Al menjauhi Evelyn sejak kejadian di ruang kerja. Bukan karena kemarahannya pada wanita itu tapi karena ketakutannya jika Evelyn akan pergi lagi darinya jika tahu kebenaran tentang kehidupannya.
Untuk mengantisipasi hal itu, Al menyuruh Kia untuk mencari tahu tentang siapa Evelyn secara lengkap dan terperinci agar ia bisa mempelajari apa yang disukai dan tidak disukai wanita itu. Kia memberikan berkas yang ia minta hari ini.
"Ini hasil penelusuran saya tentang kehidupan Akayla."
"Sekali lagi kau mengatakan nama Akayla maka aku akan memecatmu, dia Evelyn," balas Al memperingati sekretarisnya. Ia tak suka nama istrinya diubah.
"Maaf, Pak."
Sebenarnya Kia sengaja menyebut nama Akayla sebagai usaha menyadarkan bosnya namun Al sudah terlalu buta akan cintanya pada mendiang istrinya hingga tak mau melihat kebenaran.
Al mulai membaca setiap lembar kertas yang berisikan informasi mengenai istrinya.
"Dia mahasiswi kedokteran semester akhir dari keluarga Brata, anak tunggal dan tinggal di daerah Sohaira, dia termasuk keluarga berada."
"Satu lagi, Pak. Dia sudah bertunangan dengan El Nino Prasetya."
BRAK.
Kia menatap takut pada bosnya yang baru saja membentak meja dengan sangat keras. Ia pun sadar sudah terlalu banyak bicara. Al tak bisa menahan amarahnya saat mendengar ucapan sekretarisnya lalu melempar kertas itu ke arah Kia yang langsung memungutnya.
"Pertemukan aku dengan arsitek itu."
"Baik, Tuan."
Kia tak punya keberanian untuk bertanya dan langsung patuh, ia pamit keluar dan meninggalkan Al yang berusaha memikirkan cara untuk menjauhkan Evelyn sejauh mungkin dari tunangannya.
__________
Evelyn merasa kesepian saat Al menjauh darinya. Ia tidak diperbolehkan keluar tanpa izin dan tanpa pengawasan Al karena kondisinya belum pulih. Ia juga bosan terkurung di sangkar mewah ini. Walaupun demikian ia tak ada niatan untuk minta maaf pada Al, ia merasa sikap Al terlalu berlebihan saat memberikan bukti untuk menjawab keraguannya. Ia merasa wajar jika meragukan orang sekitarnya di saat ia tak mengingat mereka.
Namun hari ini Al pulang lebih cepat dan kembali mengajaknya bicara. Entah apa yang terjadi hingga pria itu bersikap baik lagi padanya.
"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat."
"Ke luar rumah?"
"Ya, kamu mau kan?"
"Mau!"
Saking semangatnya, Evelyn sampai berteriak. Ia sangat senang dengan ucapan Al karena akhirnya memiliki kesempatan melihat dunia luar lagi.
"Kamu siap-siap dulu, aku tunggu di bawah."
"Iya."
Evelyn tak bertanya kemana ia akan dibawa karena menurutnya kemana pun Al membawanya, ia akan setuju karena ia butuh udara segar agar tetap waras di tengah gejolak pemikirannya. Setelah siap, mereka pun pergi dengan Al yang menyetir. Evelyn tak mengenal jalan yang ia lewati namun ia terus tersenyum sambil mengingat jalan.
"Kita sudah sampai."
"Salon?" tanya Evelyn saat mobil berhenti di salon mewah yang besar.
Al tak menjawab dan keluar mobil, lalu menggandeng tangan Evelyn agar masuk ke dalam salon. Petugas salon memintanya duduk di kursi depan cermin, lalu Al berbicara pada petugas itu, ia tak bisa mendengar percakapan mereka sehingga ia tak tahu apa yang Al bicarakan. Namun saat petugas itu hendak memotong rambutnya, ia langsung berdiri.
"Apa yang mau kau lakukan?!"
Evelyn berteriak penuh emosi sambil menatap tajam wanita di depannya.
"Saya mau menggunting rambut Nona sesuai perintah Tuan Al."
"Aku tidak mau potong rambut."
Evelyn langsung melepas kain di lehernya dan hendak keluar dari salon namun Al menahan tangannya. Evelyn yang muak dengan keputusan Al memotong rambutnya tanpa izin langsung menghempaskan tangan pria itu dengan kasar. Al berusaha menjelaskan pada Evelyn agar wanita itu tak semakin marah.
"Evelyn, rambutmu hanya dipotong, responmu terlalu berlebihan."
"Berlebihan katamu?! Rambutku adalah bagian yang paling aku suka. Kau tidak akan tahu pentingnya sebuah rambut bagi wanita!"
Al memang tak tahu hal itu karena mendiang istrinya suka mengganti model rambut sesuka hati. Ia berpikir semua wanita memiliki pemikiran seperti mendiang istrinya. Namun saat melihat mata Evelyn berkaca-kaca, ia merasa bersalah. Niatnya hanya ingin membuat Evelyn sangat mirip dengan mendiang istrinya dan menghapus perbedaan di antara keduanya yaitu rambut.
"Maafkan aku, Evelyn. Kau dulu suka rambut pendek. Jadi kukira rambut panjang akan membuatmu tak nyaman."
Evelyn menatap bingung pada Al, entah kenapa makin ke sini ia tak memahami siapa sosok yang Al jelaskan. Apakah orang yang amnesia akan berubah perilaku, sikap, dan kesukaan sejauh ini? Walaupun tak mengingat kenangan apapun tentang rambutnya, namun rasa nyaman dan sayang pada rambutnya sudah ada, terutama saat ia bercermin.
"Aku mau pulang saja."
"Baiklah, ayo kita pulang."
Al hendak menggandeng tangan Evelyn namun wanita itu memutuskan jalan duluan. Ia berusaha sabar dan mengerti jika perasaan Evelyn sedang tidak baik.
___________
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti
RomansaKecelakaan pesawat lima tahun lalu menyebabkan istri Aldebaran, Evelyn meninggal dunia. Hingga saat ini Aldebaran masih sangat mencintai mendiang istrinya dan belum bisa melupakan sang istri. Hal itu menyebabkan psikisnya bermasalah. Hingga ia diper...