Setelah tertidur berjam-jam, akhirnya Evelyn terbangun. Entah kenapa ia merasa tidurnya kali ini terasa lebih nyaman, ia yang biasanya bangun tengah malam untuk minum, malam ini tak melakukannya. Mungkin karena ia kelelahan, namun Evelyn tak tahu jika Al sudah mencampur obat tidur ke minumannya semalam agar perempuan itu tak mendengar percakapan Al dengan Ifa.
"Ifa!"
"Ifa, siapkan air hangat, aku mau mandi."
Evelyn turun dari kasur dan memilih pakaian gantinya, namun Ifa tak kunjung datang. Keningnya berkerut bingung karena merasa aneh, Ifa adalah tipe pelayan yang sigap dan cekatan, dipanggil sekali pasti langsung datang, namun hari ini berbeda.
Ia memutuskan tak jadi mandi dan keluar kamar untuk mencari Ifa. Ia bertanya pada pelayan dan pekerja di rumah namun tak ada yang melihat Ifa pagi ini, ia pun tak berhasil menemukan Ifa.
"Ifa, kemana ya? Kok engga kelihatan."
"Selamat pagi, Sayang. Tumben belum mandi."
Evelyn menoleh pada Al yang muncul di belakangnya. Al sudah rapi dengan pakaian kerjanya dan hendak berangkat kerja.
"Pagi, aku dari tadi Ifa. Kamu lihat dia ga?"
"Oh ya, aku lupa bilang semalam kalau Ifa mengundurkan diri dari pekerjaannya. Ibunya meninggal dunia jadi engga ada yang urus anaknya."
"Kok dia engga pamit dan memberitahu aku?" Tanya Evelyn dengan ekspresi kaget sekaligus sedih karena merasa kehilangan Ifa yang sudah ia anggap teman.
"Dia harus buru-buru pergi jadi engga sempat pamitan sama kamu. Aku kenalkan pelayan baru pengganti Ifa ke kamu ya. Lastri!"
Seorang perempuan muda berusia sekitar dua puluhan berjalan ke arah Evelyn. Wajahnya datar tanpa senyuman yang membuat Evelyn langsung tak menyukainya, sangat berbeda dengan Ifa yang ramah dan murah senyum.
"Namanya Lastri, dia pelayan pribadi baru untuk kamu. Kalau kamu membutuhkan apapun bisa panggil Lastri."
"Al, sepertinya aku engga butuh pelayan lagi. Aku udah sehat."
"Jangan membantah, Sayang. Ini demi kebaikan kamu. Aku berangkat kerja dulu."
"Oke, hati-hati, Al."
Evelyn terpaksa menyetujui Lastri sebagai pelayannya karena Al tak mau mengubah keputusannya. Ia pun memerintahkan Lastri mengurus kegiatan paginya seperti mandi dan sarapan.
_________________
Sejak pagi hingga siang ini, kondisi perasaan Al tampak tak baik. Entah sudah keberapa kalinya Kia mendapat pertanyaan dari para pekerja kantor mengenai Al yang langsung marah besar jika ada kesalahan sekecil apapun. Hal itu juga yang membuat Kia memberanikan diri bertanya langsung pada bosnya saat makan siang bersama.
"Ada masalah di rumah ya, Pak Al?"
"Kenapa bertanya begitu?"
"Sikap Pak Al hari ini lebih menyeramkan dari hari sebelumnya."
"Menurutmu siapa yang bisa mengkhianati saya dengan memberitahukan kebenaran pada Evelyn tentang saya?"
Pertanyaan awal Kia saja belum dijawab namun Al sudah bertanya untuk kedua kalinya. Kia tak paham kenapa bosnya bisa bertanya acak seperti ini. Ia pun tampak berpikir sejenak kemudian menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada. Semua orang takut pada Pak Al dan tidak mendapat keuntungan apapun kecuali kerugian jika memberitahu Evelyn tentang kebenaran Pak Al."
Al hanya mengangguk sebagai respon lalu lanjut makan lagi tanpa menjawab pertanyaan dari Kia sebelumnya. Kia merasa kesal sekaligus penasaran namun ia tak berani bertanya lagi atau menuntut jawaban Al karena ia masih sayang pekerjaannya.
Dari jawaban Kia tadi, Al bisa menyimpulkan bukan wanita itu yang memberitahu Evelyn tentang kebenarannya.
__________________

KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pengganti
Любовные романыKecelakaan pesawat lima tahun lalu menyebabkan istri Aldebaran, Evelyn meninggal dunia. Hingga saat ini Aldebaran masih sangat mencintai mendiang istrinya dan belum bisa melupakan sang istri. Hal itu menyebabkan psikisnya bermasalah. Hingga ia diper...