Walaupun tahu dirinya sudah dibohongi oleh Al, namun Evelyn masih berpura-pura baik pada pria itu karena tak mau Al mengetahui bahwa ia sudah tahu kebusukannya. Ia juga takut jika Al melakukan hal tak terduga saat ia menunjukkan sikap berontak. Ia memutuskan untuk mencari tahu kebenarannya secara diam-diam.
"Aku pulang, Sayang."
Tangan Evelyn mengepal kuat saat Al mencium keningnya. Ia meragukan jika pria itu adalah suaminya. Bisa saja pria itu berbohong padanya untuk memanfaatkan tubuhnya. Namun ia juga ragu dengan pemikirannya, melihat bagaimana baiknya Al padanya dan tidak pernah menyentuhnya membuat ia semakin bingung motif pria itu tak ingin ia sembuh dan mengingat kembali semuanya.
"Kamu udah makan malam?"
"Sudah."
"Sudah minum obat?"
"Sudah."
Evelyn memang sudah minum obat tapi bukan obat yang pria itu berikan. Melainkan obat baru yang ia dapat dari dokter. Al yang merasa Evelyn menjadi pendiam lagi menjadi merasa khawatir.
"Kamu kenapa, Sayang? Kepalamu terasa sakit lagi? Kok diam saja?"
"Aku mau bertemu keluargaku. Dimana mereka? Aku merindukannya."
Evelyn berusaha menahan diri untuk tidak tersenyum miring saat melihat wajah kaget pria itu. Ia mau melihat sejauh mana pria itu berbohong.
"Nanti kita bertemu...
"Aku mau sekarang, malam ini juga."
Al tak tahu apa yang terjadi pada wanita itu hingga tiba-tiba menanyakan perihal keluarganya. Ia tak mungkin membawa wanita itu pada keluarga sebenarnya atau membawanya pada keluarga mendiang istrinya.
"Baiklah, ayo kita pergi."
Evelyn menatap tak yakin pada pria itu, entah mau kemana pria itu membawanya namun anehnya ia tetap mengikut. Keningnya berkerut bingung saat mobil Al berhenti di pemakaman.
"Kenapa membawaku ke sini?"
"Katanya kamu ingin bertemu keluargamu, mereka di sini."
Al keluar dari mobil diikuti oleh Evelyn. Ia menuntun wanita itu ke sebuah makam. Makam yang bertuliskan nama Inala Kharisa. Evelyn tak mengingat siapa pemilik nama itu namun Al menjelaskan padanya.
"Ini kuburan mendiang Ibumu. Aku pernah mengatakan dulu kau hidup susah kan?"
Evelyn mengangguk dan masih mendengarkan penjelasan Al walaupun ia sulit mempercayainya. Ia tak tahu Al berbohong atau jujur karena ekspresi pria itu tak bisa ditebak.
"Iya. Lalu hubungannya dengan Mendiang Ibuku apa? Dimana Ayahku?"
"Karena Ayahmu meninggalkanmu dan Ibumu demi perempuan lain, hidup kalian jadi sulit, Ibumu sakit-sakitan dan meninggal saat kau kuliah. Sedangkan keluarga dari ibumu dan ayahmu tak mau peduli padamu hingga kau membenci mereka. Aku pun tak tahu dimana sekarang Ayahmu berada."
"Aku ingin pulang."
"Kau tidak mau berdoa untuk...
"Aku ingin pulang. Kau paham kan?"
Al mengangguk mengerti dan tak lagi membantah. Akhirnya mereka pun pulang dan selama perjalanan tak ada yang buka suara. Al semakin yakin ada yang tidak beres dengan Evelyn dan ia harus mencari tahu secepat mungkin.
___________
Setelah Al berangkat ke kantor. Evelyn memberanikan diri memeriksa ruang kerja pria itu yang berada dalam kamar juga. Ia memeriksa dokumen-dokumen dan mencari sesuatu di laci atau lemari. Walaupun sudah lima belas menit ia mencari namun ia tak menemukan apapun yang bisa membuktikan pria itu berbohong padanya.
"Aku pun tak tahu apa yang harus kucari, bagaimana ini?"
Evelyn tak pantang menyerah dan mencoba mencari lagi, membaca setiap kertas yang ada di ruangan itu. Saat ia sedang serius membaca, seseorang menepuk bahunya. Alangkah terkejutnya ia saat melihat suaminya berada di belakangnya dengan tatapan kecewa. Harusnya Evelyn tidak merasa sedih atau bersalah karena tatapan Al karena pria itu bukan pria baik, namun ia malah merasa kebalikannya.
"Al... aku...
"Jika kau ragu akan apa yang kukatakan kenapa kau tidak bertanya saja padaku? Kenapa malah mencari barang bukti seperti maling?"
Evelyn tak bisa menjawab apapun. Ia diam tertunduk tak berani menatap mata suaminya. Al mengambil sesuatu dari tas kerjanya dan memberikannya pada Evelyn.
"Ku harap ini cukup untuk meyakinkanmu bahwa kita sudah menikah, kau mengalami keguguran, kau seorang desainer, dan tentang keluargamu."
Setelahnya Al keluar dari ruang kerjanya tanpa menunggu balasan dari Evelyn. Evelyn menatap map merah di tangannya dan membuka map itu. Ia melihat ada buku nikah atas namanya dan Al, testpack, foto fashion show dan rancangan baju yang ia buat, penghargaan yang ia terima, foto ia dengan wanita paruh baya yang berbaring di rumah sakit, surat kematian, dan banyak bukti lainnya.
Seketika otaknya kesulitan mencerna teka-teki kehidupannya. Di satu sisi perbuatan Al yang tak ingin sembuh dan di sisi lain bukti yang menunjukkan bahwa semua yang dikatakan Al benar. Ia merasa lemas dan tak tahu harus melakukan apa.
"Apa aku yang salah paham padanya?"
______________
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti
RomanceKecelakaan pesawat lima tahun lalu menyebabkan istri Aldebaran, Evelyn meninggal dunia. Hingga saat ini Aldebaran masih sangat mencintai mendiang istrinya dan belum bisa melupakan sang istri. Hal itu menyebabkan psikisnya bermasalah. Hingga ia diper...