
Evelyn tak bisa menahan diri lagi untuk mengutarakan kejujuran yang ia rasakan dengan harapan Al mau mengerti. Namun nyatanya pria itu malah diam seakan ucapannya adalah angin lalu. Hal itu membuatnya jengkel dan memutuskan ikut diam juga.
___________
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti
RomanceKecelakaan pesawat lima tahun lalu menyebabkan istri Aldebaran, Evelyn meninggal dunia. Hingga saat ini Aldebaran masih sangat mencintai mendiang istrinya dan belum bisa melupakan sang istri. Hal itu menyebabkan psikisnya bermasalah. Hingga ia diper...